3rd pov
Jisoo dan Arin tersentak ketika mendengar pintu kamar dibuka dan menampilkan dua orang yang mereka kenal. Sebenarnya mereka tak melakukan apapun hanya saja tatapan keduanya yang terlihat teduh membuat keduanya tersipu. Ahrim dan Seungcheol yang masih berdiri di depan pintu tersenyum manis. Seungcheol mencium kening Ahrim dengan singkat.
"Apakah kami mengganggu?" Ahrim tersenyum penuh arti melihat keduanya. Bisa terlihat jelas bagaimana semburat merah nya pada pipi keduanya. Jisoo tampak lebih kalem menanggapi hal ini, tapi tak bisa disembunyikan bagaimana dirinya tersipu. Sedangkan Arin, gadis yang baru saja lulus dari kuliahnya itu tak bisa menutupinya. Arin baru memasuki umur dua puluh satu tahun, sedangkan Jisoo berumur dua puluh lima tahun. Bisa terbilang jarak keduanya memang cukup jauh, sehingga terlihat bagaimana keduanya menyikapi ini semua.
Ahrim tahu benar, adik kandungnya itu tak banyak bercerita tentang lelaki. Banyak memang yang mengantri pada adik semata wayangnya itu untuk berpacaran, tapi Arin lebih memilih pendidikan sebagai hal yang dipentingkannya. Gadis itu sama seperti Ahrim, sama persis. Keduanya sama-sama jebolan akselerasi, bukan hanya masa sekolah dasar, tapi sekolah menengah pertama juga atas. Lulus kuliah diumur yang sangat muda. Dan pernah menjalin kasih sebanyak satu atau dua kali, Ahrim dengan Wonwoo dan Changkyun serta Arin dengan Jaehyun. "Sejak kapan Kakak disini?"
Seungcheol dan Ahrim tertawa. "Kami baru saja datang. Kupikir kalian perlu jalan untuk saling lebih dekat."
Ahrim mengangguki perkataan Seungcheol. Jisoo tertawa. "Mungkin besok aku akan mengajak adikmu kencan, Ahrim."
Semburat pipi Arin semakin kentara mendengar perkataan Jisoo. Seungcheol dan Ahrim lagi-lagi tertawa. Jisoo melanjutkan perkataannya. "Tapi sekarang aku harus kembali. Papaku akan kembali dari Paris, jadi aku harus mempersiapkan kedatangannya."
"Om juga dari Paris?" Seungcheol menyela perkataan Jisoo. Jisoo hanya mengangguk. "Aku akan menemuinya besok Jisoo."
"Papa pasti sudah merindukanmu Seungcheol," kata Jisoo tertawa sambil menepuk bahu Seungcheol. "Aku harus kembali sekarang. Aku pamit, jaga dirimu Ahrim, jaga bayi kalian. Dan ..."
Jisoo menatap Arin yang sedari tadi terdiam di dekat box bayi milik Haneul yang masih tergolek nyenyak. "Sampai bertemu besok, Arin."
---
"Kau yakin tidak ingin membawa suster kemari, Sayang?" Seungcheol terlihat khawatir karena saat ini Ahrim akan menyusui Haneul. Kancing kemeja yang dikenakan Ahrim sudah terbuka dua bagian teratas, membuat Seungcheol harus menahan diri tidak membuat istrinya melayaninya. Sejujurnya Ahrim tahu apa yang dipikirkan oleh Seungcheol, dia paham betul bahwa suaminya sedang menahan diri.
"Aku harus memberikan Haneul stimulasi se-dini mungkin Seungcheol. Aku juga tahu semuanya tentang bayi, jangan khawatir. Aku juga hanya ingin membuat aku dan Haneul lebih dekat lagi." Ahrim bersiap membuka semua kancing kemeja yang masih terpaut di badannya. Seungcheol hanya menatap istrinya dengan menutup mata, sesekali Seungcheol membuka matanya sedikit, mengintip istrinya yang membuka bajunya seorang diri. "Sayang, bisa bantu aku?"
Seungcheol langsung membuka matanya, sumringah. Ahrim terkekeh melihat ekspresi lucu suaminya. "Apa yang bisa aku bantu?"
"Bawa Haneul sebentar." Seungcheol menerima Haneul yang hampir menangis tapi tidak terlalu rewel. Seungcheol dengan refleks menimang putrinya dalam senandungan lagu tidur, Ahrim tersenyum dan segera melepaskan kemeja serta pakaian dalam yang dikenakannya. Dengan selimut, Ahrim menempatkan diri di ranjang, bersandar pada kepala ranjang. "Seungcheol, bawa Haneul kemari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soft Of Voice
Fanfiction[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia lebih indah. Akan ada sesuatu yang hilang ketika dia mulai terbang. Tapi yakinlah, pasti ada sayap lain yang membantu untuk terbang. Atau justr...