"Seungcheol."
"Junghwa."
Nafasku tercekat. Dadaku terasa sesak karena degupan jantungku yang sangat cepat. Mataku terasa pedih, ingin meneteskan air mata. Pikiranku campur aduk. Aku tak tahu kenapa aku merasa seperti ini, mungkin aku perlahan mulai mencintai suamiku. Lantas, kenapa Junghwa disini?
Jisoo menatap Seungcheol dan Junghwa dengan sumringah. Dia mendahuluiku keluar dari elevator untuk mendekati Seungheol dan Junghwa. Seungcheol menatapku lekat, begitu pula sosok seksi Junghwa. Aku masih berdiri tegak di dalam elevator. Perlahan keluar dengan ragu-ragu. Mengikuti Jisoo dari belakang.
"Kapan kau kemari? Kenapa tak memberi tahuku Seungcheol!" Jisoo menepuk pundak Seungcheol dengan pelan, membuat suamiku itu tersadar.
"Eh kau disini Jisoo? Lama tak berjumpa." Kali ini Seungcheol memeluk tubuh kurus Jisoo. Junghwa terlihat masih menggegam tangan Seungcheol. Bahkan aku lupa mereka masih pacaran.
"Untuk apa kemari?" Jisoo bertanya pada Junghwa. Lelaki itu menyalami tangan halus Junghwa. Gadis itu melepas genggamannya dari Seungcheol lalu menyambut uluran tangan Jisoo.
"Menemani kekasihku, katanya dia pasti akan bosan disini jadi aku harus menemaninya."
Oh astaga! Apa-apaan itu. Bosan? Maksud perkataan Junghwa apa? Apakah Seungcheol bosan karenaku? Sungguh pedih hati ini jika memang itu benar yang dirasakan oleh suamiku sendiri. Pelupuk mataku semakin berat, terasa air mata mulai berkumpul disana. Hatiku terasa sakit seperti tersayat. Jantungku berdegup kencang.
"Wah apakah kalian bulan madu dan tak memberi tahuku jika kalian sudah menikah?" Perkataan Jisoo ini sukses membuat aku, Junghwa dan Seungcheol tercengang.
"Bukan mereka Jisoo, tapi aku dengan Seungcheol!" bisikku dalam hati. Oh aku sangat ingin pergi dari sini sekarang. Junghwa mengulas senyum iblisnya lalu melirikku. Begitu pula Seungcheol, tatapannya begitu menusuk hatiku.
"Emm ... maaf, sepertinya aku harus kembali. Aku tak ingin membuat nostalgia teman jadi kacau." Aku memberanikan diri berbicara. Aku tahu suaraku saat itu bergetar karena menahan tangis. Aku harap mereka tak mendengar dengan jelas. Aku segera membalikkan badan menuju elevator, tepat saat aku hendak menekan tombol naik, pintu elevator terbuka. Secepat mungkin aku masuk dan menekan tombol dengan asal. Tak ada siapapun disana, hanya aku. Dan isak tangisku.
Tatapan Jisoo, Junghwa dan Seungcheol beralih kearah elevator yang tertutup dan membawa tubuhku ke lantai entah lantai berapa. "Ada apa dengannya?" Jisoo bertanya dengan pelan.
"Kau mengenalnya?" Kali ini Junghwa bertanya. Tatapannya pada elevator seakan mengejekku bahwa kali ini aku harus mengalah karena Seungcheol mengajak kekasihnya ketika bulan madu bersama istri yang bahkan baru dua puluh empat jam dinikahinya. Miris bukan hidupku?
"Ya." Jisoo menjawab dengan mantap, membuat Seungcheol dan Junghwa menatapnya. "Dia yang menolongku tadi malam."
"Menolongmu? Memang kau kenapa?" Seungcheol tampak kaget mendengar penjelasan Jisoo. Jisoo terkekeh mendengar reaksi dari Seungcheol yang kaget, begitu pula Junghwa yang hanya menganga.
"Ada beberapa preman memukuliku saat aku hendak kemari, kesalahpahaman dengan pegawai hotel yang aku pecat. Bersyukur aku tak apa, hanya bekas luka dan lebam diwajahku," jelas Jisoo panjang lebar. Junghwa hanya ber-'o' ria sedangkan Seungcheol manggut-manggut.
"Lalu kenapa kau bersama wanita tadi?" Junghwa bertanya dengan nada mengintimidasi.
"Dia hendak sarapan, kebetulan aku juga ingin sarapan jadi aku mengajaknya bersama." Jisoo menoleh kearah elevator yang aku yakin tak akan bisa melihatku. "Tapi entah kenapa dia langsung pergi tanpa sarapan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soft Of Voice
Fanfiction[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia lebih indah. Akan ada sesuatu yang hilang ketika dia mulai terbang. Tapi yakinlah, pasti ada sayap lain yang membantu untuk terbang. Atau justr...