NINETEEN

1.2K 154 32
                                    

"Sudah berapa usia kandunganku?" Aku menatap dokter Bae Joohyun dengan tidak percaya. Dan sejujurnya aku memang tidak percaya. Bagaimana bisa hubungan bercinta dibawah sadar justru bisa membuatku hamil? Aku mengusap-usap perutku dengan pelan. Aku akan jadi ibu?

"Aku tidak tahu pasti, tapi usia kandunganmu bisa dibilang sangat muda," kata dokter Joohyun terhenti. Dia memutar bola matanya. "Masih sekitar satu minggu, janin di dalam perutmu bereaksi karena sepertinya kau meminum air kelapa muda. Benarkah?"

"Bagaimana Dokter tahu?" Aku menatap dokter Joohyun dengan tatapan bingung. Dokter Joohyun tertawa mendengar pertanyaanku. Dia menatapku.

"Jangan panggil aku dengan panggilan Dokter, Ahrim, aku masih seumuranmu, mungkin tiga atau empat tahun lebih tua darimu. Panggil aku Joohyun saja."

"Tapi──"

"Sudahlah, aku sebenarnya tak nyaman jika harus dipanggil Dokter seperti tadi. Kau bisa memanggilku kak jika kau canggung."

"Kenapa?"

"Aku tak ingin terus hidup sebagai dokter, maksudku aku memang dokter jika di rumah sakit. Tapi sekarang aku di rumah, aku Joohyun sekarang."

"Tapi kau tetap seorang dokter bukan?"

"Hanya saat aku bekerja."

"Sekarang kau bekerja."

"Tidak, aku membantumu."

"Baiklah, kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Benarkah aku hamil dan darimana kau tahu janinku bereaksi terhadap kelapa muda?"

"Aku sangat yakin, karena aku juga seorang ibu, aku mengalami masa di mana kau juga mengalaminya. Sama sepertimu, aku mengetahui aku hamil satu minggu setelah aku dan mantan suamiku berhubungan." Dokter Joohyun tersenyum.

"Oh maafkan aku tentang itu." Aku membelai lembut lengan kanannya dengan tangan kiriku. Sepeninggal suaminya pasti dokter Joohyun merasa sepi.

"Kau ini seperti bersama siapa saja, anggap aku kakakmu Ahrim. Aku tahu dan pasti kau butuh dukungan saat hamil seperti ini."

"Aku harus berterima kasih kepadamu jika kau mau menjadi pendukungku."

"Selalu Ahrim," kata Joohyun mengusap perutku. "Segera beri tahu Seungcheol tentang ini. Aku yakin dia akan lebih memperhatikanmu."

Aku menunduk mendengar pernyataan Joohyun. Entahlah. Wajahku berubah masam. Aku tersenyum diantara rasa kesalku. Apa benar jika aku memberi tahukan Seungcheol bahwa aku hamil anaknya akan membuatnya lebih perhatian terhadapku? Jika iya, aku akan senang. Jika tidak, dia akan bertanya siapa ayah dari anakku. Secara dia tak sadar bercinta denganku malam itu.

"Mungkin tidak." Aku menatap Joohyun dengan tatapan muram. Wajah Joohyun mendadak jadi bingung.

"Kenapa?"

"Dia dan aku tak tahu jika pernah berhubungan, dan aku yakin dia tak akan percaya jika anak ini adalah anaknya."

Joohyun menutup mulutnya. Wajahnya mendadak kaget. Matanya terbelalak hendak keluar dari wadahnya. Napasnya tercekat. "Aku yakin ikatan Ayah dan anak akan menyadarkannya Ahrim."

"Terima kasih, Kak." Joohyun memelukku dengan erat. Wajahnya sumringah.


---


Batang hidung Seungcheol belum juga nampak. Sudah beberapa jam setelah aku menyuruhnya menerima panggilan dari Junghwa. Dia tak kunjung datang, dia tak juga kunjung memberiku kabar dimana dia sekarang. Aku teringat pesan yang diberikan oleh Junghwa sesaat sebelum Seungcheol datang menemui wanita itu. Aku jadi khawatir jika itu benar terjadi.

Soft Of VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang