Ahrim dan Seungcheol kini sudah berada di dalam pesawat yang siap membawa mereka menuju China. Mereka duduk di kelas bisnis. Memang, Seungcheol tak ingin terlalu mewah hanya untuk perjalanan ke China meskipun ini termasuk perjalanan istimewa baginya. Ahrim duduk di dekat jendela, seperti biasa, itu adalah tempat favorit nya.
Seungcheol tersenyum ketika melihat Ahrim senang dengan pemandangan yang sebenarnya telah lama diinginkannya. Hitamnya langit dihiasi taburan jutaan bintang yang bertebaran membuat mata Ahrim berbinar senang, bahkan dia hampir saja meneteskan air mata. Ahrim sendiri lupa kapan terakhir dia sesenang ini, seingatnya hanya saat di Perancis, menikmati pemandangan menara Eifell yang bahkan indah menjulang bersama gemerlap kota Paris. Ketika itu Ahrim tak sepenuhnya senang, mengingat saat itu Seungcheol bahkan tak menginginkannya, dia bersama Junghwa. Tapi sekarang, Ahrim──meskipun tak sepenuhnya senang karena Haneul tak ada bersama mereka──merasa sangat bahagia.
Seungcheol meraih pinggang Ahrim, membuat wanita cantik itu memekik pelan menyadari ada sesuatu di badannya. Kepala Seungcheol tepat berada di sebelah kepala Ahrim. Dagunya diletakkan di pundak kanan Ahrim. Wanita itu mengulas senyum lalu meraih salah satu tangan Seungcheol yang lain lalu merapatkan ke perutnya, menyandarkan punggungnya pada dada Seungcheol. Pembatas antara kursi keduanya sengaja dinaikkan agar mereka bisa menikmati waktu perjalanan ke China dengan mesra dan intim. Perjalanan sekitar empat hingga lima jam ini cukup untuk membuat keintiman diantara keduanya.
"Aku merindukan kemesraan seperti ini, Sayang." Seungcheol memulai percakapan dengan mencium pipi kanan Ahrim sebelumnya. Ahrim tersenyum manis. Wanita itu sama rindunya dengan apa yang dikatakan oleh Seungcheol. Dia bahkan merasa sangat aman untuk saat ini.
"Aku merindukan Haneul, Seungcheol." Ahrim mengatakan hal itu sambil mengangkat kakinya untuk dinaikkan ke kursi. Mengubah posisinya menghadap ke jendela pesawat. Semakin menyandarkan badannya pada Seungcheol. Lelaki itu tersenyum lalu membenarkan posisinya juga. "Aku ingin videocall, apakah kita bisa?"
Seungcheol melirik istrinya. Siluet wajah Ahrim sangatlah indah, Seungcheol mengagumi keindahan yang diciptakan Tuhan untuknya ini. Seungcheol merasa sangat beruntung dapat dicintai oleh Ahrim dan memiliki wanita itu, menjadikan sebuah ikatan suci pernikahan yang meskipun dulu sama sekali tidak diinginkan olehnya. Seungcheol selalu merasa dia memilih pilihan yang tepat untuk memilih Ahrim, wanita itu murni mencintainya. Seungcheol mengeratkan pelukannya. "Kita sedang di pesawat, Ahrim. Jika saat ini kita videocall dengan Haneul, bagaimana jadinya pesawat yang kita tumpangi ini? Apakah kau mau pesawat ini kehilangan kontak?"
Ahrim langsung menatap Seungcheol. Matanya terbelalak sempurnya. Memukul tangan Seungcheol yang berada di perutnya. "Jangan bicara seperti itu! Kau membuatku takut Seungcheol!"
Seungcheol terkekeh. Dia melihat jam di pergelangan tangan kirinya. Menunjukkan pukul dua belas kurang. Tengah malam. "Kau tidak tidur?" Tangan Seungcheol berjalan meraih tangan Ahrim lalu menciumnya. Hal kecil ini sukses membuat Ahrim tersipu. Ini adalah saat tersipu Ahrim yang pertama setelah beberapa saat. Seungcheol yang melihat hal ini pun terbahak, membuat dua ibu-ibu di sebelah kanan mereka melirik dengan wajah sinis lalu berbisik. Mungkin pikiran mereka adalah, Ahrim dan Seungcheol masih berpacaran dan saat-saat pacaran itulah keduanya tak ingat waktu dan keadaan sekitarnya.
"Sshh! Kau bisa diam? Ini di pesawat, Seungcheol! Kau jangan berisik! Dua ibu itu sedang menggosipkan kita."
Seungcheol menutup mulutnya dan membenarkan posisi duduknya. Dia mengangguk pada ibu-ibu yang tadi berbisik. Seungcheol segera menunjukkan tangan kirinya beserta tangan kiri Ahrim. Menunjukkan pada ibu-ibu itu cincin kembar tanda tali pernikahan mereka. Hal itu membuat mereka mengangguk dan mengatakan 'o' serta membulatkan mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soft Of Voice
Fanfiction[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia lebih indah. Akan ada sesuatu yang hilang ketika dia mulai terbang. Tapi yakinlah, pasti ada sayap lain yang membantu untuk terbang. Atau justr...