THIRTY EIGHT

1.1K 187 21
                                    

3rd pov

Sudah dua hari sejak Ahrim dinyatakan koma, wanita itu masih belum membuka matanya. Seungcheol sangat kalut, dia juga belum pulang sejak saat itu pula. Bayi Seungcheol yang ada di inkubator sudah mulai stabil, ini yang mungkin membuat Seungcheol jadi sedikit lebih semangat. Tapi istrinya yang masih terbaring di ruang ICU dengan berbagai alat kesehatan terpasang di tubuh indahnya, seakan membuatnya kehilangan separuh jiwanya. Seungcheol sudah berganti pakaian, dia meminta mamanya untuk mengantar pakaian dan mandi di rumah sakit. Silih berganti tamu yang datang menjenguk Ahrim tapi Seungcheol masih juga belum mau untuk pulang.

"Kak, Kakak pulang saja. Biar Arin yang jagain kak Ahrim." Arin menyentuh lengan atas Seungcheol. Membuat Seungcheol yang tertidur dalam keadaan duduk itu terbangun. Wajahnya terlihat sama pucatnya dengan Ahrim di dalam sana. Kantung matanya terlihat menghitam. Arin tidak tega melihat kakak iparnya itu menjadi seperti ini.

Seungcheol hanya tersenyum miris pada Arin. Membuat Arin semakin kasihan. "Nggak masalah kok, Rin. Kakak mau jaga istri Kakak."

"Tapi Kakak juga harus jaga diri Kakak, jangan sampai disaat kak Ahrim sadar nanti justru Kakak yang gantian sakit. Ada Arin sama Mama disini."

"Ada aku dan Eunwoo juga, Seungcheol." Yein menyahuti sambil menepuk bahu Seungcheol yang lain. "Pulang lah, Junghwa terus saja mengamuk di apartemen."

Seungcheol berdecak. Dia melupakan wanita hamil lain di apartemennya. "Baiklah aku akan pulang dan mengurus Junghwa terlebih dahulu. Jaga Ahrim, jika ada apa-apa segera telepon aku."

Yein dan Arin mengangguk secara bersamaan, Seungcheol memeluk Arin dengan erat. Arin paham betul bahwa kakak iparnya itu sangatlah khawatir. Seungcheol menepuk punggung Eunwoo sambil memeluknya lalu berlalu untuk kembali ke apartemennya. Seungcheol merasakan sakit yang cukup dalam di hatinya. Keadaan Ahrim jauh dari kata stabil. Tadi pagi, detak jantungnya hampir saja berhenti. Nyawa Ahrim hampir saja melayang.

Seungcheol mengendarakan mobilnya dengan sangat santai. Sesekali dia memukul setir mobil serta berdecak kesal, dia sangat menyesal atas semua yang terjadi karena kebodohannya. Seungcheol menyandarkan kepalanya pada tangan kanannya yang berada di jendela, dipikirannya hanya ada Ahrim dan bayi mungil yang teramat cantik itu. Wajahnya begitu mirip dengan Seungcheol, tidak ada satupun yang berbeda selain mata bersinarnya yang sama seperti Ahrim. Di sinilah Seungcheol percaya bahwa itu memang darah dagingnya dan Ahrim. Namun hanya ada satu hal yang membuat Seungcheol bingung, kapan dia dan Ahrim melakukan hubungan? Jika saat Ahrim dan dia bersama berdua waktu itu, itu baru terhitung sekitar tiga hingga empat bulan lalu. Jika bayi itu sekarang sudah lahir secara prematur dalam kata lain Ahrim mengandung berusia tujuh bulan, maka keduanya berhubungan sejak bulan madu delapan bulan yang lalu.

Seungcheol kembali memukul setir mobilnya dengan keras, menghasilkan rasa panas pada telapak tangannya. Dia teramat bodoh, bahkan saat dirinya berhubungan dengan Ahrim saja tidak tahu kapan. Tiba-tiba Seungcheol teringat saat ketika dia menyentuh perut besar Ahrim. Bayi mereka merespon, bahkan terkesan sangat antusias ketika tangan kokoh Seungcheol menyentuhnya, menyapa anaknya secara tidak sengaja. "Ah kau bodoh sekali, Seungcheol!" Desis Seungcheol lalu menginjak gas ketika sampai di apartemen miliknya.

Dengan setengah berlari, Seungcheol segera menuju kamar apartemennya. Saat sampai di sana, suasana kamarnya tak berbentuk kamar. Semua barang sepertinya sudah pindah dari tempatnya semula, sebuah bingkai foto pernikahan Seungcheol dan Ahrim tampak berada di lantai dengan pecahan kaca. Seungcheol terlihat geram. "Junghwa!!"

Wanita yang dipanggilnya pun keluar dari kamar, penampilannya sangat berantakan. Sama seperti Seungcheol saat ini, wajahnya kusut, rambutnya berantakan dan lingkaran mata pandanya menunjukkan bahwa Junghwa juga tidak tidur. Junghwa tersenyum cerah. Berlari menuju Seungcheol lalu memeluk lelaki itu dengan erat. "Aku tahu kau akan kembali kepadaku, Seungcheol."

Soft Of VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang