Chapter 2

493 46 2
                                    

"Aku tak menyangka kalau konsernya akan sekeren ini." Ujar Harry. Dia merebahkan tubuhnya di sofa yang tersedia di backstage. Louis yang ada di belakangnya terkekeh dan ikut merebahkan tubuhnya.

"Ayolah, Haz. Semua konser kita itu, keren." Katanya. Mereka berdua terkekeh. Tak lama muncul Zayn dan Liam. Mereka berdua terlihat lelah namun masih terasa semangat dan keantusiasan mereka.

"That was awesome." Ujar Zayn. Liam hanya mengangguk. Wajahnya terlihat sangat lelah.

Zayn dan Liam merebahkan tubuh mereka di sofa yang berada di seberang Louis dan Harry. Mereka berempat mengipasi tubuh mereka yang berkeringat dan meneguk air yang ada di dekat mereka.

"Tunggu. Dimana Niall?" Tanya Louis. Dia baru sadar kalau salah satu rekan sebandnya tidak ada. Harry mengedikkan bahu. Begitu juga Zayn dan Liam. Mereka memang tidak melihat anak itu selepas konser.

"Jangan bilang, dia tertinggal di atas panggung." Tukas Louis. Zayn mendengus.

"That's a lame joke." Katanya. Louis hanya mencibir.

Tiba-tiba muncul sosok pirang yang tadi mereka cari. Niall masuk dengan keadaan sedikit panik. Dia berputar ke sana dan kemari. Keringat masih menetes di pelipisnya.

"Kau kenapa?"Tanya Harry.

"Leprechaun-ku." Jawabnya singkat. Dia masih berputar dan berkeliling ruangan. Mengintip sela-sela sofa dan kolong meja.

"Kenapa lagi dengan leprechaun-mu?" Tanya Liam. Niall tidak menjawab. Wajahnya makin panik. Keempatnya kini tahu apa masalah si pirang itu.

"Kau kehilangan boneka itu?" Tanya Zayn. Niall berhenti bergerak dan berdiri menghadap keempat temannya. Dia hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Terakhir kau menyimpannya dimana?" Tanya Liam.

"Aku meletakkannya di bunk-ku. Tapi setelah itu tidak ada." Suaranya bergetar.

"Kau yakin meletakkannya disana?" Tanya Harry. Niall mengangguk, wajahnya sudah mulai memerah.

"Dia ada di sebelah selimutku." Katanya. Keempat temannya saling pandang.

"Oh astaga, aku baru ingat." Zayn menepuk keras dahinya.

"Apa?" Tanya Liam dan Niall berbarengan.

"Lou tadi sempat mampir ke bis kita membawa Lux." Niall terkesiap dan segera lari ke ruang sebelah. Keempat yang lainnya ikut menyusul di belakang.

"Lou, apa kau tadi mampir ke bis kami?" Tanya Niall begitu dia berhasil menemukan wanita berambut perak itu.

"Ya, ada apa?" Tanyanya.

"Kau melihat leprechaun-ku?" Lou mengernyit. Lalu ia tiba-tiba terkesiap seakan teringat sesuatu.

"Oh, apakah yang kau maksud itu, boneka leprechaun kecil yang ada di bunk-mu?" Tanyanya. Niall mengangguk. Lou mengusap tengkuknya, ia sedikit takut mengatakan sesuatu pada Niall.

"Maaf, NIall. Tapi tadi Lux melihatnya dan membawanya. Kurasa bonekamu masih ada pada anakku sekarang." Niall sedikit bernafas lega. Tapi ia kembali menatap intens Lou.

"Lalu, dimana Lux sekarang? Aku mau mengambil bonekaku." Lou kembali mengusap tengkuknya.

"Aku tidak yakin bisa mengambilnya, Niall." Katanya pelan.

"Kenapa?"

"Lux sangat menyukainya. Aku tidak tega jika harus mengambilnya." Niall mendecak.

"Aku tidak mau tahu. Kau harus bisa mengembalikan boneka itu." Tukasnya.

The Noiseless AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang