"Na, tau nggak... si Tatami..."
Begitu nama itu didengar Nana, cewek itu mati-matian menahan diri untuk tidak melengos. Atau membentak. Atau menyuruh Bram diam.
Nana tidak bisa melakukan ketiganya karena... ia pun tahu hal itu sangat kekanak-kanakan, dan tidak masuk akal. Memangnya, kenapa kalau Bram sering menceritakan tentang anak kelas X itu sejak mereka pulang dari bumi perkemahan dua minggu lalu? Toh, sisi positifnya, Bram jadi tidak sering menganggunya di sekolah. Cowok itu lebih sering menghilang begitu bel istirahat berbunyi.
Jadi, Nana pura-pura menekuni buku pelajaran di depannya, berharap sekali Bram tahu kalau ia sedang tidak berminat membicarakan cewek mungil itu.
"... dia bawain kita kue buatannya."
Nana menurunkan buku pelajarannya. Alisnya tertaut sementara ia menatap Bram dengan heran, "Kita?" tanyanya. "Kita itu... aku dan kamu?"
"Ya siapa lagi?" Tanya Bram. "Di ruang tamu ini kan cuma kita berdua."
Orangtua Nana dan Jose sedang pergi ke supermarket untuk belanja bulanan. Sedangkan Nana dan Bram sengaja ditinggal untuk belajar menghadapi ujian semester minggu depan. Ralat... Nana belajar, sedang Bram sedari tadi membaca komik One Piece yang dipinjam dari Rey.
"Jadi, Tami bikin kue buat kita berdua?" Nana memastikan.
"Kok kamu tahu kalau dia bikin kuenya sendiri?" Tanya Bram. "Terkenal banget ya kue buatannya? Katanya sih sejak SMP dia ikut les bakery. Keren, ya?"
Lagi-lagi, Nana pengin mendengus. Seberapa enak sih kue buatan bocah itu? Pasti lebih enak buatan Mama, Nana memikirkan itu dengan dongkol.
Informasi tentang Tami yang les bakery adalah hal baru bagi Nana. Namun, saat di sekolah tadi ia memang tidak sengaja mendengar saat teman sekelasnya yang lain memberitahu kedatangan adik kelas cantik yang mencari Bram dan memberikan kue buatan tangannya sendiri.
"Terus, kok buat kita? Bukan buat kamu? Kenapa dia ngasih ke aku juga?" tuntut Nana. Nada suaranya sedikit kasar.
Bram memberikan tatapan yang tak terbaca. "Karena... kita sudah nolong dia waktu pas kemah. Nggak inget?"
Bagaimana mungkin Nana bisa melupakan adegan ala drama Korea itu? Dia kan tepat ada di depan mereka waktu mereka ketawa-ketiwi?!
"Seingatku, bukan aku yang gendong Tami."
Bram tergelak. "Meski katanya kamu cewek kuat, kayaknya nggak mungkin kamu bisa gendong Tami."
Nana diam. Ia tidak tahu apakah itu hinaan atau pujian.
"Jangan bilang-bilang... tapi sebenernya aku udah enggak mau gendong dia lagi!" Bram mengerling. "Tapi masa di depan Nana aku nggak nunjukin sikap gentleman?"
Nana mengerjap. "Ma-maksudnya?"
Bram hanya tersenyum misterius.
*
Maaf ya pendek banget >.<
Selanjutnya langsug 2 part deh
KAMU SEDANG MEMBACA
Jackson
أدب المراهقينPROSES REVISI Jackson, si penyanyi muda itu kalah bertaruh dengan opa-nya. Alhasil, di umurnya yang sudah menginjak angka 22 tahun, ia justru harus kembali ke bangku SMA. Cowok ini juga harus tinggal di sebuah keluarga yang tidak ia kenal. Keluarga...