Riuh suara keluarga Seungcheol dan Ahrim serta beberapa teman mereka menghiasi lorong sempit rumah sakit. Kepanikan melanda semuanya, tak hanya orangtua Ahrim dan mama Seungcheol, baik Arin, Jisoo, Yein, Eunwoo dan teman-teman mereka ikut panik. Seungcheol tak terlihat, dia ada di dalam ruang bersalin. Menunggui istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi kedua mereka. Haneul terlihat tenang tertidur di pangkuan ibu keduanya──Arin, karena saking dekatnya Haneul padanya──juga Yein yang duduk bersama putra pertamanya yang telah duduk di bangku playgroup, Cha Bogum.
Mama Seungcheol dan mama Ahrim duduk bersama dan saling menggegam. Mama Ahrim terlihat berlinangan air mata, dress berwarna pastel coral miliknya terlihat terdapat bercak darah di beberapa tempat. Mama Seungcheol memeluk mama Arim sambil membisikkan sesuatu. "Tenang, putri dan cucu kita akan baik-baik saja."
Haneul terlihat membuka matanya, menatap Arin dan Jisoo bergantian. "Mama dimana?"
Jisoo mengusap kepala keponakan iparnya itu, kini Jisoo dan Arin resmi menjadi pasangan suami istri, tepat empat bulan usai memberikan info lamarannya pada Ahrim dan Seungcheol. Jisoo memaksakan senyumannya. "Mama berjuang lahirin adik bayi di dalam, Haneul doakan mama ya?"
Haneul yang pada dasarnya penurut pada siapapun hanya mengangguk dan kembali menyandarkan kepalanya di dada Arin. Arin menatap suaminya dengan penuh rasa kasihan, Jisoo merangkulnya dan mengusap pelan lengannya. Sama halnya dengan Yein dan Eunwoo juga Bogum, Yein yang tahu kejadiannya secara langsung itu terlihat menangis dan kedua tangannya bergetar memangku Bogum. Eunwoo terus berusaha menenangkan istrinya itu. "Yein, tenangkan dirimu."
"Aku takut sesuatu akan terjadi pada Ahrim, Eunwoo. Dia sangat kesakitan tadi. Mobil itu justru kabur, tidak bertanggung jawab. Mama Ahrim juga mengetahui semuanya, dia bahkan membawa Ahrim kemari. Bagaimana bisa aku menenangkan diriku?"
"Mama, tante Ahrim tidak akan meninggal kan?" Bogum yang terdiam kini membuka suaranya menatap mamanya itu. Yein menghela napas usai menatap putranya itu. Yein memeluk Bogum, Eunwoo ikut memeluk istrinya itu.
"Tak akan terjadi apapun pada tante Ahrim, Sayang. Dia pasti sembuh."
"Tapi darah dimana-mana, Ma. Om Seungcheol juga banyak darah tadi. Di buku cerita Bogum, jika banyak darah keluar dia akan mati. Bogum tidak ingin kehilangan tante Ahrim, Ma."
Yein memeluk Bogum lebih erat. Air matanya tak berhenti keluar. Kejadian itu melebihi parahnya kejadian ketika Ahrim mengandung Haneul. Usia kandungan Ahrim memang telah menginjak bulan ke sembilan, namun Ahrim sedikit kekurangan asupan gizi sehingga kehamilannya cukup beresiko.
Sementara di luar khawatir akan keadaan Ahrim, Seungcheol khawatir melebihi apapun. Ahrim merintih kesakitan dengan darah dimana-mana. Seungcheol menggenggam erat tangan kanan Ahrim, sedangkan tangan kirinya terus mengusap rambut Ahrim dan keningnya yang berkeringat sangat banyak. Ahrim merasakan seluruh tubuhnya diremas, seluruh tulangnya diremukkan paksa dan seluruh jiwanya hampir tak terasa. Perutnya sangat terasa sakit, kram dimana-mana. Seorang dokter wanita bersiap untuk melakukan proses melahirkan normal yang akan dijalani Ahrim.
Seungcheol merasakan tangan kanannya digenggam lebih kencang oleh Ahrim. Seungcheol merasakan sakit yang berlebih, tapi rasa sakitnya tak terasa ketika melihat Ahrim kesakitan. "Aku tidak kuat, Seungcheol!"
"Bertahanlah Ahrim kumohon!" Seungcheol menciumi kening Ahrim dan menghapus air mata Ahrim yang sedari tadi keluar. Dokter tadi siap melakukan proses kelahiran Ahrim. Seungcheol merasakan kesakitan lagi di tangan kanannya, cengkeraman Ahrim dua hingga tiga kali lebih erat dibandingkan tadi. Ahrim tak banyak berteriak, tapi Seungcheol yakin kini Ahrim tengah berjuang. Dokter wanita itu terus berusaha memberikan petunjuk pada Ahrim untuk terus berjuang. Selang beberapa menit. Suara gelak tangis bayi pecah mengiringi longgarnya cengkeraman tangan Ahrim. Seungcheol tersenyum lebar dan terlihat mengeluarkan air mata. Dia melihat bayinya yang menangis hingga menyebabkan kulit merahnya terlihat lebih merah. Seungcheol menciumi kening Ahrim. Wanita itu tersenyum dan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soft Of Voice
Hayran Kurgu[COMPLETED] Sama seperti sayap yang patah, dia tak akan bisa membawa burung yang sama untuk melihat dunia lebih indah. Akan ada sesuatu yang hilang ketika dia mulai terbang. Tapi yakinlah, pasti ada sayap lain yang membantu untuk terbang. Atau justr...