TWENTY TWO

1.1K 175 19
                                    

Aku masih tak mengerti dengan penjelasan Jisoo mengenai Seungcheol dan Junghwa. Ternyata hubungan mereka dilarang, dan Junghwa adalah cinta pertama suamiku. Tak melupakan juga Junghwa adalah sosok model seksi yang sering kali ada di majalah dewasa, dia juga seorang bintang film yang cukup dikenal. Tapi sayang, menurut cerita yang Jisoo bagi kepadaku, Junghwa termasuk gadis yang sangat licik. Memang. Hal itu benar sekali, dia gadis yang licik.

Aku menatap langit-langit kamar tamu yang remang-remang. Baru saja aku menghadapi sosok Junghwa yang merasa jika dirinya sedang ngidam. Bagaimana bisa. Jika memang dia sudah ngidam, berarti usia kandungannya sudah beberapa bulan. Aku memejamkan mata. Berpikir bagaimana cara membuat Junghwa enyah dari hubungan kami, aku dan Seungcheol. Tapi agaknya itu sangat sulit, Seungcheol terlihat sangat mencintai Junghwa. Aku menghela napas berat lagi.

"Ingat Ahrim, hati-hati jika bersama Junghwa. Aku tidak ingin kau menjadi salah satu korban yang akan disingkirkannya karena menghalangi keinginannya."

Kata-kata itu. Itu adalah kata-kata yang dikatakan oleh Jisoo yang selalu terngiang di kepalaku, tak bisa aku lupakan. Bagaimana jika perkataannya benar. "Apa yang harus aku lakukan pada Junghwa?"

Aku terperanjat ketika suara ponselku mengagetkanku. Foto dan nama Yein ada di sana. Untuk apa gadis ini meleponku malam-malam seperti ini. "Hallo," ucapku pada deringan ke tiga.

"Ahrim!"

"Ada apa?"

"Besok siang temani aku memesan cincin pertunanganku dengan Eunwoo."

"Kenapa kau mengajakku? Bukan dengan Eunwoo saja?"

"Dia sedang ke Busan. Aku tak tahu lagi harus mengajak siapa selain kau."

"Baiklah akan aku temani."

Aku menutup sambungan teleponku dengan Yein. Sepertinya dia akan serius untuk segera menikah dan aku harap Yein tak mengalami masalah sepertiku. Aku menghela napas lagi. Lagi dan lagi. Hingga napasku teratur dan aku menjelalah alam mimpiku.

---

"Semua yang kau pakai pasti bagus, Yein." Aku membelai lembut lengan Yein. Dia terlihat bingung untuk memilih mana cincin yang akan ia pakai saat pertunangannya nanti.

Yein menatapku dengan tatapan bingung. Dia terlihat sangat gugup dalam persiapan pertunangannya ini. Aku menatapnya balik. Tersenyum. Yein kembali berkutat pada kesibukannya memilih cincin. Aku masih menatapnya, seakan tak mau melepas pandangan dari sahabat terbaikku ini.

Aku mengalihkan pandanganku kederetan cincin yang ada di box berkaca bening ini. Aku terdiam, teringat akan pernikahanku dengan Seungcheol dan putusnya hubunganku dengan Wonwoo. Oh lelaki itu, bagaimana kabarnya saat ini? Aku ingin sekali menghubunginya tapi aku takut jika dia sibuk. Aku jadi ingat ketika melihat lelaki yang sangat sangat mirip dengan Wonwoo saat aku duduk bersama Jisoo dikala kami berada di sebuah café semasa di Paris. Benarkah Eropa yang dia datangi adalah Perancis?

Aku mengambil ponselku, hendak menelpon sosok Wonwoo. Aku menghela napas ketika kontak Wonwoo beserta fotonya di layar ponselku. Yein menatapku, melihat layar yang aku pegang. "Ahrim."

Aku menatapnya. Kaget dengan panggilannya padaku. Aku tersenyum sambil menurunkan ponsel yang aku bawa. "Jika kau ingin menghubunginya, hubungi saja."

"Tapi aku takut dia sibuk, Yein."

"Kirim pesan dulu padanya, jika dia memang tak sibuk baru kau menghubunginya. Kau mengatakan padaku jika kalian bersahabat bukan? Sahabat juga perlu saling menghubungi."

Soft Of VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang