London
Louis's POV
Sudah 1 tahun, 12 bulan, 365 hari, 8,760 jam, 525,600 menit, 31,536,000 detik aku tak bertemu dengannya.
Aku sudah menepati janjiku untuk tidak menghubunginya. Kalian pikir itu hal yang mudah?
Tentu saja tidak.
Karena hal ini, aku kehilangan 5 kilogram berat badanku. Aku bisa menghabiskan dua batang dalam sehari. Aku minum banyak minuman berakohol itu. Keluar masuk pub.
Dan, karena hal itu Simon menyuruhku untuk tidak tinggal di basecamp dulu, sampai kondisi kejiwaanku benar pulih. Ya, semua mengiraku aku sudah gila.
Sekarang aku tinggal bersama keluargaku. Aku dilarang keluar rumah kecuali bersama keluarga. Dad dan Mom menyita rokokku. Dan, jika adik-adikku melihatku merokok diam-diam mereka memarahiku dan merebut paksa rokokku dan membuangnya. Aku tak bisa memarahi mereka. Aku hanya pasrah. Louis yang dulu kalian kenal berbeda dengan Louis yang sekarang.
"Louis, temani kami ke mall sekarang!" ujar Lottie.
"Aku malas." ujarku lalu menyembunyikan wajahku di bantal.
"Louis, cepatlahh!" ujar Fizzy.
"Kalian saja, Ladies. Aku tidak mood." ujarku.
"Antar kami kalau tidak aku akan menarikmu dengan paksa." ujar Daisy.
"C'mon Louis. Kau jangan sedih seperti ini. Kau seperti mayat hidup." ujar Phoebe.
Lalu, aku merasa ada yang menarik rambutku. Aku menoleh dan mendapati Ernest dan Doris menatapku. Seakan memintaku untuk mengikuti keinginan mereka.
"Alright. Kalian menang." ujarku. Akhirnya, aku mengikuti mereka.
"Kau harus terbisa sekarang keluar rumah dan jalan jalan, Louis. Karena, dua hari lagi kau akan konser di O2, konser pertama kalian semenjak break." ujar Lottie.
"Whatt? Dua hari lagi?"tanyaku.
"Iya, Louis. Tadi Liam menelponmu, tapi kau tidur. Aku yang mengangkatnya." ujar Fizzy. "Dan setelah itu katanya kalian tour keliling Eropa. Setelah di London, negara selanjutnya di Paris."
Aku cuma ber-oh-ria. Aku harus semangat. Karena, aku sangat merindukan tampil di panggung dan bernyanyi untuk fans. Setelah di London, Paris.
Paris.
Paris.
Pa- tunggu.
"Apa kalian tadi bilang konser di Paris setelah di London?" tanyaku.
"Iya. Memangnya kenapa?" tanya Daisy.
Aku langsung tersenyum gembira. "Oh, t-tidak. Hanya..."
"Oh, i see. Paris? Oh, yeah." ujar Phoebe tersenyum.
"Baiklah. Sekarang, kita pergi. Aku yang traktir kalian." ujarku bersemangat.
"Dan, setelah ini kau harus latihan bersama the boys untuk konser nanti." ujar Lottie. Aku mengangguk.
~~~~~~
Dua hari kemudian...
Paris
Eleanor's POV
"Okay, El. Pemotretan sudah selesai."
Aku segera duduk di ruang pemotretan. Aku sangat kelelahan, tapi aku tetap semangat menjalaninya.
"Eleanor, sudah satu tahun kau bekerja di sini. Kami sangat senang bekerja denganmu. Suatu hari nanti, kami akan mengajakmu dan teman-temanmu juga di proyek nanti." ujar Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Now [COMPLETED]
Fiksi Penggemar'Walau kini ia sudah jadi artis, namun sifanya tidak berubah. Ia tetap orang yang ku kenal dulu.' -Eleanor Jane Calder- 'Aku akhirnya bertemu lagi dengannya, dia yang mempunyai senyuman manis itu. Jika dia tersenyum, aku bahagia.' -Louis William Tom...