dua puluh sembilan

732 85 2
                                    

Louis' POV

"Tadi Eleanor terkena serangan jantung. Jadi ia pingsan. Untungnya hanya serangan ringan." ujar dokter.

Serangan jantung?

"Sebaiknya, Eleanor berhenti merokok atau keadaannya makin parah." ujar dokter.

"Tapi setahu saya ia sudah berhenti, Dok." ujar Mark.

"Tidak, Dad. Aku kemarin melihat bungkusan rokok di apartemen aunty. Aku sudah melarangnya, tapi aunty bilang jangan pikirkan masalah aunty." ujar Trixy.

Aku, the Boys dan Barbara hanya terdiam mendengarkan. Aku seperti bingung mau berkata apa.

"Kalau dia merokok pasti dia sedang stress." ujar Maggie.

"Stress? Kenapa bisa?" tanyaku.

"Aunty stress karena memikirkanmu." ujar Trixy. "Ia pernah berkata padaku, bahwa ia sulit melupakanmu. Jadi, ia menjadi stress."

Aku mengacak rambutku. Aku berpikir, ini semua salahku.

"Apa kami boleh menjenguknya?" tanyaku.

"Boleh saja. Ia sudah sadar." ujar dokter.

Tanpa pikir panjang, aku langsung masuk untuk menemui Eleanor. Aku sangat mengkhawatirkannya.

Aku akhirnya melihat Eleanor yang terbaring lemah. Aku melihat keterkejutan di matanya ketika aku mendekatinya.

"Bagaimana perasaanmu?" tanyaku.

"L-Louis??" Eleanor memanggilku.

"Ya, ini aku. Penampilanku masih sama seperti setahun yang lalu." ujarku. "Maafkan aku. Karena aku kau-"

"Semuanya bukan salahmu. Aku yang bersalah tidak mendengar kata dokter. Aku sendiri yang ingin merokok." ujarnya. "Dan, aku akan berhenti merokok."

Aku bernapas lega. Suasana pun hening sejenak. Aku melihat Eleanor berusaha bangkit dari tempat tidurnya.

"Kau mau kemana?" tanyaku.

"Aku mau duduk. Aku lelah berbaring." ujarnya.

"Aku akan membantumu." Aku membantunya untuk duduk. Aku meletakkan bantal di tembok supaya ia bisa bersandar.

"Thank you." ujarnya. Aku hanya tersenyum.

Aku dan Eleanor pun terdiam. Keheningan menyelimuti kami.

"El, i miss you." ujarku. Aku sangat merindukannya. Hanya kata itulah yang menggambarkan perasaanku saat ini.

"I miss you too, Lou." ujarnya sambil menunduk.

Aku pun duduk di sampingnya. Aku mengangkat dagunya agar aku bisa melihat wajah cantiknya itu.

"Bolehkah aku memelukmu?" tanyaku perlahan.

Aku melihat keraguan di matanya. Akhirnya, aku melihatnya mengangguk kecil. Aku akhirnya langsung memeluknya erat.

Aku merasakan tubuhnya menegang. Namun perlahan ia membalas pelukanku.

Author's POV

Louis dan Eleanor mengeratkan pelukannya, melepas semua kerinduan yang terpendam. Mereka tak peduli berapa lama mereka berpelukan.

Mereka pun melepaskan pelukan mereka. Louis mengelus pipi Eleanor. Ia pun menarik dagu Eleanor. Dan sampai akhirnya wajah mereka sangat dekat.

"Oh, astaga!"

Mereka berdua terkejut karena mendengar suara seseorang. Louis menghentikan aksinya untuk mencium Eleanor. Mereka menoleh dan..

"Oh, m-maafkan aku. Aku tak tahu kalian lagi kissing. Aku hanya disuruh sama Liam, Niall dan Harry untuk masuk ke sini."

Right Now [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang