sepuluh

826 99 0
                                    

Louis sedang berbelanja di supermarket untuk kebutuhan mereka di basecamp. Terpaksa ia melakukan ini karena ia kalah dalam sebuah permainan.

"Louis, apa itu kau???" tanya seorang wanita.

Louis pun menoleh. Ia menatap seorang wanita dengan mengangkat alisnya.

"Astaga, ini benar kau. Apa kabar? Bagaimana karirmu? Aku tak menyangka kau jadi artis terkenal sekarang. A-"

"Wait, wait. Jangan memberiku pertanyaan beruntut. Dan, kau siapa? Fans?" tanya Louis.

"Bisa dibilang fans. Kau tak mengenaliku?" tanya wanita itu kecewa.

"Tidak." Louis menggeleng cepat.

"Aku Eleanor!" ujar gadis itu.

"Eleanor? Kau bukan Eleanor." ujar Louis.

"I know. Aku bukan Eleanor Calder. Tapi, aku Eleanor Sierra." ujar perempuan itu.

Louis terkejut. "Kau? Jadi kau si Lion itu???"

"Hey, berhenti memanggilku Lion. Aku sudah tak memanggilmu Troy lagi." gerutu wanita itu.

"Baiklah. Sierra." ujar Louis.

"Tidak. Aku ingin kau memanggilku Elea-"

"Sierra atau Lion???" tanya Louis.

"Okay. Sierra saja." jawab Sierra.

"Baik, sekarang aku harus ke kasir. Akj mau pulang." ujar Louis.

"Tunggu Louis." kata Sierra.

"Apa lagi?" tanya Louis malas.

"Ini." ujar Sierra sambil menyerahkan dua undangan. "Satu untukmu dan satu untuk Jane."

"Eleanor." ujar Louis memperbaiki ucapan Sierra.

"Ya. Eleanor Jane." kata Sierra.

"Undangan apa ini?" tanya Louis.

"Reuni SD. Aku harap kau dan Jane-maksudku Eleanor datang." ujar Sierra. Louis hanya mengangguk. Ia pun mendorong trolly nya menuju kasir.

~~~

Eleanor hari ini tidak mengajar, ia sekarang di kantor bersama Max, temannya.

"El, apa kau berpacaran dengan Louis Tomlinson?" tanya Max.

"Tidak. Aku hanya berteman dengannya. Kau tahu kan aku kenal dari SD." ujar Eleanor.

"Tapi sepertinya, kau menyukainya. Atau.. kau mencintainya." ujad Max.

Eleanor mengangkat alisnya. "What? Hey, Max. Aku tidak menyukai Louis. Dia hanya temanku."

"Teman bisa jadi pacar." kata Max.

"Sudahlah Max. Aku tak mau membahasnya." Eleanor memutar bola matanya. Ia pun duduk lalu mengecek ponselnya. Ternyata ada pesan dari Louis.

"Good morning beauty. Lagi sibuk?"

Muka Eleanor memerah. Entah mengapa, ketika membaca pesan itu ada sesuatu yang aneh dalam dirinya.

"Good morning. Tidak. Aku lagi dikantor bersama Max."

"Max temanmu yang kau pernah cerita kan?"

"Ya. Kenapa?"

"Tidak kok. Oh ya, bisa ketemuan di Starbucks dekat kantormu?"

"Bisa. Jam berapa?"

"Jam 12 siang."

"Baik. Aku akan datang. See you."

"See you xxxx"

"Chatting dari siapa? Serius amat." ujar Max.

"Ini dari Louis. Ia memintaku untuk ketemuan di Starbucks dekat kantor kita."

"Ekhem.. cieee, yang ketemuan.." goda Max.

"Uh, Max. Hentikan. Kau mau antar aku? Jam 12." tanya Eleanor.

"Hmmm... terserah kau saja." ujar Max.

"Awww... thank you Maxxieeee..." ujar Eleanor sambil mencubit pipi sahabatnya itu.

"Hey, hentikan. Dan jangan panggil aku Maxie." ujar Max.

~~~~~

"Hay, Ele. Maaf membuatmu menunggu." kata Louis.

"Kau bilang jam 12. Sekarang hampir jam satu. Minumanku sudah hampir habis." gerutu Eleanor.

"Maaf, El. Niall dan Harry menyembunyikan kunci mobilku. Untungnya Liam datang dan menyuruh mereka berdua mengembalikannya padaku. Dan, aku juga terjebak macet." jelas Louis.

"Baiklah, aku maafkan." ujar Eleanor. "Sekarang, aku mu tanya. Kenapa kau mengajakku ketemuan?"

Louis pun menyerahkan sebuah undangan. "Ini undangan reuni SD kita. Sierra yang memberikan ini padaku."

"Sierra?" tanya Eleanor.

"Eleanor Sierra." ujar Louis. Dan Louis menceritakan pertemuannya dengan Sierra tadi di supermarket tanpa melewatkan sedikitpun.

"Apa kau mau datang?" tanya Eleanor.

"Mau sih. Tapi..." ujar Louis.

"Tapi apa?" tanya Eleanor.

"Asalkan kau ikut, aku akan ikut." ujar Louis.

"Kenapa?" tanya Eleanor.

"Karena nanti di acara itu aku kesepian." ujar Louis.

Eleanor tertawa. "Hey, kau sekarang jadi artis. Kau terkenal. Semua pasti akan menemuimu, berbincang denganmu dan... berfoto ria denganmu."

"Dan, apa kau juga ikut?" tanya Louis.

"Aku sih mau. Lagian, aku merindukan semua teman-teman." ujar Eleanor.

"Bukan karena kau kasihan padaku dan ingin menemaniku?" tanya Louis dengan nada menggoda.

"Stop, Louis. Dan, jangan terlalu pede. Aku datang karena kemauanku sendiri. Bukan karenamu." kata Eleanor.

"Baiklah, beauty..." ujar Louis.

"Louiiissss! Jangan panggil aku beauty. Panggil namaku saja." ujar Eleanor.

"Kalau aku mau?" tanya Louis.

"Gak. Aku mau dipanggil nama itu ketika pacarku yang memanggilku." ujar Eleanor.

"What? Kau sudah punya pacar?" tanya Louis.

"Gak. Tapi, nanti." kata Eleanor sambil tertawa.

"Kau membuatku jantungan, El." ujar Louis.

"Kenapa?" tanya Eleanor.

"Karena aku...." ucap Louis terhenti karena ponselnya berdering. Louis mengangkatnya.

"Ya?.... Oh, baiklah. Aku akan ke sana." ujar Louis lalu menutup teleponnya.

"Kenapa?" tanya Eleanor.

"Aku harus balik ke Modest!." kata Louis. "Gak papa kan?"

"No problem. Kau kembali saja. Aku juga harus balik ke kantor lagi." kata Eleanor.

"Oh ya.. soal perbincangan kita tadi... Aku akan memberitahumu nanti." kata Louis.

Eleanor mengangguk. "Okay, baiklah."

"See you El." kata Louis.

"See you Tommo." kata Eleanor.

__________________

Hayoo... Louis mau omong apa ya? Ya, terpotong karena ada telepon.

Vote dan comment untuk cerita ini ya.

Thank you!

Right Now [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang