tiga puluh enam

666 90 14
                                    

Louis' POV

Aku membuka mataku dan aku lihat cahaya masuk melalui celah jendela Eleanor. Aku menoleh ke samping dan Eleanor sudah tak ada di sampingku.

Aku segera keluar dari kamarnya lalu menuju ke dapur. Aku melihatnya sedang membuat pancake.

"Kenapa kau tak membangunkanku?" Aku berdiri disampingnya dan melihatnya memasak.

"Aku lihat kau sangat nyenyak. Jadi, aku tak mau membangunkanmu." kata Eleanor.

Bip.

Aku mendengar ponselku berbunyi. Aku melihat satu pesan baru masuk.

From : Danielle

Lou, hari ini kau sibuk? Boleh ketemuan?

Entah mengapa tanpa pikir panjang aku membalasnya.

To : Danielle

Aku tidak sibuk. Boleh saja. Tempat dan jam kau yang atur.

.

From : Danielle

Baiklah. Bagaimana Starbucks dekat London Eye? Jam 11 siang.

.

To : Danielle

Baik. Aku akan ke sana. See you.

.

"Louis, ini pancakenya sudah siap." Aku menoleh dan berjalan menuju meja makan.

"Lou, kau bisa menemaniku sebentar?" tanya Eleanor yang sudah duduk di depanku.

"Pergi kemana?" tanyaku sambil menyuapkan pancake ke mulutku.

"Aku mau pergi ke pemakaman orang tua kandungku. Setelah beberapa hari, aku ingin ke sana. Aku ingin menemui mereka." tuturnya.

"Jam berapa?" tanyaku.

"Jam 11 siang ini. Kau bisa?" tanya El.

Deg.

"Bagaimana ini? Aku janji sama Danielle juga jam 11. Dan, Eleanor mengajakku untuk ke pemakaman di jam yang sama. Yang mana harus aku pilih??" batinku. Aku benar-benar bingung saat ini.

"Louis? Kau kenapa? Kau bisa kan?" tanya Eleanor.

"Uh-h.. maaf El. Aku ada janji dengan Da-.... maksudku Niall. Ia mengajakku untuk menonton pertandingan bola. Kemarin kita sudah membuat janji dan merencanakan hal ini dengan matang."

Maafkan aku, El.

"Baiklah. Aku tidak apa-apa sendirian." ujarnya tersenyum. Aku melihat kekecewaan di matanya.

"Untuk menebusnya, aku akan mengantarmu. Bagaimana?" tanyaku.

Ia mengangguk. "Baiklah."

~~~~~~~~~~~~

Eleanor's POV

"Maaf kalau aku tak bisa menjemputmu sebentar." ujar Louis.

Aku tersenyum. "Tidak apa-apa, Louis. Aku akan naik taksi sebentar."

"Baiklah. Hati-hati, ya." Louis tersenyum dan menjalankan mobilnya.

Setelah mobil Louis hilang dari pandanganku, aku masuk ke pemakaman. Setelah berjalan cukup lama, aku sampai di makam kedua orang tua kandungku.

Aku menyentuh batu nisan yang tertulis:

RIP
Andrew Lionel
⭐: August, 8th 1968
➕ : January, 17th 1993

Right Now [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang