tiga puluh tujuh

741 96 89
                                    

Eleanor's POV

"Kontrakmu sudah habis, Eleanor."

"Kami terpaksa memecatmu."

"Jangan khawatir, kami sudah mendapat penggantimu."

"Namanya Danielle Campbell. Ini dia fotonya. Cantik bukan?"

Aku menyingkirkan semua benda yang ada di meja riasku. Dan aku juga membuat kamarku berantakan. Sudah selesai! Semua yang aku sukai pergi. Pertama, Louis masih mencintai Danielle. Kedua, aku dipecat dari pekerjaanku dan digantikan oleh Danielle.

Kenapa semuanya Danielle? Kenapa harus aku yang menderita? Apa salahku?

"Eleanor?? Apa kau ada di dalam??"

Itu suara Louis. Astaga! Aku harus membereskan kekacauan ini. Louis belum tahu kalau aku sudah tahu semuanya. Aku mengunci kamarku supaya tidak masuk. Aku membersihkan mukaku lalu mengganti bajuku. Lalu aku membereskan kamarku.

"Eleanor??? Kau ada di dalam???" Louis mengetuk pintu kamarku. Aku segera membukanya.

"Oh, hei Louis." sapaku seceria mungkin. "Bagaimana pertandingannya?"

Louis mengangguk. "Timku kalah. Dan tim Niall menang. Aku harus mentraktirnya Nandos."

Kau bohong, Louis. Kenapa kau tidak jujur saja??

"Dan, kenapa kamarmu berantakan??" tanya Louis.

"Oh, itu karena aku ingin membersihkan kamarku. Sudah lama aku tak membersihkannya."

"Baiklah. Aku bawakan kau Caramel Macchiato. Aku tadi lewat Starbucks, jadinya aku beli untukmu." kata Louis.

"Thanks, Louis. Aku akan meminumnya nanti. Aku mau lanjut membersihkan kamarku." ujarku.

"Baiklah, aku akan membantumu." Louis masuk ke kamarku. Aku kembali melanjutkan aktifitasku.

Sementara aku membersihkan, Louis memelukku dari belakang. Aku terkesiap. Namun kemudian aku menikmati pelukan ini. Mungkin, pelukan ini jadi yang terakhir.

"Aku mencintaimu, Eleanor." bisiknya di telingaku.

Aku atau Danielle yang aku cintai, Louis?

"Aku juga mencintaimu." ujarku. "Dan jangan meninggalkanku."

Louis melepas pelukannya. Ia memutar tubuhku. "Hey, apa yang kau bicarakan? Aku tak akan meninggalkanmu."

"Aku takut suatu saat nanti kau meninggalkanku dan bersama gadis yang kau cintai." ujarku. Sial! Aku menangis.

Louis mengusap air mataku. "Hey, gadis yang aku cintai itu hanyalah kau."

Louis, kau berbohong lagi. Apa salahnya jujur Louis? Mendengar kata-katamu membuat hatiku tambah sakit.

"Baiklah, sekarang aku mengajakmu jalan-jalan. Untuk menebus kesalahanku karena tak menemanimu tadi." ujar Louis.

"Tapi, aku belum membereskan kamarku. Dan, aku harus menyiapkan makan malam sebentar karena Mom dan Dad pulang." ujarku. Ya, hari ini mereka pulang.

"Aku janji tak akan lama. Kita pergi ke kedai es krim favorit kita. Bagaimana?" tanya Louis.

"Baiklah. Aku akan ganti baju dulu." ujarku.

"Tak perlu, El. Begini saja cukup. Dan kau terlihat cantik." ujar Louis.

Aku tersenyum lalu mengambil minumanku tadi dan mengikuti Louis.

~~~~~~~~~~~

Tiga hari kemudian

Right Now [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang