"Kita sampai!" Pekik Perrie girang. Ia dan Kevia baru saja sampai di club tujuan mereka.
Perrie langsung membuka pintu dan menarik (atau lebih tepatnya menyeret) Kevia untuk masuk ke sana. Di belakang gadis berambut pirang itu, Kevia hanya bisa meneguk ludah dengan susah payah.
'Here we go.' Batinnya. Dengan berat hati Kevia melangkahkan kakinya mengikuti Perrie. Keduanya langsung disambut oleh dentuman musik dan lampu kelap-kelip.
Ada yang salah? Tidak, tidak ada yang salah. Kevia dan Perrie benar-benar sedang berada di club. Tapi bukannya Kevia menolak ajakan Perrie? Itu pertanyaan yang bagus.
Singkat cerita, Perrie tidak benar-benar pergi meninggalkan Kevia. Ia, entah bagaimana detailnya, menghampiri Rachel dan meminta Rachel untuk membujuk Kevia, agar mau ikut dengannya ke club. Rachel, yang memiliki otak encer, mengeluarkan semua alasan yang ia punya untuk membuat Kevia pergi ke club. Katanya, karena Kevia adalah asisten mereka, Kevia harus mengikuti kemana pun the boys pergi. Dan berbagai macam alasan lainnya yang menyangkut pekerjaan Kevia. Mau tidak mau, Kevia menurut. Dan di sinilah ia berakhir. Sebuah club elit di Paris.
"Mereka memesan ruangan khusus." Kata Perrie keras. Berusaha untuk menyamai dentuman musik yang menggema di sekitar mereka. Kevia hanya mengangguk.
Keduanya meneruskan langkah mereka menuju ke ruangan yang dimaksud Perrie tadi. Begitu keduanya masuk, mereka disambut oleh teriakan heboh dari Louis dan Michael. Entah apa yang baru saja dilakukan keduanya, Kevia tidak ingin tahu.
Ruangan yang disewa manajemen cukup luas. Di sana Kevia bisa melihat kalau bukan hanya sekedar the boys dan kawan-kawan yang datang, tapi juga ada sebagian kru yang ikut. Mungkin mereka ingin melepas penat sejenak. Tapi untuk Kevia, ini malah akan menambah pekerjaannya.
"The girls ada di sana. Ayo kita hampiri." Perrie kembali menarik tangan Kevia.
Kali ini mereka berdua menuju ke sebuah sofa yang berisi 2 orang gadis. Beruntung ruangan itu tidak disetting terlalu gelap. jadi Kevia masih bisa melihat orang-orang secara jelas.
"Perrie, Kevia!" Sapa Eleanor. Ia yang pertama kali menyadari kehadiran dua gadis cantik yang lain. Perrie langsung duduk di sisi sofa yang tersedia. Sementara Kevia hanya bisa berdiri dengan canggung.
"Kenapa masih berdiri di situ, Kevia? Kemarilah." Ajak Sophia. Kevia hanya tersenyum lalu duduk di sebelah Sophia. Masih dengan canggung.
Ketiga gadis itu pun mulai berbincang. Meninggalkan Kevia yang masih merasa canggung di sana. Ia akui kalau dirinya bukanlah gadis baik-baik yang polos dan lugu. Tapi mengingat apa yang pernah menimpanya di sebuah club malam membuatnya merasa aneh dan takut. Terlebih mimpi-mimpi buruknya yang akhir-akhir ini sering mampir dalam tidurnya, makin membuatnya tidak tenang.
Sophia, Eleanor dan Perrie mulai bergabung dengan yang lain ke lantai dansa. Meninggalkan Kevia yang masih duduk di tempatnya. Entah apa karena ketiga gadis itu lupa atau semacamnya, mereka bertingkah seakan Kevia tidak pernah duduk di sebelah mereka hari itu. Mungkin efek dari alkohol. Entahlah, Kevia tidak mau terlalu memikirkannya. Tujuannya ke sini pun karena kelima bosnya. Bukan gadis-gadis itu.
Kembali terdiam, Kevia memilih untuk tetap duduk di tempatnya, namun kali ini sedikit lebih rileks. Ia juga lebih memilih untuk memandangi apa yang ada di lantai dansa. Kelakuan aneh dari keempat bosnya. Tunggu, empat? Dimana si pirang yang tawanya menggema itu?
Kevia menoleh ke sekeliling, berusaha mencari keberadaan Niall. Tapi sosok pirang itu tidak juga terlihat. Apa dia tidak datang? Atau...
"Kevia?" Suara serak seseorang mengejutkannya. Kevia menoleh cepat dan mendapati sosok tinggi besar berada di sebelahnya. Itu Harry.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Noiseless Assistant
FanfictionKevia Gusev, gadis beruntung yang bisa bekerja dengan band idolanya. One Direction. Kebahagiaan mampir di hidupnya. Namun itu tidak bertahan lama saat ia harus dihadapkan oleh kenyataan. Kalau segala harapan dan doanya, belum tentu bisa terwujud. Da...