Chapter 37

164 21 5
                                        

"Kevia. Bisa ke ruanganku sebentar?"

Rachel menginterupsi kegiatan Kevia yang tengah merapikan barang-barang the boys di ruang ganti. Sudah 3 hari ia kembali bekerja, tapi baru kali ini ia bertemu kembali dengan Rachel. Memang saat hari pertamanya kembali, Kevia bertemu dengan Rachel. Tapi hanya sebentar karena keduanya kembali sibuk. Bahkan saat Kevia dipanggil Calum untuk ke ruangan Rachel kemarin, mereka tidak bicara banyak, karena Rachel harus segera pergi.

"Bagaimana kabarmu? Aku terlalu sibuk sampai tidak sempat menanyakan hal sesederhana itu padamu."

Aku baik, Rachel. Terima kasih. Kau sendiri bagaimana?

"Lelah. Tidak lebih tidak kurang." Jawab Rachel. Kevia hanya mengangguk kecil.

"Kau pasti tahu kan aku memanggilmu ke sini untuk apa?" Kevia kembali mengangguk. Ini pasti soal kontrak kerjanya yang akan habis. Mereka sudah sempat membicarakannya kemarin, tapi hanya sekelebatnya.

"Waktumu tinggal dua minggu. Aku ingin kau memikirkan kelanjutan dari pekerjaanmu." Tukas Rachel.

"Apa kau ingin melanjutkan kontrakmu? Atau berhenti begitu tour terakhir kita di Porto selesai?" Kevia terdiam. Sebenarnya ia sudah memutuskan, tapi ia masih bimbang.

"Kalau kau belum bisa menjawabnya, tidak masalah. Semua keputusan ada di tanganmu." Kevia mengangguk.

Aku akan memutuskan secepatnya.

"Baiklah. Kau bisa kembali bekerja."

Kevia pamit dan keluar dari ruangan khusus Rachel. Ia dan yang lain hari ini sedang berada di Jerman. The boys sudah pergi ke salah satu stasiun tv di Jerman untuk wawancara. Harusnya Kevia ikut ke lokasi. Tapi karena panggilan dari Rachel, ia terpaksa menyusul.

"Kau sudah selesai? Kita harus segera pergi." Ujar Danny. Kevia hanya mengangguk lalu masuk ke dalam mobil yang sudah disediakan.

Selama perjalanan Kevia terus berpikir. Apakah keputusannya sudah tepat? Bagaimana kalau ia menyesal nanti? Haruskah ia melanjutkan kontraknya? Atau berhenti saja dan kembali ke restoran? Oh astaga, apa yang harus ia lakukan? Kenapa semua keputusan yang sudah ia pikirkan menghilang?

"Kevia, kita sudah sampai." Suara Danny membuyarkan lamunan Kevia.

Gadis itu keluar dari mobil dan berjalan memasuki kawasan studio tempat kelima bosnya melakukan wawancara. Kevia bisa melihat betapa banyak penggemar yang berdiri menunggu di sekitaran gedung stasiun tv itu.

Kevia masuk ke dalam gedung dan berjalan cepat menuju ruang ganti untuk One Direction. Kelimanya masih bersiap karena jarak kepergian mereka tidak terlalu jauh.

"Ah, Kevia. Bisa bantu aku merapikan jas Zayn sebentar?" Pinta Lana. Kevia dengan cepat membantu Lana. Menjepit jas Zayn di beberapa bagian sebelum di jahit singkat oleh Lana.

"Kau kurus sekali, Zayn." Tukas Lana. Zayn hanya mendengus. Dia tidak mau membahas soal itu.

Kevia beralih pada wajah Zayn dan memperhatikan jika ada yang kurang. Mata hijau keabuan gadis itu meneliti figur itu dengan seksama. Sempat terbuai karena ketampanan Zayn yang terlalu mempesona.

"Kevia." Suara serak Harry memanggil, membuat gadis itu menoleh.

"Bisa kau bantu aku?" Kevia beralih pada Harry, meninggalkan Zayn yang masih terpaku. Harum rambut gadis itu menghipnotis dirinya.

"Menurutmu lebih bagus mana? Kukancing semua atau kubuka sebagian?" Kevia tidak menjawab, tapi ia merapikan kemeja Harry. Sampai hanya menyisakan dua kancing saja.

Sementara Kevia tengah merapikan dirinya, Harry meletakkan kedua tangannya di pinggang Kevia. Memeluknya, membuat tubuh mereka saling menempel. Kevia terlihat tidak terlalu mempermasalahkannya. Ia justru tengah menatap wajah Harry dengan pandangan datar. Harry yang melihatnya tersenyum lebar lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Kevia. Berbisik.

The Noiseless AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang