Suara pengumuman dari pramugari menggema di seluruh bandara kota Paris ini. Aku duduk termangu menunggui Seungcheol yang tadi ijin undur diri untuk membeli makanan. Pesawat kami menuju Korea harusnya berangkat pukul sebelas lebih tiga menit waktu Paris, dan kami harus menunggu delay hingga dua jam kedepan, sedangkan sekarang jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Memang sejak kemaren malam aku dan Seungcheol tak makan apapun, hanya aku yang sarapan bersama Jisoo pagi harinya. Baru lima hari aku ada di Paris, sebenarnya jadwal kami disini adalah sepuluh hari. Entah kenapa, tadi malam Seungcheol mengajak ku pulang lebih cepat. Dia ingin berada di Jeju menghabiskan sisa waktu bulan madu kami. Tadi malam, Seungcheol mendatangiku secara tiba-tiba ketika aku berbaring di sebelah kiri ranjang bersandarkan sandaran ranjang empuk itu. Dia secara tiba-tiba menyandarkan kepalanya di bahuku. Tangan kirinya menyusup dipinggangku, tangan kanannya berada diperutku.
"Kau tak apa?" Beberapa saat aku terdiam, tak tahu harus berbuat apa. Aku meliriknya dengan jantung berdegup sangat cepat. Tubuhku seakan kaku dan beku. Darah ditubuhku berdesir hebat. Seungcheol terlihat terpejam ketika aku meliriknya, wajahnya pucat, dia tampak lelah. Seungcheol hanya mengelengkan kepalanya. Aku menghembuskan nafasku berat.
"Ada apa?" tanyaku dengan suara agak bergetar. Aku ingin menangis jika Seungcheol terus-terusan seperti ini. Mengingat kejadian malam itu membuatku takut jika Seungcheol bersentuhan denganku. Aku segera menghilangkan pikiranku malam itu. Malam ini aku masih mengenakan turtle neck dan kupadankan celana piyama dari hotel. Masih menutupi bekas kepemilikan yang diberikan oleh Seungcheol.
"Sekedar menumpahkan rasa lelah yang aku alami pada istriku saja." Dia akhirnya berkata. Suaranya lebih rendah dari suara bangun tidurnya. Aku yakin dia selesai menangis, tapi aku tak tahu dia menangisi apa. Seungcheol masih terpejam, aku sedikit tersenyum melihatnya seperti ini. Aku masih berdiam pada posisiku, dengan kedua tangan disebelah tubuh dan kedua kaki yang aku silangkan. Novel karya John Green sengaja aku tutup dan meletakkannya pada meja, ingin lebih intim berbicara dengan Seungcheol. Hanya membuat fokusku pada Seungcheol saja, bukan yang lain. Kuberanikan diri menatapnya, lama. Seungcheol masih terpejam. Pandanganku beralih pada televisi yang menyala tanpa suara.
"Lalu apa yang membuatmu lelah? Bukannya kau usai bersenang-senang dengan Junghwa?" Seketika aku merutuki pertanyaanku itu. Melirik Seungcheol yang hanya menyunggingkan senyum mirisnya. Ternyata pertanyaanku tidak membuatnya tersinggung. Alih-alih tersinggung, Seungcheol masih asik terpejam. Dia hanya menggeleng. Aku yakin dia sedang tidak beres dengan Junghwa, tak biasanya dia berlaku seperti ini. Aku menghembuskan nafas sekali lagi. Membuang jauh-jauh rasa khawatir, takut dan pesimisku. Aku berhak bertanya, aku berhak marah, aku berhak atas dirinya sekarang. "Ada apa? Bisakah kau cerita?"
"Tak ada yang bisa ku ceritakan."
"Benarkah? Apakah kau masih menganggapku seorang istri?"
"Tentu aja."
"Lantas kenapa kau tak ingin cerita?"
Seungcheol menghembuskan nafasnya. Matanya kali ini terbuka, menatapku lemah dan lekat. Aku berbalik menatapnya. "Eum ... sebelumnya boleh aku membenarkan posisi kita? Ini sungguh tak nyaman bagiku."
Aku terbelalak. Dia bertanya padaku tentang posisi nyamannya? Seungcheol sudah terduduk dengan bertumpu dua tangannya. Bukannya aku tak mau, aku mau saja. Tapi mengapa dia bertanya dulu, aku sudah resmi menjadi istrinya dan dia berhak atas diriku. Aku tak menjawab, membuat Seungcheol langsung merebahkan kepalanya diatas dada kananku. Menempatkan tangan kananku pada pundaknya. Tangan kiri Seungcheol merangkul pinggangku dan tangan kanannya melingkari perutku, membuatnya seakan memelukku. Aku masih terdiam tak bisa berkata. Seungcheol membenarkan posisi kepalanya. Memejamkan matanya ketika dia merasa nyaman. Jantungku berdegup keras, kuharap Seungcheol tak mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soft Of Voice
Fanfiction[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia lebih indah. Akan ada sesuatu yang hilang ketika dia mulai terbang. Tapi yakinlah, pasti ada sayap lain yang membantu untuk terbang. Atau justr...