Chapter 19 (Meet The Girls)

261 29 5
                                    

Kevia sekarang sedang merapikan dapur sementara Harry sedang duduk memainkan ponselnya. Dan mereka berdua sedang berada di dapur rumah besar yang disewa manajemen untuk One Direction dan Kru. Yaps, kali ini kru juga ikut menginap di sana. Tidak semua, hanya sebagian. Untuk mempermudah proses rekaman mereka.

"Aku bosan." Suara Harry terdengar. Dia meregangkan ototnya sembari duduk di bangku. Kevia menghampirinya dan memberi secangkir teh.

"Terima kasih." Ujar Harry lalu menyeruput tehnya. Kevia tersenyum dan ikut duduk di salah satu bangku yang ada di sana. Harry menarik Kevia mendekat dan menyandarkan kepala gadis itu di bahunya.

"Aku tahu kau pasti lelah. Mengurusi banyak orang hari ini. Belum lagi tidak ada perempuan yang bisa membantumu disini." Kata Harry. Kevia hanya mengangguk. Ia tidak mencoba untuk mengeluh, ia hanya jujur.

Harry menepuk-nepuk lembut bahu Kevia sembari bersenandung. Kevia mulai memejamkan matanya dan tertidur begitu saja di bahu Harry. Mereka berdua duduk dengan tenang, sampai suara langkah kaki yang keras terdengar mendekati dapur.

"Kevia!" Suara Michael beserta sosoknya muncul di ambang pintu dapur. Membuat Harry dan Kevia sama-sama terkejut.

"Michael." Geram Harry. Michael hanya menyunggingkan senyum bersalah.

"Maaf. Aku tidak tahu kalau kalian sedang santai." Kevia memasang wajah bertanya sembari menggoyangkan jari telunjuk dan tangan kanannya.

"Huh?" Tanya Michael yang tidak mengerti maksud dari isyarat Kevia. Kevia menggeleng kecil dan hanya memasang wajah bertanya pada laki-laki yang kini sudah mengganti warna rambutnya jadi coklat gelap.

"Tidak apa. Aku hanya ingin memanggilmu saja." Jawab Michael polos. Kevia mengernyit dan kembali menyandarkan kepalanya ke bahu Harry.

"Kau mengganggu saja." Gerutu Harry. Michael tersenyum kecil dan duduk di sebelah Kevia. Jadi sekarang gadis itu duduk ditengah-tengah dua laki-laki manis itu.

"Aku hanya bosan. Luke dan Ashton sedang pergi dengan Liam dan Louis. Calum sedang main di belakang bersama Zayn dan Niall. Tidak ada yang bisa kuajak melakukan sesuatu." Tuturnya. Kevia membelai lembut bahu Michael dan tersenyum.

"Kau pucat, Kevia. Kau sakit?" Tanya Michael tiba-tiba. Harry terkejut dan segera melihat wajah Kevia.

"Kau benar, Mike. Apa yang kau rasakan sekarang, Kevia? Pusing? Atau ada yang sakit?" Tanyanya panik. Kevia hanya menggeleng. Ia memang sedikit pusing, tapi itu mungkin karena ia kelelahan. Seharian tadi ia bekerja. Ditambah setelah mereka sampai di Edinburgh semalam, ia belum sempat tidur karena harus berdiskusi dengan Paul juga kru yang lain.

"Kurasa lebih baik kau tidur sekarang. Kudengar dari Paul, kau belum tidur dari semalam karena rapat dengan kru." Ujar Michael. Harry menghela nafas.

"Lebih baik kau tidur sebelum yang lain kembali." Katanya.

Kevia mengangguk dan pamit menuju kamarnya. Ia pusing dan mengantuk. Terlebih semalam ia terkena turbulensi. Memang itu bukan hal yang besar. Tapi mengingat ia takut naik pesawat, itu sedikit berdampak buruk juga. Sepeninggal Kevia, Paul muncul.

"Kau tidak ikut Calum, Mike?" Tanya Paul sembari mengambil sebotol air mineral dari lemari es. Michael menggeleng.

"Tidak, mereka membosankan." Jawabnya. Paul mengangguk dan menoleh ke sekeliling.

"Dimana Kevia?" Tanyanya.

"Kusuruh ia tidur. Wajahnya pucat, mungkin ia kelelahan." Jawab Harry. Paul kembali mengangguk.

"Baguslah. Tenaganya pasti terkuras habis satu bulan ini. Ia memang butuh istirahat lebih. Jauh lebih banyak dari kalian yang hanya bisa menyusahkannya." Tuturnya. Harry terkekeh.

The Noiseless AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang