Eleanor.Sierra.Lionel.
Hanya nama itu yang ada dipikiran Eleanor. Bagaimana coba, seseorang yang membencimu dan yang kau benci datang ke hadapanmu.
Eleanor hanya menatap jalan didepannya. Ia menyebrang jalan ketika lampu pejalan kaki berwarna merah. Alhasil, dari kejahuan sebuah mobil melaju ke arahnya. Tapi ia tak menyadarinya. Ia pun menyadari waktu seseorang teriak lalu menariknya ke pinggir jalan.
"Hei, kau hampir membahayakan nyawamu sendiri." ujar seorang pria yang menyelamatkan Eleanor. Eleanor mengatur napasnya karena dirinya nyaris saja tertabrak mobil. Ia pun menoleh ingin mengucapkan terima kasih.
"Terima ka-" ucapnya terhenti ketika merihat siapa yang menyelamatkannya. "L-Louis?!!"
"Kau mengenaliku?" tanya pria yang ternyata bernama Louis. "Astaga, ternyata aku sudah capek menyamar, masih ada yang mengenaliku?"
Eleanor tersenyum. "Aku mengenalimu karena dari matamu dan suaramu."
Louis hanya mengangguk. "Apa yang kau pikirkan? Untung saja aku berjalan disekitar sini. Kalau tidak, aku tak tahu apa yang akan terjadi padamu selanjutnya." ujar Louis khawatir.
"Terika kasih karena sudah menyelamatkanku." kata Eleanor tulus. "Ya, aku sedang memikirkan Eleanor."
Louis keheranan. "Eleanor? Dirimu sendiri?"
Eleanor menggeleng. "Bukan aku, Eleanor Jane Calder. Tapi aku memikirkan Eleanor, Eleanor Sierra Lionel. Teman kita waktu SD, Louis."
"Wait. Si Lion itu? Sudah ku bilang, kita panggil saja Lion." ujar Louis kesal.
"Louis, dia gak seperti yang kau bayangkan. Well, sekarang dia tumbuh cantik. Aku bertemu dengannya di Starbucks." ujar Eleanor.
"Biar kau bilang dia cantik, tapi pasti kau lebih cantik daripada dia." kata Louis. "Sudahlah, aku tidak mau mendengar namanya lagi. Sampai sekarang, aku masih membenci orang itu."
"Benci bisa jadi cinta, lho." goda Eleanor.
Louis menatap Eleanor. "Cinta? Heh! Well, sekarang aku sedang jatuh cinta sama seseorang. Kau tak mengenalnya."
"Benarkah? Siapa?" tanya Eleanor.
Kau, Eleanor Jane Calder. Aku jatuh cinta padamu. Batin Louis. Tapi ia tak punya keberanian untuk mengungkapkannya sekarang. "Aku akan beritahu padamu satu saat nanti."
"Promise?" tanya Eleanor.
"Promise." ujar Louis.
Eleanor pun menatap Louis. Siapa Louis? Apa itu aku? Oh, Eleanor. Kau jangan bermimpi terlalu tinggi. Louis tidak mencintai dirimu. Tapi kaulah yang mencintai Louis. Kau telah jatuh cinta dengan Louis, Eleanor.
"Oh ya El. Besok pementasan drama di sekolah Daisy dan Phoebe kan?" tanya Louis membuat Eleanor keluar dari dunia khayalnya.
"Ya, besok. Dan kau, Harry, Barbara, Liam dan Niall aku undang." ujar Eleanor. "Well, bukan aku, tapi kepala sekolah yang memintaku untuk mengundang kalian sama sahabatku."
"Wow. Aku senang sekali. Kami berempat akan tampil disana." ujar Louis.
Eleanor tersenyum senang. "Benarkah??? Wow, aku akan sangat senang jika kalian tampil nanti."
Asal kau bahagia, aku juga bahagia El. Louis menatap Eleanor sambil tersenyum. "Oh ya El. Mom ku rindu padamu. Kau mau ke rumah Mom ku sekarang?"
"Ummm..boleh kok..." ujar Eleanor.
~~~~~
Hampir lima jam Eleanor berada dirumah Louis. Joannah mengajak El membuat kue bersama keempat saudara perempuan Louis, Lottie, Fizzy, Daisy dan Phoebe. Ya, walau akhirnya kami berperang tepung hingga kami harus membersihkan dapur. Dan, yang membuat Eleanor dan keempat adik perempuan Louis kesal karena Louis begitu banyak berkomentar soal hasil jerih payah mereka, padahal Louis tak bekerja sama sekali, hanya sibuk bermain dengan Ernest dan Doris lalu bermain ponsel ketika kedua anak itu sudah tidur. Karena mereka kesal, akhirnya kelima wanita itu mencolekkan tepung sisa ke wajah Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Now [COMPLETED]
Fanfiction'Walau kini ia sudah jadi artis, namun sifanya tidak berubah. Ia tetap orang yang ku kenal dulu.' -Eleanor Jane Calder- 'Aku akhirnya bertemu lagi dengannya, dia yang mempunyai senyuman manis itu. Jika dia tersenyum, aku bahagia.' -Louis William Tom...