EIGHT

1.4K 175 11
                                    

Seungcheol menatapku, matanya terlihat biasa saja, tidak sepertiku yang berbinar. Aku sangat bahagia meskipun aku tak mencintai lelaki yang hampir jadi suamiku ini. Kami akan segera mengumandangkan janji pernikahan didepan semua tamu undangan.

"Kalian siap?" bisik pastur kepada kami. Mata Seungcheol tak pindah dari wajahku. Dia terus saja memandangiku. Sesekali mengulas smirk yang membuatku tersipu. Kami mengangguk bersama. Kami siap mengumandangkan janji pernikahan sehidup semati.

"Ikuti aku Choi Seoungcheol dan Yoon Ahrim," kata pastur itu pada Seungcheol. Hening. Semuanya tak bersuara, hanya musik instrumen dari sebuah piano yang terdengar melesak ditelinga kami semuanya. "Aku Choi Seungcheol," kata pastur itu terhenti. Menunggu Seungcheol mengucapkannya.

"Aku Choi Seungcheol," kata Seungcheol dengan gagahnya. Suara rendahnya membuatku bergidik.

"Dan aku Yoon Ahrim," kata pastur itu terhenti menungguku berkata.

Aku menghembuskan nafas sebelum berbicara. "Aku Yoon Ahrim," kataku masih memandang manik mata Seungcheol yang membuatku semakin terjatuh.

"Akan menjaga istriku, Yoon Ahrim sebaik mungkin."

"Aku juga akan menjaga suamiku, Choi Seungcheol sebaik mungkin."

"Aku akan menyayanginya."

"Aku akan mencintainya."

"Melebihi diriku sendiri."

"Lebih dari apapun."

"Aku akan bersamanya dalam suka."

"Begitu pula dalam duka."

"Dalam senang."

"Maupun sedih."

"Aku akan percaya padanya."

"Aku akan menuruti perintahnya."

"Aku akan bersama ketika dia diatas."

"Ataupun ketika terjatuh."

"Kami akan bersama selamanya," kataku dan Seungcheol bersamaan pada akhirnya setelah mengucapkan janji pernikahan yang dibimbing oleh pastur.

"Aku nyatakan kalian resmi menikah dan menjadi pasangan suami istri," kata pastur itu yang diiringi tepuk tangan meriah tamu udangan. Terlihat papa yang memeluk mama yang menangis, mama mertua yang juga menangis. Terlihat pula Yein yang direngkuh oleh Eunwoo yang juga meneteskan air matanya. Aku menatap Seungcheol nanar. Aku ingin menangis, aku ingin meluapkan kebahagiaan dan kesedihan yang tercampur aduk dihatiku. Kesenangan karena akhirnya aku bisa menikah dan menuruti keinginan mendiang Tuan Choi. Kesedihan ketika aku berdiri disini bukan dengan Wonwoo.

Aku merasakan nafas dibibirku, hal ini sontak membuatku tersadar dari lamunan singkatku. Seungcheol mendekatiku, berusaha meraup bibir tipisku. "Kau milikku sekarang," kata Seungcheol berbisik yang hanya bisa kudengar. Hal ini membuatku merona, aku malu karenanya. Ingin rasanya aku mendorong Seungcheol menjauh, namun aku tak bisa dan tak boleh. Dia suamiku sekarang. Seungcheol berhak menciumku didepan umum. Aku seutuhnya miliknya sekarang.

"Kau──" umpatku tak selesai karena Seungcheol langsung mencium bibir tipisku. Gemuruh tepuk tangan mengiringi ciuman Seungcheol. Aku merona, kali pertama Seungcheol menciumku dengan sedikit cinta. Dalam iringan rasa bahagia itu hatiku merasa sedikit nyeri, rasa sakit menusuk pelan namun pasti dihatiku. Lagi-lagi Wonwoo yang menjadi alasanku sakit, hal lain adalah hubungan Seungcheol dengan kekasihnya, Junghwa yang belum putus saat ini. Aku tak bisa memiliki Seungcheol seutuhnya meskipun kami telah menikah.

Ciuman Seungcheol terlepas, aku tersadar pula dari bayanganku. Aku tersenyum miris pada Seungcheol yang tersenyum padaku, aku berusaha menutupi rasa sakit dihatiku meskipun aku tahu Seungcheol pasti bisa melihat rasa sakitku. Yein berjalan maju, memberikan sebuah kotak perhiasan. Gadis ini tersenyum padaku sebelum mundur ketempat semula.

Soft Of VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang