Chapter 6

437 40 8
                                    

"Jadi kau tinggal disini?" Tanya Simon.

Setelah mereka menjelaskan pekerjaan apa yang akan dilakukan Kevia, Simon dan One Direction memutuskan untuk ke rumah Kevia. Padahal saat itu sudah larut, tapi mereka memaksa. Awalnya Kevia tidak mau dan meminta mereka untuk datang besok. Tapi ternyata lusa mereka sudah harus berangkat, membuat Kevia mau tidak mau menyutujui permintaan mereka untuk mampir ke rumahnya.

Rumah Kevia tidak lebih seperti rumah sederhana pada umumnya di London. Townhouse dua lantai yang sederhana. Cukup luas, tapi tidak berisi perabotan mewah. Terlebih rumah itu hanya diisi dua orang. Beruntung kru One Direction yang lain tidak ikut. Jadi rumah Kevia tidak akan sesak karena kedatangan banyak tamu.

Kevia tidak mengetuk, melainkan langsung masuk. diikuti keenam laki-laki itu. Kevia membunyikan lonceng yang ada di dekat pintu. Aleksi memang sengaja memasang lonceng itu untuk menandakan kalau 'anak'nya sudah pulang.

"Kau sudah pulang sayang?" Suara Aleksi terdengar dari dapur. Kevia mengisyaratkan keenam tamunya untuk mengikutinya menuju ruang tamu.

"Oh? Kau membawa tamu?" Tanya Aleksi begitu mendapati keponakannya berdiri bersama enam orang laki-laki asing.

"Bi, ini Simon Cowell dan One Direction. Mereka ingin menyampaikan sesuatu." Aleksi mengernyit.

"Ya sudah. Silahkan duduk tuan-tuan. Aku akan menyiapkan minuman dulu. Dan Kevia, poyti prinyat' vannu*. Vash zapakh ne khorosho*." Kevia meringis dan berlari menuju kamarnya di lantai dua.

"Maaf. Silakan duduk. Aku akan ke dapur sebentar." Aleksi pun pergi ke dapur. Meninggalkan tamu-tamunya dalam kebingungan.

"Tadi, mereka menggunakan bahasa apa?" Tanya Louis.

"Kurasa bahasa Rusia. Kevia itu keturunan Inggris-Rusia." Jawab Harry. Dia duduk di salah satu sofa yang tersedia. Diikuti yang lain.

"Kau seperti sudah mengenalnya sangat lama." Tukas Zayn.

"Sudah kubilang, aku memang mengenalnya. Tapi belum lama. Baru sekitar beberapa hari yang lalu." Jelas Harry.

"Dimana kau bertemu dengannya?" Tanya Niall.

"Di kafe dekat sini. Ia sedang duduk sendirian sambil memperhatikan jalan. Karena kebetulan meja di kafe itu penuh, aku memutuskan untuk duduk dengannya. Dan kami berkenalan." Jelas Harry. Tak lama Aleksi datang membawa 6 cangkir coklat panas. Cuaca diluar memang cukup dingin, jadi Aleksi memutuskan untuk membuat itu.

"Aku membuat coklat panas. Mengingat diluar cukup dingin."

"Terima kasih, Mrs. Gusev." Ujar Simon sembari mengambil salah satu cangkir.

"Just call me Aleksi. Kalau boleh tahu. Apa tujuan kalian datang kesini? Kevia hanya mengatakan kalau kalian ingin menyampaikan sesuatu."

"Oh... jadi itu yang gadis itu katakan? Aku selalu penasaran dengan bahasa isyarat." Celetuk Louis. Liam yang duduk di sebelahnya memukul pelan kepala sahabatnya itu. Aleksi terkekeh.

"Kalau kau penasaran kau bisa belajar dengannya. Kevia selalu senang dengan orang yang mau belajar bahasanya. Ia jadi merasa istimewa."

"Baiklah, kembali ke topik. Maafkan anak-anakku ini, Aleksi. Tapi ya, kami memang ingin menyampaikan sesuatu." Aleksi diam menunggu kelanjutan Simon.

"Kami ingin meminta Kevia untuk bekerja bersama kami." Aleksi mengernyit.

"Bekerja? Pekerjaan seperti apa yang akan ia lakukan? Jika itu membahayakan untuknya, aku takkan mengijinkannya." Tukasnya. Lembut namun tegas.

The Noiseless AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang