Seungcheol berjalan menuju pintu hotel yang terkunci. Dia tampak ingin pergi, dengan membawa jaket ditangan kanannya dan snapback cap ditangan kirinya. Ripped jeans dan kaos hitam polos menghiasi badan kekarnya. Lewat manik mataku yang berpura-pura tidur, aku bisa melihat Seungcheol yang keluar dengan sangat pelan, seakan menghindariku agar tak ketahuan. Dia berusaha membuatku tak terbangun dari tidurku.
Aku segera membuka mata dan duduk ketika Seungcheol sukses keluar hotel tanpa suara sedikit pun. Aku mengerutkan dahi dengan tingkahnya. Sebenarnya apa susahnya dia untuk ijin kepadaku? Bukan apa-apa, karena aku istrinya sekarang. Apa gunanya kita bulan madu jika dia sendiri malah pergi?
Aku mengangkat kedua bahuku ketika menyadari sebenarnya tak penting juga untukku mengetahui kemana Seungcheol sekarang, toh dia juga tak peduli denganku. Aku memutuskan turun dari ranjang. Dengan hotpants dan kemeja putih kebesaran aku berjalan menuju jendela kaca besar disebelah kanan. Dengan cekatan aku membuka gordyn berwarna putih polos dengan sentuhan brokat bunga. Aku segera tersenyum ketika melihat apa yang ada didapanku. Gemerlap lampu kota Paris terlihat sangat indah bak taburan bintang. Menara Eiffel terlihat jelas, sangat jelas. Sosoknya terlihat kokoh menjulang, mendominasi malam kota Paris. Suasana cinta dan kasih sayang sangat terasa dihatiku. Aku memejamkan mata sejenak, sambil tersenyum. Pikiranku melayang entah kemana. Sosok Wonwoo terlintas begitu saja ketika aku merasakan hangatnya malam yang dingin ini.
Dengan masih terpejam, namun tanpa tawa. Aku menengadahkan kepala perlahan. Hatiku terasa perih dan teriris-iris, bagaikan luka yang disiram air garam. Bagaikan luka yang mulai tertutup lalu membuka kembali, bahkan semakin besar. Semuanya terasa sangat berat terpikul di pundakku. Pikiranku berkecamuk. "Kenapa kau muncul disaat aku mulai melupakanmu Wonwoo," kataku menundukkan kepala sambil membuka mata dan segera terbelalak.
Seorang lelaki terlihat sedang kesakitan, tangan kanannya nampak terluka dan banyak darah. Mataku membulat sempurna. "Oh siapa itu!" pekikku dengan segera aku meraih kunci apartemen dan segera turun untuk membantu lelaki yang terluka itu. "Tunggu aku!" pekikku yang sebenarnya aku tujukan kepada lelaki dengan langkah limbung dan lengan terluka itu.
Tanpa jaket, tanpa sepatu, hanya sendal jepit melekat di kakiku. Aku berlari sekuat tenaga menuju elevator. Aku panik ketika pintu elevator tak segera terbuka. "Argh! Lama sekali," decakku ketika akhirnya pintu elevator terbuka. Aku segera memencet tombol lantai dasar. Dua menit berlalu, akhirnya aku sampai di lantai dasar. Aku segera berlari memutari hotel tanpa mempedulikan beberapa pelayan yang terlihat menawarkan bantuannya padaku.
Aku menoleh kesana-kemari ketika sampai di taman belakang. Sosok lelaki itu terlihat terduduk bersandar pot besar, dia terlihat kesakitan dengan tangan kanannya yang berdarah. Aku segera berlari menghampiri lelaki dengan rambut berwarna orens ke-pink-an itu. "Can I help you?" kataku padanya. Dia tampak meringis. Wajahnya maskulin ala orang asing, tapi bukan orang Perancis. "Astaga tanganmu berdarah," lanjutku menggunakan bahasa Korea.
"Tolong aku," katanya pelan. Aku terbelalak ketika menyadari lelaki ini tahu apa yang aku katakan.
"Kau orang Korea juga?" kataku. Dia hanya menggut-manggut meringis kesakitan karena gerakanku.
"Ah!" rintihnya. Aku bingung harus membawanya kemana.
"Aduh aku harus membawamu kemana?"
"Bawa aku ke lantai paling atas hotel ini," katanya menginstuksiku. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Dengan segera tubuhnya aku bopong. Sekuat tenaga yang aku punya. Dia nampak kesakitan ketika rusuk samping bagian kirinya aku pegang. Dengan susah payah aku berjalan membawa lelaki dengan tinggi yang hampir sama dengan suamiku namun sedikit lebih tinggi ini. Beberapa pelayan membantuku untuk membawanya, sepertinya lelaki ini sangat terkenal sehingga beberapa pelayan itu memanggil lelaki ini dengan sebutan 'Tuan'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soft Of Voice
Hayran Kurgu[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia lebih indah. Akan ada sesuatu yang hilang ketika dia mulai terbang. Tapi yakinlah, pasti ada sayap lain yang membantu untuk terbang. Atau justr...