Engahan napas terus mewarnai kamar apartemen milik Jisoo. Seungcheol masih terus memagut, tak membiarkan aku untuk beristirahat sejenak saja. Sedetik saja. Aku tak tahu apa ini, sejak setengah jam yang lalu Seungcheol hanya terus memagutku, menggodaku tanpa menyelesaikan semuanya. Bukannya aku meminta lebih, tapi dia hanya terkesan bernafsu untukku. Bukannya aku meminta lebih, tapi aku wanita. Wanita pasti akan selalu kesal ketika telah digoda terlalu lama namun tak segera berlanjut. "Cukup Seungcheol," kataku mendorong sedikit badan Seungcheol.
"Kenapa?" Aku hanya menggeleng menanggapi pertanyaannya. Aku tak tahu harus mengatakan apa. Tapi ini sudah cukup larut malam, aku ingin segera istirahat sekarang.
"Ini sudah larut malam, aku ingin beristirahat jadi kau pulang saja." Aku berkata dengan sangat hati-hati, takut jika nanti dia tersinggung. Aku menatap siluet wajah Seungcheol yang begitu indah. Aku memujanya. Sungguh aku sangat memujanya.
Sebelum menjawab, Seungcheol memelukku. Mencium puncak kepalaku dengan sangat lembut. Aku berbalik memeluknya longgar, enggan untuk membuat putriku sesak di perutku. Aku tersenyum getir, sekali lagi menyayangkan akan keadaanku yang sebenarnya, serba salah. Sisi pertama, aku adalah istri Seungcheol yang sebentar lagi akan dimadu olehnya, aku berhak menolak sebenarnya tapi aku tak kuasa dengan pernyataan Seungcheol yang mengungkapkan bahwa dia mencintaiku. Aku sangat lemah dengan pernyataan itu. Sisi kedua, aku hamil anak Seungcheol yang mana publik tahu bahwa ini anak Jisoo, anak hasil selingkuhanku dengan lelaki yang tinggal bersamaku saat ini. Lelaki yang menjagaku dengan amat sangat baik. Sisi ketiga, Jisoo juga mencintaiku, tapi aku enggan untuk membalas cintanya karena memang aku tak mencintainya. Setiap hal yang aku lakukan akan ada campur tangan Jisoo disana, membuatku merasa perlu membalas budi sikapnya terhadapku.
Mengingat keduanya menyatakan cintanya kepadaku, aku sempat berpikir keras untuk itu. Entah mana yang benar-benar mencintaiku dari hati mereka. Entah Seungcheol yang terus membuatku mabuk kepayang atau Jisoo yang terus membuatku nyaman. Melihat sikap Seungcheol yang seolah-olah hanya datang kepadaku saat aku akan meninggalkannya membuatku berpikir lagi, siapa yang harus aku percaya. Suami yang aku cintai atau sahabat lelaki yang selalu membuatku nyaman untuk segala aspek?
Seungcheol melepaskan pekukannya dengan perlahan, kembali mencium puncak kepalaku sebelum pergi meninggalkanku. Dia hanya tersenyum. Aku mengantar kepergiannya hingga ruang tamu, dapat ku lihat dengan jelas di sana sosok Jisoo berdiri bersandar pada dinding dekat pintu keluar. Seakan dirinya mengantar kepergian Seungcheol dengan tawa sinisnya. Seungcheol tak menghiraukan Jisoo di sana, hanya menatapnya sejenak sambil mengangkat salah satu alisnya. "Jaga istriku, Jisoo. Jangan buat dia lemah karena mengandung anakmu," kata Seungcheol sambil berlalu meninggalkan apartemen ini.
Bang!
Perkataan Seungcheol itu sukses membuatku melemah. Apa maksudnya mengatakan agar aku tidak dibuat lemah dengan anak yang aku kandung. Apakah dia hanya mencintaiku bukan anaknya? Jisoo ikut kaget mendengar pernyataan Seungcheol barusan. Aku tak tahu bagaimana itu bisa dikatakannya dengan bibir manisnya? Jisoo berdiri tegak, menatapku yang masih kaget. Langkah Jisoo dibawanya kepadaku. Meraih tanganku dan membawaku duduk di sofa. Gerakan Jisoo membuatku sedikit kaget, kini wajahnya tepat kurang dari dua puluh senti. "Apa yang dilakukannya Ahrim?"
"Ehm ... kita hanya berbicara masalah suami istri saja."
"Kau serius akan mencabut gugatan ceraimu pada Seungcheol?" Jisoo menatapku serius. Aku merasa sangat canggung dengannya, entah kenapa sejak pernyataan cintanya padaku aku jadi serba canggung dan tidak enak pada Jisoo.
Aku hanya mengangguk lemah. Jisoo menghela napas berat dan panjang. "Aku terlalu lemah untuk menolak permintaan Seungcheol, Jisoo."
"Apakah kau tidak berpikir bahwa kau disakiti oleh dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Soft Of Voice
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia lebih indah. Akan ada sesuatu yang hilang ketika dia mulai terbang. Tapi yakinlah, pasti ada sayap lain yang membantu untuk terbang. Atau justr...