Eleanor pun masuk ke dalam kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke tempat tidurnya. Ia pun merasakan seseorang yang menggelitiki, ralat, menjilati kakinya. Ia pun segera bangun dan mendapati Bruce sedang duduk di lantai kamarnya.
Eleanor pun mendekati Bruce lalu mencium kepala Bruce. "Sekarang kau tidurlah."
Eleanor pun ke kamar mandi lalu membersihkan tubuhnya. Ia pun kembali ke kamar lalu memejamkan matanya.
~~~
"Mom, Dad. Aku berangkat dulu." ujar Eleanor lalu mengecup pipi Mom dan Dad nya.
Ia pun memanggil taksi. Tapi, ia mengurungkan niatnya ketika seseorang memanggil namanya.
"Eleanor!"
Yang dipanggil pun menoleh. Eleanor menatap pria yang baru saja memanggilnya yang duduk di motor sportnya dan memakai helm. Pria itu pun membuka helmnya.
"Louis??" panggil Eleanor.
"Kau mau ke sekolah? Mari aku antar. Jalanan pagi ini macet cukup parah. Akan lebih baik naik motor daripada naik taksi atau semacamnya." ujar Louis. Louis pun memberikan helm berwarna pink ke Eleanor. "Ini helm milik Lottie."
Eleanor hanya tersenyum mengangguk. Ia pun memakai helm dan naik motor.
"Kau siap? Berpeganglah." ujar Louis. Eleanor pun hanya memengang jaket Louis.
"El, itu tak terlalu kuat. Peluklah pinggangku." ujar Louis yang membuat Eleanor terkejut.
Louis pun menggenggam tangan Eleanor dan membawanya untuk memeluk pinggangnya. Louis pun berusaha agar ia tak gugup di depan Eleanor. Jujur, ia sangat gugup. Tapi, hanya inilah cara agar ia menunjukkan sedikit demi sedikit perasaannya kepada Eleanor.
Eleanor pun pasrah dengan perlakuan Louis. Kupu-kupu beterbangan di perutnya.
Louis pun mulai menjalankan motornya dengan sangat kencang, sehingga Eleanor yang takut terjatuh ia pun memeluk pinggang Louis lebih erat. Dan, jika orang-orang melihatnya pasti mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
Lima menit kemudian, mereka pun sampai. Eleanor pun turun dan membuka helm. Louis juga membuka helmnya. Mereka terdiam sejenak berusaha menormalkan kembali detak jantung mereka.
"Thanks, Louis." ujar Eleanor akhirnya.
"Urwell, Eleanor. Jika kau butuh aku, teleponlah aku. Aku bersedia. Lagipula, band ku sekarang sedang cuti panjang." ujar Louis.
"Aku masuk sekarang." ujar Eleanor. Eleanor pun berbalik tapi tangannya ditahan Louis.
"Eleanor." Louis memanggil Eleanor. Eleanor langsung berbalik. Mereka saling menatap sejenak. Dan tiba-tiba...
Cup!
Bibir Louis mendarat di pipi Eleanor. Eleanor pun tersentak kaget. Ia kaget dengan perlakuan Louis yang satu ini. Ia tak menyangka bahwa Louis akan menciumnya di pipinya.
"Semoga harimu menyenangkan." ujar Louis. Louis pun memakai helmnya dan pergi.
Eleanor pun masuk ke dalam sekolah dengan jantung yang berdetak kencang. Ia pun mengatur napasnya.
"Eleanor, tenanglah. Hal itu sudah biasa terjadi antar sahabat. Janganlah kau menganggapnya lebih."
Eleanor juga pernah dicium pipinya dengan Max, sahabatnya. Namun, ia merasa biasa saja. Tapi, ketika tadi dicium dengan Louis, ia merasa desiran aneh di hatinya. Satu hal yang Eleanor yakin, bahwa perasaannya terhadap Louis sudah jauh. Ia mencintai sahabatnya sendiri, yaitu Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Now [COMPLETED]
Fanfiction'Walau kini ia sudah jadi artis, namun sifanya tidak berubah. Ia tetap orang yang ku kenal dulu.' -Eleanor Jane Calder- 'Aku akhirnya bertemu lagi dengannya, dia yang mempunyai senyuman manis itu. Jika dia tersenyum, aku bahagia.' -Louis William Tom...