empat puluh satu

912 93 28
                                    

Eleanor's POV

"El, apakah itu kapel?" tanya Barbara.

Aku menangguk. "Ya, itu adalah Kapel Santo Petrus. Kapel itu sudah berusia seratus tahun. Bangunan ini terus dirawat sehingga bertahan lama."

"Kalau disebelahnya?" tanya Sophia.

"Itu adalah sebuah sanggar. Disana semua anak berkumpul untuk belajar, bermain dan mereka juga berlatih alat musik dan sebagainya. Aku juga sering melatih anak-anak itu jika ada waktu luang." jawabku.

"Dan, seharusnya Liam-Sophia, Harry-Barbara, Zayn-Perrie ke sana. Supaya mereka terbiasa dengan anak-anak." ujar Celine.

Aku mengangkat alisku. "Apa maksudmu? Jangan-jangan..."

"Yeah, Sophia, Barbara dan Perrie sedang mengandung anak pertama mereka. Dan semuanya usianya menginjak satu bulan. Hebat, bukan?" tanya Niall. "Dan, sebentar lagi Celine akan mengandung anak pertama kami." Niall terkekeh.

"What?? Kenapa kalian tak memberitahuku?? Padahal aku menunggu kabar dari kalian tentang berita ini." ujarku.

"Sorry, El. Kami ingin memberikanmu surprise." kata Perrie.

Aku mengangguk dan tersenyum. Akhirnya mereka akan menjadi orang tua.
"Eleanor Jane Calder!"

Aku menoleh ketika namaku dipanggil. Tapi, bukan hanya aku tapi semuanya berbalik.

Aku melihat seorang pria yang selama ini aku hindari dan aku tak mengharapkan kehadirannya.

"Hi, El! Bagaimana? Kau sudah memikirkannya? Jadi, jawabanmu apa?" tanya pria ini tanpa basa-basi.

Shit.

Sudah dua tahun, dia masih menagih jawabanku untuk pertanyaannya? Aku sudah berkata beribu kali, bahwa aku menolaknya. Ia masih saja bersikeras?

"Huh, Vic. Sudah aku katakan dari kemarin, bahwa aku menolaknya." ujarku kepada pria yang bernama Vic, alias Victor.

"Aku tahu, tapi seiring berjalannya waktu kau pasti akan merubah keputusannmu. Ayolah, El." mohon Vic.

"Vic, stop! Aku ulangi perkataanku. Aku. tidak. menyukaimu." ujarku penuh penekanan.

"Tapi kau mencintaiku, kan?" tanyanya lagi.

"Cinta? Tidak. akan. Hentikan, Vic. Dan, pergilah. Jangan berbicara hal ini lagi kepadaku. Apalagi dihadapan teman-temanku." tegasku.

"Kenapa? Apa salahnya? Kesembilan temanmu ini harus tahu bahwa aku, Victor Leonard mencintai Eleanor Jane Calder selama dua tahun." ujarnya.

Aku langsung turun dari kuda dan menghampirinya.

"Vic! Pergilah!" usirku.

Vic tersenyum sinis. "Kenapa? Kau takut kalau aku berkata kau belum move on dari Louis keparat William fucking Tomlinson itu? Yang sudah menyakitimu?"

"Jaga ucapanmu, tuan!" Aku mendengar Louis berteriak.

Oh, Tuhan. Aku tak ingin ada perang dunia ke 3.

"Oh, aku baru sadar kau ada disini. Asal kau tahu, Louis suaranya sangat jelek. Aku heran, kenapa juri meloloskannya di X-Factor waktu itu." ujar Vic.

"Dan, Harry Styles. Pria yang kurang tampan dan aku yakin, ia memakai dukun agar semua wanita jatuh hati padanya." ujar Vic lagi.

"Niall Horan. Si pirang albino itu, dari Irlandia. Pasti dia nyasar disini.

Dan, Zayn Malik. Si arab itu cocok tinggal di padang pasir.

Dan Liam Payne. Aku tak tahu, kenapa bisa dipanggil daddy. Ia tak cocok dipanggil seperti itu karena sifatnya seperti anak berumur 2 tahun."

Right Now [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang