Eleanor's POV
Hari ini adalah hari dimana aku meninggalkan London. Meninggalkan berjuta kenangan disini. Mulai dari kebahagiaan dan kesedihan.
Dari sini, aku belajar bahwa tak selamanya kita merasakan kebahagiaan terus menerus. Ada kalanya, kita juga merasakan kesedihan. Itulah orang orang selaku bilang bahwa hidup itu seperti roda berputar. Kadang kita berada di atas, dimana kita mendapatkan kebahagiaan. Dan kadang juga kita berada di bawah, dimana kita mendapatkan kesedihan. Itulah yang membuatku semakin dewasa. Dan mengerti bagaimana cara menghadapi cobaan yang menghampiriku.
"El, tiket kamu sudah ada?" tanya Mom mengejutkanku.
"Sudah, Mom." ujarku.
"Paspor?" tanya Dad.
"Sudah, Dad." ujarku.
"Kau yakin tak ada barang yang tertinggal?" tanya Mom.
"Tidak ada, Mom." ujarku. Kecuali hatiku.
"Mom, Dad. Tolong jagalah Bruce." ujarku sambil memeluk anjing kesayanganku itu.
Max, Megan, Alana pun datang menjemputku. Mereka tak pergi, tapi mereka ingin mengantarku sampai ke bandara.
Aku berpamitan kepada kedua orang tuaku. Setelah itu, aku dan bersama ketiga sahabatku menuju bandara.
~~~~~~~
"Oh, Eleanor. Kami bertiga akan merindukanmu." ujar Megan. Aku pun memeluk ketiga sahabatku itu.
"Aku juga akan merindukan kalian. Kita akan tetap berhubungan lewat semua media social kita." ujarku tersenyum.
"Eleanor!!"
Aku menoleh. Aku melihat sahabatku lagi sejak aku kecil. Dia menghampiriku dan memelukku. Aku membalas pelukannya.
"Aku akan merindukanmu, El." ujarnya.
"Aku juga sangat merindukanmu, Barbs." ujarku. Kami pun melepaskan pelukan kami. Dan menatap pria berambut keriting di sampingnya.
"Hey, Hazza!" sapaku. Kami berdua pun berpelukan. Aku sudah menganggap Harry seperti saudara laki-lakiku.
"Berjanjilah untuk selalu menghubungi kami." ujar Harry.
"Aku berjanji, Harry." ujarku.
Aku pum melihat Niall dan Liam disana. Aku pun juga memeluk mereka.
"Kau jangan lupakan kami, El. Dan yang terpenting, don't forget where you belong." ujar Niall.
Aku mengangguk. "Aku tak akan melupakan kalian semua."
"Jagalah dirimu baik-baik, El." ujar Liam.
"Of course Liam." ujarku.
Aku mendengar pengumuman bahwa aku harus naik ke pesawat.
"Ok, guys. Aku pergi." ujarku. Walau, aku masih menunggu seseorang lagi.
"El? Kau yakin tak mau berbicara lagi dengannya sebelum kau pergi?" tanya Max.
Aku tahu siapa yang Max maksud. Dan, orang yang dimaksud itu muncul ditengah Niall dan Liam.
"Guys, kita tunggu diluar." ujar Harry. Semuanya pun meninggalkanku bersama pria ini.
"Hey."
Louis menyapaku. Aku hanya tersenyum tipis. "Hey."
"Jagalah dirimu baik-baik." ujar Louis.
Aku hanya mengangguk.
"Aku akan merindukanmu." ujar Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Now [COMPLETED]
Fanfiction'Walau kini ia sudah jadi artis, namun sifanya tidak berubah. Ia tetap orang yang ku kenal dulu.' -Eleanor Jane Calder- 'Aku akhirnya bertemu lagi dengannya, dia yang mempunyai senyuman manis itu. Jika dia tersenyum, aku bahagia.' -Louis William Tom...