Louis' POV
"Louis! Lepaskan tanganku!" ujar Eleanor sambil melepaskan tangan dari genggamanku.
"Please, El! Jangan tinggalkan aku! Aku mohon!" pintaku. Air mataku kini tak bisa kutahan lagi. "Aku mencintaimu."
"No, Louis! Kau sudah menghancurkan kepercayaanku padamu. Hubungan kita sudah selesai, Louis! Aku tak mau lagi bertemu denganmu. Selamanya! " ujar Eleanor lalu pergi meninggalkanku.
"Jangan pergi, El!" teriakku. Namun, dia sudah pergi jauh.
.
.
."Eleanor!!"
Aku teriak memanggil namanya. Aku mengatur napasku. Aku sadar, bahwa itu hanya mimpi. Tapi, kenapa perasaanku mengatakan bahwa itu akan jadi kenyataan?
"Louis? Are you okay?"
Aku terkejut karena Liam sudah masuk ke kamarku. Dia pun duduk di pinggir kasurku.
"Aku baik-baik saja, hanya saja..." ujarku gugup.
"Hanya saja apa??" tanya Liam.
"Begini, Daddy." Aku berdeham. "Aku bermimpi E-Eleanor meninggalkan aku."
"Hanya mimpi kan? Bukan kenyataan? Ayolah, Tommo. Tak ada yang perlu di khawatirkan." ujar Liam.
"Tapi, aku takut itu kenyataan." ujarku.
"C'mon, Louis! Jangan berpikiran negatif, kita harus berpikir positif." ujar Liam.
Ya, Liam benar.
"Cepat bersihkan dirimu. Kita akan ke starbucks." ujar Liam.
"Untuk apa?" tanyaku.
"Untuk ena-ena!" jawab Liam sambil memutar bola matanya. "Kau sudah tahu masih tanya lagi. Cepat sana! Nanti dia menunggu lama."
Dia? Dia siapa?
Seakan tahu apa yang aku pikirkan, Liam kembali bersuara. "Dia itu sahabat kita. Kalau kau merindukannya, pasti kau akan ingat."
Liam pun keluar dari kamarku. Dan, hanya satu orang yang aku pikirkan dari maksud Liam tadi. Semoga, dugaanku tidak salah.
~~~~~
"Hey, Guys! Lama tak berjumpa!" ujar seorang pria yang sudah lama aku tak jumpa dengannya. Ya, palingan hanya melihatnya dari TV saja.
Kami pun secara bergantian memeluk pria itu.
"Aku dan kami semua sangat merindukanmu, Zayn!" ujar Liam.
"Ya, aku juga begitu. Dan, maaf waktu itu aku menolak ajakan kalian. Ya, aku harus konser waktu itu." ujar pria yang bernama Zayn.
Zayn adalah sahabat kami semua. Biar dia sudah keluar dari band, kami berjanji akan bersahabat selamanya sampai maut memisahkan kita.
Well, kalimatku bagus juga ya.
"Kalian pesan apa? Aku yang traktir kali ini." ujar Zayn.
"Kalau aku pesan kue banyak, boleh??" tanya Niall.
"Of course, Niall. Kau ikut aku saja untuk memesan." ujar Zayn.
Zayn memiliki hati yang besar, dalam perngertian sangat baik hati. Buktinya, ketika Niall meminta makanan, Zayn membelikannya.
"Aku pesan Caramel Macchiato satu ukuran grande atas nama Hazza." ujar Harry.
"Aku pesan Espresso satu ukuran grande atas nama Daddy Liam." ujar Liam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Now [COMPLETED]
Fanfiction'Walau kini ia sudah jadi artis, namun sifanya tidak berubah. Ia tetap orang yang ku kenal dulu.' -Eleanor Jane Calder- 'Aku akhirnya bertemu lagi dengannya, dia yang mempunyai senyuman manis itu. Jika dia tersenyum, aku bahagia.' -Louis William Tom...