"Seungcheol," kataku lembut. Seungcheol menoleh. Tersenyum padaku. Sangat tampan. Aku menatap manik mata kecoklatannya. Dalam.
Seungcheol saat ini berbeda dengan Seungcheol ketika papanya, Tuan Choi meninggal beberapa hari yang lalu. Aku tak tahu dengan hati dan pikiranku saat ini. Sepertinya mereka telah didominasi oleh Seungcheol. Dari hatiku yang mulai berdegup cepat saat dia tersenyum. Dari mataku yang mulai senang melihat sosoknya. Dari pipiku yang mulai merona saat bertemu dengannya. Dan dari pikiranku yang mulai terisi bayangan-bayangan masa depanku bersama Seungcheol.
Perlakuannya kali ini sangat manis padaku. Dari dirinya yang membenarkan kursi untukku dan mempersilahkanku duduk dengan semanis mungkin. Senyumnya yang sama sekali tak hilang dari wajahnya, membuatku nyaman untuk 'kencan' pertama kami.
Seungcheol berdehem memecah keheningan diantara kami. "Ternyata ini calon istriku," katanya setelah berdehem. Namun nada dari perkataannya membuatku sedikit mengerutkan kening. Nada menyindir dan dengan suara sinis.
"Menurutmu?" kataku menjawab perkataannya dengan nada yang tak kumengerti. Aku memang benar-benar tak mengerti apa yang dia maksud.
"Yah aku beruntung jika dijodohkan denganmu, tak seburuk yang aku pikir," katanya lagi. Kali ini dengan nada lebih sinis. Aku mengerutkan kening lebih sempurna.
"Apa yang sebenarnya kau maksud? Aku tak paham," kataku mencoba mencerna perkataan Seungcheol yang terlalu keras itu.
"Kau cantik, aku jadi tak malu untuk memamerkanmu dengan temanku. Kau juga proporsional, tapi tak sebagus kekasihku." Kali ini aku tahu maksud dari perkataannya tadi. Aku menghela nafas panjang. Seungcheol hanya menampilkan smirk-nya yang seakan menertawakanku. Menatapku dengan tatapan mencibir. Aku sedikit merasa sakit atas perkatannya barusan memang. Bukan salah jika aku sakit hati, dia calon suami yang nantinya akan selalu ada di kehidupanku. Bahkan sampai aku tua nanti. Kami akan terpaut dari hati, jiwa, raga, pikiran dan batin. Kami akan bersama dalam cinta dan juga benci.
Seungcheol menghela nafas kasar. Menatapku dengan kasihan. "Aku hanya menuruti perkataan almarhum papaku, dan jika nanti kita menikah, aku harap kau tak mendominasi aku. Kita tetap berbeda meski dalam satu ikatan," katanya mewanti-wantiku. Aku hanya menatapnya tajam. Seungcheol melanjutkan perkataannya yang terhenti.
"Aku setuju kita satu rumah, aku setuju kita akan bersama-sama kemana pun, aku setuju kau jadi menantu keluarga Choi. Tapi ingat aku tak setuju kau menuntutku."
Aku mengerutkan keningku. Mencoba sekali lagi mencerna perkataannya. "Aku punya kekasih, aku tak ingin putus dari kekasihku hanya untuk kau. Jadi jangan harap ada cinta diantara pernikahan kita," kata Seungcheol melanjutkan dengan tenang. Aku paham sekarang. Aku juga tahu, aku bodoh. Aku merelakan cintaku dengan Wonwoo untuk lelaki yang sama sekali tak mencoba merelakan cintanya untukku? Aku salah memutuskan Wonwoo. Dan aku terlambat untuk membuatnya kembali. Dia ada di Eropa sekarang. Rasa menyesal itu mulai merambat dalam hatiku sekarang. Aku menyesal memutuskan lelaki yang mencintaiku sepenuh hatinya.
"Tak apa, aku juga berusaha menyenangkan Tuan Choi dengan menuruti keinginannya," kataku miris. Jujur aku agak kecewa dengan kata-kata Seungcheol itu. Seungcheol menatapku, masih dengan smirk-nya yang sedikit membuatku sebal.
"Baiklah itu yang aku harapkan, jadi kuharap kau jangan terbawa perasaan ketika bersamaku nanti saat kita menikah," katanya terhenti. Menghela nafas kasar. "Baiklah, akan kuantar kau pulang sekarang," katanya berdiri. Aku bingung kali ini. Pertemuan tanpa makan? Aku lapar dan tadi tak makan ketika bertemu dengan Yein, aku menolak dia membelikan aku makanan. Kupikir jika bersama Seungcheol akan makan.
"Tak perlu," kataku menggeleng lalu berdiri mengikuti Seungcheol. "Aku bawa mobil," kataku menolak. Aku berjalan melengos pergi tanpa menunggu jawaban Seungcheol. Aku dengan gusar menuju mobilku. Bukan karena marah. Aku sangat lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soft Of Voice
Fanfiction[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia lebih indah. Akan ada sesuatu yang hilang ketika dia mulai terbang. Tapi yakinlah, pasti ada sayap lain yang membantu untuk terbang. Atau justr...