Eleanor's POV
From : Louis
Hi, El! How are you? xxx
Aku memyerngit membaca pesannya. Tumben sekali dia mengirimku pesan.
To : Louis
Hi, Louis. I'm fine. You?
.
From : Louis
Fine too. Kau sedang sibuk?
.
To : Louis
Tidak. Aku lagi santai di kamarku. Why??
Tidak ada balasan lagi. Aku meletakkan ponselku. Dan, ponselku berdering.
Dari Louis.
Angkat. Tidak. Angkat. Tidak. Angkat. Tidak.
"Hello??"
"Hi, Eleanor. Kau tak berkeberatan aku menelpon?"
Aku menggeleng. "Tidak. Dan, ada perlu apa?"
"Aku ingin membicarakan masalah kita." ujar Louis.
Aku menghembuskan nafasku. Cepat atau lambat, kami harus menyelesaikannya.
"Baiklah. Aku ingin meminta maaf karena tidak mendengarkan penjelasanmu. Aku salah. Aku tahu semuanya dari Sierra. Jadi, maafkan aku." ujarku.
"Kau tak perlu meminta maaf. Aku yang bersalah karena terlalu bodoh pada saat itu. Dengan tipuannya, aku masuk ke perangkapnya." ujar Louis.
"Kau ingat waktu kita reuni? Sierra berkata bahwa ia menyukaimu." ujarku. "Jadi, aku pikir saat itu kau juga menyukai Sierra. Tapi-"
"Tidak. Aku mencintaimu. Aku tidak pernah menyukai Sierra. Aku hanya menganggapmya sebagai teman." ujar Louis.
"Aku yang memulainya, Louis. Aku tahu Sierra menyukaimu dan aku berpacaran denganmu. Ia sakit hati. Dan, ia ingin kau dan aku berpisah." ujarku.
"Tapi sekarang sudah berakhir. Ia telah menikah dan memiliki dua anak." ujar Louis. "Aku ingin kita melupakan segalanya dan memulai lagi yang baru."
"Maksudmu?" tanyaku tak mengerti.
"Kembalilah kepadaku, El. Aku sangat mencintaimu. Aku mohon, El. Kau secara tidak langsung membunuhmu secara perlahan kalau kau jauh dariku." ujar Louis.
"Aku tidak bisa memberikan jawabannya sekarang, Louis." ujarku. "Beri aku waktu."
"Baiklah. Aku akan meminta jawabanmu ketika kita betemu lagi. Dan, aku mau mendengar jawabanmu langsung." ujar Louis.
"Terima kasih, Louis." ujarku.
"Sama-sama. Tapi, dengan satu syarat." ujar Louis. "Kita harus berhubungan lewat telepon, chat dan skype. Aku selalu ingin tahu bagaimana kabarmu. Setuju?"
Aku tersenyum. "Okay. Aku setuju."
"Okay, aku harus cek sound sekarang. Bye, Eleanor." kata Louis.
"Okay, Louis. Bye." ujarku.
"I love you, El."
Aku mendengar tiga kata keluar dari mulutnya. Dan, ia menutup teleponnya.
"I love you too, Louis." lirihku.
~~~~~~~~~~~~
Seminggu kemudian..
"Okay, kita istirahat sebentar. Setengah jam lagi kita mulai." ujar photografer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Now [COMPLETED]
Fanfiction'Walau kini ia sudah jadi artis, namun sifanya tidak berubah. Ia tetap orang yang ku kenal dulu.' -Eleanor Jane Calder- 'Aku akhirnya bertemu lagi dengannya, dia yang mempunyai senyuman manis itu. Jika dia tersenyum, aku bahagia.' -Louis William Tom...