"Clara. Bisakah kau diam?" Gerutu Sarah, salah satu pelayan senior di sana. Ia pusing melihat gadis pirang satu itu berlari-lari kecil bolak balik ke dapur.
"Aku harus bertemu dengan Kevia." Tukas Clara.
"Kenapa?" Tanya Billy. Dia baru saja kembali sembari membawa nampan kosong.
"Ada hal penting yang harus kuberitahu." Tukas Clara. Tapi belum sempat ia memanggil Kevia, Clara terpaksa ditarik Lena untuk membantunya di lantai dua.
"Bantu aku, Clara. Sarah meninggalkan posnya dan menyerahkannya padaku." Sungut Lena sembari meniti tangga bersama Clara.
"Akh, Lena. Aku harus memberitahu Kevia sesuatu." Gerutu Clara.
"Soal siapa tamunya? Sudahlah. Nanti juga Kevia akan tahu siapa tamunya. Akan sangat beresiko kalau kita memberi tahunya sekarang. Bisa-bisa ia kacau dalam memasak." Tutur Lena.
"Benar juga." Gumam Clara.
"See? Aku selalu benar." Timpal Lena.
Clara dan Lena sampai di lantai dua. Mereka langsung menuju sebuah meja yang berisi 8 orang yang berusia tidak jauh dari mereka. Hanya meja itu yang tersisa. Entah kemana orang-orang yang tadi makan di sana. Sepertinya mereka pindah ke bawah.
"Malam. Kudengar kalian memanggil kami. Ada lagi yang bisa kami bantu?" Tanya Lena ramah. Berbeda sekali dengan saat ia memanggil Clara tadi. Sikap professional yang patut ditiru.
"Ah ya, bisakah kami memesan makanan lagi?" Tanya salah satu dari mereka. Siapa lagi kalau bukan Niall. Ya, meja itu adalah meja One Direction beserta kekasih mereka.
"Kami? Hanya kau yang mau memesan, Niall. Aku sudah kenyang." Tukas Louis. Diangguki yang lain.
"Apa yang mau anda pesan, sir?" Tanya Clara ramah.
"Aku mau pesan chocolate mouse." Lena dengan cepat mencatat pesanan Niall, sedangkan Clara beralih untuk mengambil piring kotor yang ada di meja Niall.
"Ada lagi?" Niall menggeleng. Lena dan Clara mengangguk kecil dan pamit untuk turun ke dapur.
"Eh, Nona-nona." Panggil Liam. Clara dan Lena serentak menoleh kembali.
"Tolong bawakan chocolate mouse-nya ke lantai bawah. Kami akan turun dan makan di bawah." Katanya. Lena dan Clara hanya mengangguk lalu melanjutkan langkah mereka.
"Ke bawah?" Tanya Louis.
"Kita harus membicarakan soal penyewaan rumah atau mansion yang akan kita gunakan saat tour nanti. Dan kru kita sudah pindah semua untuk makan di bawah." Tutur Liam.
Liam pun memimpin mereka dengan beranjak lebih dulu untuk turun ke lantai satu. Disusul Sophia dan yang lain. Sebenarnya, bukan hanya mereka berdelapan yang ada di lantai dua, tadi anggota band dan beberapa kru juga ikut makan di sana, tapi mereka memilih untuk turun dan bergabung dengan yang lain.
"Jadi, kalian menikmati makan di atas?" Suara Lou Teasdale terdengar begitu melihat mereka berdelapan muncul dari tangga.
"Begitulah. Suasananya lumayan." Jawab Harry, dia menghampiri Lou dan mulai berinteraksi dengan Lux.
"Jadi, apa yang akan kita diskusikan sekarang? Kita makan malam begini pasti ada tujuannya kan?" Tanya Louis. Dia mengambik satu kursi dan duduk di sebelah Josh, drummer band mereka.
"Ya, tapi kita tunggu Simon kembali dari toilet." Tukas Paul.
"Kalau begitu, aku akan ke toilet sebentar."
Tak lama Harry pergi, Simon muncul dari toilet dan mulai membuka diskusi (rapat) yang memang harusnya mereka lakukan malam itu. Mereka mendiskusikan beberapa hal mengenai tur mereka yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Termasuk membicarakan ide Liam kepada semua kru. Mereka setuju dengan ide Liam. Selain karena mencari suasana baru, ide itu juga disetujui untuk menghindari mobbed yang mungkin akan mereka terima jika mereka tinggal di hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Noiseless Assistant
Fiksi PenggemarKevia Gusev, gadis beruntung yang bisa bekerja dengan band idolanya. One Direction. Kebahagiaan mampir di hidupnya. Namun itu tidak bertahan lama saat ia harus dihadapkan oleh kenyataan. Kalau segala harapan dan doanya, belum tentu bisa terwujud. Da...