tiga puluh dua

828 89 14
                                    

Eleanor's POV

Aku menatap kalender di samping tempat tidurku. Tiga bulan. Ya, sudah tiga bulan aku tinggal di apartemen. Aku tidak pernah menghubungi kedua orang tuaku. Aku bingung, apakah aku harus memanggil mereka dengan sebutan orang tua lagi atau tidak. Itu karena nama mereka, 'Calder' masih aku gunakan hingga saat ini.

Suara bel apartemenku membuyarkan lamunanku. Aku bangkit berdiri dan segera menuju pintu. Aku membuka pintu apartemenku.

"Hi, El!"

Aku tersenyum. "Hi, Barbs. Masuklah." Aku mengajak Barbara masuk dan duduk di ruang tamu.

"Ada apa, Barbs?" tanyaku. Kulihat Barbara menghela nafasnya. "Aku tahu, mereka pasti menyuruhku pulang, kan?"

Barbara menatapku. "Aku tadi membeli vitamin untuk ibuku di apotik. Dan, aku bertemu ayahmu. Ayahmu bilang, bahwa ibumu masuk rumah sakit."

Aku terkejut. "Mom masuk rumah sakit?" Aku mengusap keningku.

"Iya. Tekanan darahnya rendah. Semenjak kau pergi, ibumu jarang makan. Dan, akhirnya ia jatuh sakit." ujar Barbara. "Dan, ia berkata bahwa aku harus memberitahukan ini padamu. Ia tahu kalau aku tahu dimana kau tinggal. Cuman, ia takut bertemu denganmu. Ia takut kau pergi lagi."

Aku menyandarkan diriku di sofa. "El, kau tidak merindukan mereka? Aku tidak bermaksud ikut campur, hanya saja... mereka membutuhkanmu. Kau sudah bersama mereka sejak kau masih bayi. Lupakan rasa bencimu, El. Bagaimana juga, mereka yang sudah merawatmu seperti anak mereka sendiri."

Aku terdiam mendengar ucapan Barbara. Dan, aku merasa bersalah. "Barbs, kau mau mengantarku ke rumah sakit tempat ibuku dirawat?"

Barbara tersenyum. "Dengan senang hati."

~~~~~~~~~~

Aku sampai di rumah sakit. Barbara hanya menurunkan aku dan langsung pergi ke kantornya. Aroma obat-obatan sudah tercium ketika aku masuk.

"Eleanor??"

Aku menoleh ke sumber suara. Itu Dad. Dad memanggilku. Ia menghampiriku dan langsung memelukku.

"Dad sangat merindukanmu." ujar Dad. Jujur, aku juga merindukan mereka. Aku membalas pelukan Dad. "Aku juga merindukan Dad. Aku minta maaf karena pergi tanpa memberi kabar."

"Kau tak perlu meminta maaf. Kau tak salah. Dad paham kau keluar dari rumah karena kau tidak bisa menerima kenyataan ini." ujar Dad.

Aku mengangguk. "Dad, dimana Mom?" Dad langsung mengajakku ke ruangan dimana Mom dirawat.

Kami berhenti di sebuah ruangan dan Dad membuka pintunya. Aku melihat Mom yang sedang menatap keluar jendela sambil terbaring.

"Mom, lihat siapa yang datang." ujar Dad.

"Aku mau yang datang adalah Eleanor. Tak mau yang lain." ujar Mom.

Aku tersenyum dan segera mendekati Mom. "Mom, ini aku."

Mom menoleh dan melihatku senang. "Astaga! Eleanor? Apa ini benar kau??"

"Ya, Mom. Aku Eleanor." ujarku. Mom menarikku ke pelukannya.

"El, Mom sangat merindukanmu." ujar Mom.

"Aku juga merindukan Mom." ujarku.

"Kau harus janji tidak akan pergi lagi. Kembalilah ke rumah, El." ujar Mom.

Aku mengangguk. "Baiklah. Aku akan kembali ke rumah."

.

Setelah makan dan minum obat, Mom akhirnya tertidur.

Right Now [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang