Louis' PoV
Sudah delapan jam aku mencari Eleanor, tapi ia tak ditemukan. Aku juga dibantu oleh the Boys, Willy, dan anak buah dad Chris. Hasilnya nihil.
Aku mengacak rambutku frustasi. Seandainya aku lebih cepat menahannya, atau tak membiarkannua pergi, pasti tak terjadi hal seperti ini.
"Louis, kau harus sarapan. Kau butuh energi untuk mencari Eleanor." ujar Liam.
Aku menggeleng. "Aku tidak lapar. Walaupun aku lapar, aku tidak mau makan."
"Tapi, Louis. Kau--"
"Louis, aku sudah menemukan salah satu anak buah Vic."
Aku menoleh ke Willy yang baru saja berbicara.
"Mana dia?" tanyaku.
"Ada di luar." jawabnya.
Aku langsung bergegas keluar. Dan, anak buah Vic sudah di tangkap.
"Dimana Eleanor disembunyikan??!!" tanyaku emosi.
"Whoaaa! Santailah, bung! Kau jangan emosi. Bahkan kita belum berkenalan. Kau artis, bukan? Aku harus meminta tanda tanganmu dan berfoto denganmu, atau---"
Bugghh!
Aku meninju perut pria yang dihadapanku ini. Ia telah memancing singa yang kelaparan.
"Louis, kendalikan emosimu. Masalah tak akan selesai jika kau emosi." Zayn menepuk bahuku.
"Hei, kau. Kami membawamu ke sini ingin bertanya. Dimana Vic membawa Eleanor?" Kini giliran Harry yang bertanya dengan perlahan.
"Aku tidak tahu. Jika kalian tahu, kalian mau membebaskannya? Tidak bisa. Kalian harus melawan teman-temanku yang badannya lebih besar dariku. Kalian pasti kalah. Dan satu hal lagi. Vic tidak mau memberikan Eleanor, karena wanita itu akan semakin menderita jika bersama kalian. Khususnya, jika Eleanor bersama Louis Tom--"
Bughh!
Aku meninju pipinya sehingga mengeluarkan darah.
"Kau.!!!! Jika kau memancing emosiku, aku akan membunuhmu." ujarku.
"Silahkan saja! Aku tidak tahu. Lagi pula, kau akan masuk neraka dan penjara. Aku masuk surga." ujarnya lagi.
Aku bersiap memukulnya, tapi Niall menahan tanganku.
"Kami mohon, jangan permainkan kami. Kami butuh jawaban darimu. Jika kau tidak menjawab dengan benar, maka kami akan mengirimmu ke penjara." ujar Niall.
"Terserah. Aku tak peduli. Lagipula, aku tidak akan memberitahu kalian kalau mereka sekarang ada di lumbung desa tertua. Sepuluh kilometer dari kapel." Orang itu tertawa, dan tawanya terhenti ketika ia menyadari ucapannya.
"Terima kasih atas jawabannya, tuan." kata Niall tersenyum dan menepuk bahu orang itu. Ia menoleh ke kami semua dengan muka senang. "See? Aku bisa kan membuat orang ini membuka rahasianya."
Aku hanya mengangguk. Lalu aku menoleh ke arah Willy. "Tolong tunjukkan arah ke tempat itu. Kita harus ke tempat itu."
Willy mengangguk. "Sebaiknya kita jangan robongan datang. Itu akan menbuat mereka curiga. Kita harus menyusun rencana."
Aku mengangguk. "So, kita mulai dari mana?"
~~~~~~~~~~~
Eleanor's PoV
"Ayolah, El. Kau harus makan. Nanti kau sakit. Nanti kecantikanmu berkurang."
Aku mengabaikan ucapan Vic. Aku sudah muak. Aku ingin bebas dari sini. Tapi, aku duduk di kursi sialan ini dengan tangan dan kakiku diikat di kursi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Now [COMPLETED]
Fanfiction'Walau kini ia sudah jadi artis, namun sifanya tidak berubah. Ia tetap orang yang ku kenal dulu.' -Eleanor Jane Calder- 'Aku akhirnya bertemu lagi dengannya, dia yang mempunyai senyuman manis itu. Jika dia tersenyum, aku bahagia.' -Louis William Tom...