FOURTY SEVEN

922 150 33
                                    

"Kak! Arin pul──" Langkah ceria Arin terhenti ketika melihat seseorang tak dikenal duduk di kursi teras rumah Seungcheol. Gadis dengan surai hitam keabuan itu berdiri tatkala melihat Arin membuka gerbang tinggi rumah Seungcheol. Arin menatap gadis itu dengan sangat teliti dari ujung kaki hingga ujung rambut. Cantik, sudah pasti. Seksi, jadi identitasnya. Manis, selalu. Modis, dirasa Arin gadis ini adalah fashionista sejati. Tapi siapa gadis ini, apakah teman kakaknya? Tapi Ahrim tak memiliki kawan yang seperti gadis ini dan Arin yakin benar, Ahrim tak mengenalnya. Hampir semua teman Ahrim, Arin mengetahuinya. Dan apakah dia adalah teman Seungcheol? Itu mungkin karena Arin juga tak mengetahui banyak tentang kakak iparnya itu selain Junghwa dan Wonwoo juga Jisoo, yang kini dekat dengannya.

"Ehm ... siapa ya?" Arin bertanya dengan nada sedikit canggung. Langkah Arin juga terkesan sangat pelan. Gadis itu berdiri dan membungkukkan badannya kepada Arin yang dibalas dengan bungkukkan sembilan puluh derajat dari Arin.

"Oh ... perkenalkan aku Minatozaki Sana, teman sekolah Seungcheol. Kau siapa? Aku rasa aku pernah melihatmu?" Perkataan Sana sukses membuat Arin mengerutkan kening. Bertanya-tanya apakah dirinya dan Sana pernah bertemu. "Aku rasa Seungcheol tidak memiliki adik perempuan, dia anak tunggal bukan?"

Arin manggut-manggut, tersenyum manis. Arin membungkukkan badannya. "Perkenalkan, aku Yoon Arin. Adik ipar Choi Seungcheol. Adik kandung istrinya, Yoon Ahrim."

Sana menghembuskan napasnya, ikut tersenyum. "Pantas saja aku seperti pernah melihatmu, rupanya kau adik kandung istri Seungcheol. Wajah kalian sama persis. Salam kenal."

"Lebih dewasa kak Ahrim. Ehm ... Apakah tak ada orang? Aku rasa kak Ahrim tidak pergi kemanapun sekarang, aku rasa juga kak Seungcheol sudah pulang kerja."

"Aku sudah bertemu dengan pembantu rumah ini. Seungcheol dan istrinya sedang keluar jadi aku tunggu di sini."

"Silahkan masuk, aku akan membuatkan minuman untukmu. Mari." Sana tersenyum lalu mengikuti arah jalan Arin. Arin membuka pintu dan menyapa pembantu yang sedang membersihkan dapur.

"Bi, kakak bilang akan pergi kemana?" Arin meletakkan tas dan sebuah toolbox besar berisi alat kesehatan di dekat televisi. Sana masih mengekori Arin menuju dapur. Pembantu itu sudah selesai membersihkan dapur. Berniat pergi untuk mencuci baju.

"Nyonya Ahrim bilang mereka sedang mengurus keberangkatan Tuan Seungcheol ke China, besok."

"Oh, makasih ya Bi." Pembantu itu pergi meninggalkan keduanya setelah tersenyum manis. Memang, sekarang Seungcheol dan Ahrim menyewa pembantu, untuk memudahkan perkerjaan Ahrim karena mama muda itu sangat sibuk ketika Haneul menginjak usia delapan bulan ini. Keaktifannya sangat berefek pada ketatnya waktu Ahrim. Dia tak mampu mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri. Kini Arin juga tinggal bersama mereka. Orang tua Ahrim juga sering datang untuk tinggal beberapa hari melihat cucu pertama mereka. Mama Seungcheol masih belum pulang, pengerjaan butiknya memakan waktu yang cukup lama karena mama Seungcheol berencana membuat butik baru itu menjadi induk kedua setelah cabang butiknya di Seoul.

"Kau bisa duduk di sana." Arin menunjuk deretan kursi tinggi yang langsung menghadap pada dapur, lengkap dengan meja yang menyatu pada meja dapur. Arin menuangkan jus mangga di dua gelas lalu menyerahkan salah satunya pada Sana.

Arin berjalan pelan dan duduk di sebelah kanan Sana. "Ada urusan apa kemari?"

"Aku hanya ingin bertemu dengan Seungcheol untuk menyerahkan undangan ulang tahunku besok."

Arin manggut-manggut menanggapi maksud kedatangan kawan kakak iparnya ini. Dalam beberapa menit, keduanya saling diam hingga terinterupsi oleh suara mobil Seungcheol yang masuk pekarangan rumah dengan halusnya. Dengan penuh antusias, Sana berdiri, terlihat menengok ke arah pintu untuk melihat Seungcheol. Arin yang ada di dekatnya pun mengerutkan kening. Heran dengan keantusiasan Sana.

Soft Of VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang