FOURTY FOUR

1K 156 54
                                    

3rd pov

Ketakutan Ahrim ternyata terbukti tidak benar. Memang selama beberapa minggu setelah hari dimana Junghwa datang untuk meminta Seungcheol kembali, Ahrim mengalami trauma terhadap kehadiran orang yang cukup besar. Ahrim cukup dibuat takut dengan siapa saja yang mungkin datang kerumahnya juga kamarnya. Selama sekitar satu minggu pertama, Ahrim bahkan sangat ketakutan ketika Seungcheol, suaminya sendiri, datang ke kamar mereka. Setelahnya Ahrim kadang merasa takut ketika beberapa anggota keluarganya datang kerumah mereka. Ahrim hanya takut jika saja Junghwa datang dan mengambil suaminya dari pelukannya. Beruntung, Ahrim hanya mengalami trauma dan ketakutan yang mendalam, bukan gangguan kejiwaan yang akhirnya berdampak pada Haneul.

Beberapa minggu setelahnya Ahrim pun menjalani beberapa rangkaian psikotest dan psikotherapy yang cukup menyita waktunya. Seungcheol cukup bisa diandalkan dalam keadaan seperti ini. Seungcheol dengan sigap selalu berada di samping istrinya itu kapanpun Ahrim membutuhkan dirinya. Seungcheol juga memutuskan untuk bekerja di rumah dengan bantuan Eunwoo dan Sehun──manager perusahaan miliknya.

Hari ini adalah hari pertama Ahrim keluar rumah lagi, setelah beberapa bulan terakhir tidak mau keluar karena traumanya. Dan rencana mereka sekarang adalah untuk melatih Haneul berenang untuk pertama kali. Ini sebenarnya sudah direncanakan oleh Ahrim sejak umur Haneul menginjak lima bulan, tapi Seungcheol masih belum mengijinkan dan Ahrim sendiri masih belum berani keluar rumah saat itu. Dan saat ini Haneul menginjak umur tujuh bulan. Perkembangan Haneul cukup baik dan signifikan. Dari yang hanya sebesar botol air minum tujuh ratus lima puluh mili liter, kini Haneul sudah gembul dan gemuk menggemaskan. Berat badannya lima setengah kilo, cukup berat memang tapi itu ideal dengan tinggi yang mencapai enam puluh delapan senti.

Bukan hanya itu, kini Haneul sudah bisa mengenali suara papa dan mamanya, sudah bisa diajak bercanda oleh Seungcheol juga Arin. Ngomong-ngomong tentang Arin, kini gadis itu sudah melanjutkan study S2 kedokteran spesialisnya sebagai dokter anak di universitas kesehatan Korea. Hubungannya dan Jisoo cukup baik, beberapa kali Ahrim dan Seungcheol kedapatan ketika Jisoo meminta bantuan Arin untuk menemaninya ke Daegu mengurus hotel orang tuanya yang kini juga telah bekerja sama dengan Choi Company. Entahlah, semenjak mengenal lebih banyak teman yang cukup sukses, Seungcheol memutuskan untuk menjalin kerja sama. Papa kini pensiun karena Ahrim, mama juga Arin tidak ingin Papa terlalu keras dalam bekerja, tapi Seungcheol justru mengangkatnya sebagai penasehat utama perusahaan. Papa sangat berpengalaman dalam urusan perusahaan apapun kata Seungcheol.

"Sudah siap, Sayang?" Seungcheol memeluk Ahrim dari belakang. Ahrim tersentak, baru saja dia meletakkan Haneul ke dalam box bayi usai menyusuinya. Seungcheol meletakkan dagunya pada bahu kanan Ahrim, dia tersenyum manis membekap perut ramping Ahrim. Haneul terlihat bermain dengan jarinya dan sesekali tertawa pelan.

"Aku belum mengganti bajuku Seungcheol." Ahrim berusaha melepaskan pelukan di perutnya tapi Seungcheol justru mengeratkannya. "Ada apa?"

"Aku senang akhirnya kau keluar rumah, Sayang."

Ahrim berbalik, menatap suaminya yang kaget karena gerakannya yang tiba-tiba. Ahrim mengalungkan kedua lengannya pada leher Seungcheol, tersenyum. "Aku tahu memang aku sangat takut, bahkan aku takut dengan dunia luar. Tapi minggu lalu aku bermimpi."

"Mimpi bertemu papa, Tuan Choi." Seungcheol segera tersentak ketika mendengar Ahrim mengatakan bahwa dia memimpikan papanya yang telah tenang disana. Seungcheol mengerutkan keningnya, menunggu Ahrim menjelaskan mimpinya.

"Papa?"

"Iya Seungcheol, aku bertemu papa, untuk yang ketiga kalinya. Entah kenapa aku menemukan kembali keberanianku usai bermimpi itu. Papa memberiku kekuatan penuh." Ahrim menceritakannya dengan mata berkaca-kaca. Seungcheol menatap istrinya dengan tatapan sendu pula. Sejujurnya saat ini hati Seungcheol ikut menangis, dia juga merindukan Tuan Besar Choi, papanya, yang selalu memanjakannya.

Soft Of VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang