ARKA POV
Aku duduk di kursi meja ruang kerjaku sembari menghadap jendela melihat pemandangan kota yang begitu padat. Aku kehilangan konsentrasi kerjaku karna terlalu memikirkan Kinaya. Sudah beberapa hari ini aku tak mendapatkan kabar mengenai dirinya setelah dia menelponku dengan nomor Melika beberapa waktu lalu. Aku sudah mencoba berulang kali menghubungi nomornya namun tetap sama saat terkahir kali kami bertemu. Nomor itu tak kunjung aktif. Aku bahkan sudah berulang kali mendatangi kantor tempat dia biasa bertugas namun apa yang ku dapat. Melika mengatakan bahwa sudah beberapa hari sejak peristiwa malam itu Kinaya tak datang karna om Wirdo yang melarangnya. Aku kehabisan akal dibuatnya. Sudah berusaha mendatangi rumahnya namun apa yang kudapat jangankan untuk bisa bertemu dengan Kinaya bahkan pintu pagar itu tak pernah terbuka saat aku datang kesana. Aku hampir gila dibuat permasalahan ini. Permasalahan yang tak pernah kami ketahui sama sekali. Masalah yang aku yakin hanya kesalahpahaman saja. Yaahh sebuah kesalahpahaman yang sudah berlarut begitu lama hingga akhirnya menimbulkan dendam yang berkepanjangan.
"Ini laporan hari ini Ar!!" ucap Wira saat Ia masuk dan memberikan hasil kerjanya. Ku putar kursiku untuk berhadapan dengan Wira. Aku melirik map biru tersebut dengan tidak bersemangat. Aku sama sekali tak berminat untuk membacanya. Yang ada dipikiranku saat ini hanyalah Kinaya. Kinaya dan Kinaya. Aku tak bisa memikirkan hal yang lain lagi.
"Kau kenapa Ar?! Apa masih belum mendapatkan kabar mengenai Kinaya!?" Aku hanya menganggukkan kepalaku pelan.
"Apa ini ada hubungannya dengan apa yang kulihat beberapa hari ini!?" gumam Wira pelan namun aku dapat mendengarkan gumaman Wira. Aku menatap Wira dengan penuh intimidasi. Tapi yang ku tatap malah balik menatapku dengan tatapan yang tak kalah tajam.
"Apa maksudmu Wir!?"
"Entahlah Ar, , , aku sedikit ragu dengan apa yang aku lihat akhir - akhir ini!!" Ku tatap Wira lebih tajam lagi memintanya untuk segera melanjutkan ucapannya.
"Reno!! Beberapa hari ini aku sering melihat Reno datang ke rumah pak Wirdo!!" ucap Wira karna pada akhirnya dia mengerti arti tatapan mataku yang meminta penjelasan lebih terinci.
"Darimana kau tahu!?"
"Ferrel!! Aku meminta dia untuk menyelidiki apa yang dilakukan oleh Reno akhir - akhir ini!!"
Aku tidak menyangka kalau Wira dan Ferrel sahabatku ternyata diam - diam telah menyelidiki ini semua. Sejenak aku memikirkan ucapan Wira. Aku bangkit dari dudukku dan berdiri tepat di depan jendela gedung ini memandangi pemandangan kota Jakarta yang tampak begitu padat. Hatiku mulai gusar. Pikiranku kacau. Aku bahkan berjalan tak tentu arah mondar mandir ke kanan dan kiri. Aku sempat melirik ke arah Wira sekilas dan wajahnya tampak bingung.
"Aku tidak bisa berdiam seperti ini terus!!" desis ku. Aku berjalan mendekati meja kerjaku dan mengambil kunci mobil yang terletak disana.
"Kau mau kemana Ar!?" tanya Wira saat aku sudah berdiri di ambang pintu.
"Kau tahu tujuanku kemana!!"
"Tunggu Ar, , , kau tidak boleh gegabah seperti ini!! Jangan menambah permasalahan Ar!! Biarkan semua ini mereda terlebih dahulu!! Bukankah kita sedang mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya!?" ucap Wira mencoba menenangku.
"Tapi aku tidak bisa berdiam diri Wir!! Aku yakin Reno pasti mencoba untuk mendekati Kinaya dan berusaha untuk merebutnya dariku!!"
"Itu tidak akan pernah terjadi Ar!! Kau tahu sendirikan seperti apa Kinaya!! Tidak mungkin dia dengan mudahnya menyerahkan hatinya pada orang lain selain kau!! Kalau memang semudah itu dia tidak mungkin menunggumu selama 13 tahun!!"
Apa yang diucapkan Wira memang benar. Memang aku percaya Kinaya akan tetap menjaga hatinya untukku. Tapi Reno aku tidak bisa menjamin dirinya akan hal yang Ia inginkan. Aku mencoba untuk menenangkan hatiku. Tapi entah kenapa aku begitu gelisah. Hati kecilku mengatakan kalau aku harus menemui Kinaya hari ini juga. Aku sudah sangat merindukannya. Aku tak peduli apa yang akan terjadi nantinya. Yang aku pikirkan hanyalah Kinaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Love (Complete)
Ficção GeralKinaya Aswadinara dan Arka Adyawiguna Pradipta, sepasang anak manusia yang tidak sengaja bertemu di sebuah perkebunan teh. Keduanya menjalin pertemanan sesaat setelah pertemuan mereka untuk yang kedua kalinya di sebuah taman bermain. Dimana saat itu...