SEVEN

1.5K 180 7
                                    

Aku tersadar ketika Yein menepuk halus pundakku. Kini aku siap dengan tatanan rambutku yang tergelung keatas serta anak rambutku yang dibiarkan menambah segar wajahku dengan hiasan bunga dan berlian kecil-kecil yang ditata dengan sangat rapi dan indah. Surai coklatku terlihat berkelap-kelip dengan taburan bubuk permata. Aku juga sudah siap dengan dandanan ringan hasil kerja tangan lentik Yein. Aku masih belum berganti baju. Menunduk, masih ragu dengan keputusan pernikahan ini. Yein berdiri didepanku, berusaha menjajarkan pandanganku. Dia terlihat kesusahan dengan gaun putihnya yang cukup ketat. Dia memandangku sendu, seakan tahu apa yang aku rasakan. Kedua tangan Yein membelai kedua pipiku, aku menatapnya dan tersenyum sangat miris.

"Ini keputusan terbaik Ahrim, kumohon jangan menyesali, pasti ada hikmah dibalik ini semua," katanya dengan nada sangat lembut, lalu merengkuhku, membawaku dalam pelukannya. Membiarkan aku meluapkan segala bebanku padanya, membiarkan sedikit demi sedikit berkurang. Aku hanya menganggukkan kepalaku saja, memasrahkan segalanya kepada Tuhan. Biarkan jalan takdirku seperti ini, pasti ada hikmah yang tersirat atas semua ini.

"Mari kubantu kau untuk ganti baju," kata Yein membangunkanku. Sejenak aku memandang bayangan diriku di cermin besar disamping ruang gantiku. Aku terkesima melihat diriku sendiri disana, wajah cantik dan manisku semakin cantik dan manis saja. Gelungan yang Yein buat semakin membuatku terlihat dewasa diusiaku yang baru menginjak dua puluh tiga tahun tahun. Belum terlalu dewasa jika dibandingkan dengan orang dewasa lain.

"Ayoo Ahrim," kata Yein terkekeh. Aku tersadar, membalas dengan tersenyum. Aku segera masuk keruang ganti dengan bantuan sahabat terbaikku ini. Aku memakai gaun rancangan Vera Wang yang spesial dipesan oleh mama Seungcheol untukku. Gaun karya perancang wanita yang sempat bertengger di peringkat lima sebagai designer gaun pengantin terbaik dunia tahun 2014 ini membuatku terlihat sangat mewah meskipun rancangannya simple. Dengan model span dari perut hingga kaki berwarna putih tulang serta hiasan pita diperut membuatku terlihat tinggi. Bagian dada yang sedikit terbuka dengan brokat bunga-bunga menambah betapa mewah dan mahalnya gaun yang kukenakan ini. Aku menatap takjub diriku sendiri lewat sebuah cermin besar disalah satu ruangan hotel bintang lima terbaik di Seoul ini. Tempat yang sama ketika aku melangsungkan pertunangan dengan Seungcheol.

Yein tersenyum puas karena hasil dandanan dan tatanan rambutnya padaku sangat cocok dan pas dengan gaun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yein tersenyum puas karena hasil dandanan dan tatanan rambutnya padaku sangat cocok dan pas dengan gaun ini. Dia memelukku, meskipun aku masih terpaku dengan betapa indahnya diriku ini.

"Sebentar lagi kau akan resmi jadi istri Tuan Muda Choi, Ahrim," katanya disela pelukan hangatnya. Aku tersenyum lebar. Aku akan menikah.

"Iya Yein, aku akan menikah," kataku masih tak percaya akan semuanya.

Suara pintu diketuk membuat rengkuhanku dengan Yein terlepas. Suara papa terdengar disana. "Sayang, sudah siap?" katanya dengan suara berat. Yein menatapku, menganggukkan kepalanya. Aku menatapnya dalam, aku ikut mengangguk. Sentuhan akhir, Yein memasangkan sebuah sirkam berwarna perak dengan berlian biru di atas gelungan rambutku, memberiku seikat rangkaian bunga mawar berwarna putih, dan menggandengku menuju pintu.

Soft Of VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang