THIRTY TWO

1.1K 192 31
                                    

"Astaga Ahrim!" Suara berat itu membuatku dan Jisoo seketika tersadar dengan apa yang telah kami lakukan. Kami segera melepas buaian pagutan yang tadi membutakan jiwa dan raga. Jisoo duduk tegap menatapku dia terlihat memejamkan mata, seakan dia takut dengan siapa yang sedang menegur kami. Aku tersenyum geli setelah melihat siapa yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Ada apa Changkyun?" kataku menyingkirkan tangan Jisoo dari bahuku. Changkyun berjalan mendekat kami. Jisoo membuka matanya, bernapas lega.

"Kalian tidak berniat untuk selingkuh bukan?" Changkyun menatapku dan Jisoo dengan tatapan intimidasi. Aku menatap Jisoo yang terlihat salah tingkah. Sejujurnya aku juga salah tingkah dengan hal ini. Kami saling diam dan tidak bisa menjawab apapun. Apa yang kami lakukan memang sebetulnya salah besar. Changkyun menatap Jisoo dengan tatapan tidak enak. Aku tahu pasti dokter muda ini merasa bahwa kami ada apa-apa.

Aku berubah kaku, canggung dengan Changkyun yang dengan terang-terangan memergokiku dan Jisoo sedang berciuman. "Sudahlah, jika memang kalian ada apa-apa toh aku tidak mempermasalahkan itu. Jika Jisoo justru lebih baik dari Seungcheol, kurasa kau lebih baik jika bersama Jisoo. Seungcheol sudah terlalu menyakitimu Ahrim"

Perkataan Changkyun seketika membuatku terdiam. Menatap Jisoo yang juga menatapku lembut dan lekat. Aku tahu bahwa Jisoo jauh dan jauh lebih baik dari Seungcheol, apapun aspek yang dimilikinya. Tampan, baik, seorang CEO hotel bintang lima di kota-kota besar dunia termasuk Paris, sukses di usia muda, tidak memiliki kekasih dan pastinya dia lembut. Tidak seperti Seungcheol yang hanya kasar yang aku tahu. Tapi tetap saja, suamiku adalah Seungcheol dan dia juga papa dari bayi yang sedang aku kandung. Bagaimana pun aku sudah jatuh cinta kepada lelaki yang sebentar lagi akan menikah untuk kedua kalinya itu.

"Bisa kita bicarakan topik lain?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan yang menurutku tidak penting ini. Topik yang pada akhirnya akan menjatuhkan sosok Seungcheol, aku tak mau itu. Seburuk apapun hal yang dilakukan Seungcheol kepadaku, sesakit apapun sikapnya terhadapku, seperih apapun luka yang digoreskannya, dia adalah lelaki yang ada di hatiku saat ini. Tidak ada yang bisa menggantikannya bagaimanapun itu.

Kulihat Jisoo menghela napas berat. Changkyun juga. Memang aku tahu ketidak sadaranku berciuman dengan Jisoo tadi menciptakan spekulasi lebih pada Changkyun yang nyata-nyatanya mengetahui bagaimana seluknya hidupku setelah menikah dengan Seungcheol, tapi kami tidak lebih dari seorang teman. "Ada apa kau kembali lagi?"

Sebelum menjawab pertanyaanku, Changkyun tampak sedikit condong untuk melihat di luar pintu. Aku mulai curiga dengannya, jangan-jangan ada seseorang yang datang kemari. Wajah Changkyun jadi aneh dan takut setelah menatapku. "Seungcheol dan Junghwa ada di bawah."

Seketika kurasakan sesak di dadaku, jantungku berhenti berdetak, pikiranku berhenti bekerja, dan jiwa ragaku melemah. Apa yang dilakukannya kemari. Bersama Junghwa. Aku sudah menduga jika ketika Seungcheol tahu tempat persembunyianku, maka ini sudah tidak aman lagi. Ini sudah melebihi batas, aku ingin pindah. Kutatap Jisoo yang sama kagetnya dengan aku. Changkyun berdecak, seakan tahu kesusahan yang akan aku alami setelah ini. "Aku rasa kita harus segera pindah, Jisoo."

Ideku diangguki oleh Jisoo dan Changkyun. Seharusnya memang aku harus pergi dari apartemen Jisoo secepatnya, tidak baik jika aku lebih lama di sini. Setiap hari Seungcheol bisa datang hanya untuk membuatku menangis. "Akan aku carikan pengganti kepemilikan atas apartemen ini, akan aku carikan pula tempat aman untukmu."

Jisoo mengangguk mantap, membuatku semakin yakin terhadapnya. "Aku harus menemui lelaki itu"

"Tapi Ahrim──" Aku mengangkat tangan kananku untuk menghentikan perkataan Jisoo dan Changkyun yang bahkan belum sempat untuk berbicara.

Soft Of VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang