Check Check 123.... testing testing, masih adakah audience di story ini? Hello... Absen-absen angkat tangan yang masih baca. Klik bintang jangan lupa hehehe...
==========================================================
Kevia merapikan barang-barangnya dan memasukkan beberapa tas ke dalam bus. Sudah saatnya ia dan kelima bosnya untuk pindah tempat. Setelah menghabiskan dua hari di Jerman, kali ini mereka akan berpindah ke Swiss. Harry masih menempeli Kevia, dia benar-benar membuktikan dirinya kalau dia bisa membuat Kevia jatuh cinta padanya. Meski begitu Harry tidak terlalu memaksa Kevia. Dia tahu kalau gadis itu butuh waktu.
Kevia baru saja meletakkan tas terakhir milik Zayn saat Liam menghampirinya. Laki-laki itu tampak lebih protektif dari biasanya. Terlebih setelah memergoki Niall mencium keningnya malam itu.
"Kevia, bisa aku meminta sesuatu padamu?" Kevia hanya mengerjapkan matanya. Apa yang Liam lakukan?
"Bisa kau pindah ke bus yang lain?"
Kevia tidak bertanya alasannya. Ia langsung menyetujui permintaan Liam dan membawa tasnya ke sana. Kebetulan sekali ia memang ingin sekali pindah bus. Beruntung Liam mengijinkannya, atau mungkin malah bisa dibilang menyuruhnya untuk pindah. Kevia ingin tenang sejenak, memikirkan keputusan soal kontraknya.
10 hari lagi konser mereka di Porto, sekaligus konser terakhir di benua Eropa. Ia sudah harus membuat keputusan sebelum hari itu datang. Tapi Kevia masih memiliki banyak pertimbangan. Kevia bisa saja berhenti dan meninggalkan semua hal berbau One Direction. Tapi bagaimana dengan Harry? Laki-laki itu sedang berusaha, sangat tidak baik meninggalkannya begitu saja. Juga Niall. Perasaannya masih menggantung. Tapi kalau Kevia memilih tinggal, apa yang akan ia dapatkan? Harry? Bukannya itu malah terdengar jahat?
Kevia kini bersandar di bangkunya. Bus yang ditumpanginya sudah setengah perjalanan menuju Swiss, jadi sudah sekitar 3 jam Kevia duduk di sana. Namun bukannya beristirahat seperti kru yang lain, gadis itu justru masih terjaga. Pikirannya masih sibuk bekerja.
"Ah, para gadis akan datang ke Swiss." Suara Rachel terdengar. Kevia mengerutkan keningnya.
Baru sekitar 2 minggu yang lalu para gadis datang. Apa mereka mau datang lagi? Ah, Kevia sudah lama tidak punya kekasih, ia tidak tahu rasanya rindu seperti apa. Kecuali pada bibinya. Dan Kevia tadi sudah menyempatkan diri untuk mengirim bibinya pesan, juga Clara.
"Kevia, nanti kau bisa menginap di hotel bersamaku. Kurasa para gadis ingin memiliki waktu dengan kekasih mereka sendiri." Rachel membuyarkan lamunan Kevia. Kevia hanya mengangguk. Mungkin ia bisa libur sejenak dari mereka dan itu bisa membuatnya berpikir dengan baik.
Setelah hampir 7 jam berada di bus, Kevia beserta para kru sampai di hotel tempat mereka menginap. Tapi gadis itu tidak melihat bus yang ditumpangi One Direction. Kemungkinan mereka menuju rumah yang disewakan. Kevia akan ke sana pagi-pagi buta untuk membawakan sarapan. Ia rasa ia tidak perlu memasak seperti biasa, mengingat mereka akan menghabiskan waktu dengan kekasih mereka.
Kevia beserta kru yang lain menuju ke kamar yang akan mereka tinggali. Beruntung Kevia tidak harus berbagi kamar dengan siapa pun. Begitu ia sampai di kamarnya, gadis itu segera membersihkan diri dan berniat untuk tidur.
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Keesokan harinya, setelah meminta pihak hotel menyiapkan sarapan untuk 5 orang, Kevia membawa sarapan itu menuju ke rumah yang disewa manajemen untuk kelima bosnya. Ia tidak tahu kapan para gadis sampai, jadi ia asumsikan kalau mereka mungkin akan tiba di siang hari. Namun asumsinya meleset. Begitu Kevia sampai, ia disambut oleh senyum hangat Eleanor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Noiseless Assistant
Fiksi PenggemarKevia Gusev, gadis beruntung yang bisa bekerja dengan band idolanya. One Direction. Kebahagiaan mampir di hidupnya. Namun itu tidak bertahan lama saat ia harus dihadapkan oleh kenyataan. Kalau segala harapan dan doanya, belum tentu bisa terwujud. Da...