Chapter 23

252 32 19
                                        

Kevia membuka pintu besar di hadapannya secara perlahan. Ini sudah mendekati tengah malam, kemungkinan besar para penghuni rumah itu sudah tidur. Akan sangat tidak baik jika ia sampai membangunkan mereka. Jadi cara terbaiknya adalah, ia mengendap-endap.

Kevia tidak sedang berusaha untuk mencuri. Hanya saja, Rachel dan pihak manajemen tiba-tiba menjemputnya untuk membantu mempersiapkan konser mereka, dan baru mengantarnya ke mansion One Direction pada pukul setengah 2 pagi. Dan inilah yang sekarang ia lakukan dalam usahanya untuk masuk ke rumah itu tanpa ketahuan.

"Kau!" Suara seseorang mengejutkan Kevia, hampir saja ia menjatuhkan barang-barangnya. Gadis itu segera menoleh ke asal suara dan mendapati seorang gadis dengan tubuh proporsional muncul dari ambang pintu dapur. Barbara Palvin.

"Kebetulan sekali." Katanya sembari menghampiri Kevia yang masih berdiri di ruang tengah.

"Aku tidak akan memarahimu atau berteriak padamu karena aku tidak ingin menjadi antagonis disini." Tutur Barbara setelah sudah berdiri di hadapan Kevia. Kevia hanya mengangguk kecil sebagai respon. Barbara menarik nafas sebelum berkata.

"Bisakah dengan sopan aku memintamu untuk sedikit menjaga jarak dengan Niall?" Tanyanya. Kevia terbelalak. Ia meminta apa?

"Aku tidak akan menyakitimu atau melakukan hal buruk padamu. Aku hanya ingin kau tidak terlalu dekat dengan Niall." Jelas Barbara. Kevia terdiam lalu mengangguk mengerti. Ia tersenyum lembut pada Barbara.

"Dan kumohon jangan anggap aku jahat karena menyuruhmu menjauhi Niall."

Tidak Barbara. Aku mengerti.

"Aku juga minta maaf karena berlaku tidak baik padamu. Aku hanya... Yah, kau tahu..." Kevia terkekeh. Ia mengangguk kecil. Kevia mengerti maksud Barbara, mungkin gadis itu hanya cemburu dan itu wajar.

"Kurasa lebih baik kau ke kamarmu sekarang." Kata Barbara. Kevia mengangguk dan pamit ke untuk pergi ke sebuah kamar yang pernah ia tempati sebelumnya.

Kevia langsung termenung di atas tempat tidur begitu ia sudah sampai di kamarnya. Memikirkan kata-kata dan permintaan Barbara. Kevia memang tidak pernah memiliki pikiran buruk tentang gadis itu, karena ia memang tidak mengenalnya. Tapi Kevia hanya tidak menyangka kalau gadis seperti Barbara, mau dengan lembutnya meminta hal semacam itu pada Kevia. Sebenarnya itu adalah permintaan yang berat, tapi tidak mungkin Kevia menolaknya. Punya hak apa ia? Lagi pula, Kevia kan asisten mereka, bukan seseorang yang berarti bagi mereka. Itu akan cukup mudah. Atau mungkin tidak?

'Oh ayolah, Kevia. Kau hanya asisten mereka yang terikat kontrak selama 3 bulan!' Batin Kevia menjerit.

Yaps, Kevia hanya akan menjadi asisten mereka untuk konser dan pekerjaan mereka disekitar Inggris dan Eropa. Ia tidak akan ikut sisa konsernya di Amerika Utara. Sebenarnya ia bisa saja memperpanjang kontraknya, toh pihak manajemen sampai saat ini puas dengan pekerjaannya. Tapi ia sudah tidak sanggup. Baik fisik, dan kini masalah hati.

'Aku hanya seorang gadis lemah yang tidak bisa apa-apa.' Batinnya.

Tidak terasa airmatanya menetes. Ini pertama kalinya ia menangis setelah beberapa waktu. Ia bahkan tidak menangis saat laki-laki brengsek itu menjebaknya. Ah iya, laki-laki kurang ajar yang menjebak dirinya masuk ke dalam lingkaran setan. Ia bahkan masih ingat ketika ia lebih sering menghabiskan malamnya di pub dibanding di rumahnya.

Kevia menghapus airmatanya dan menarik nafas dalam. Berusaha menenangkan diri. Mungkin sudah saatnya ia tidur. Ini sudah dini hari. Akan sangat tidak lucu jika ia terlambat bangun hanya karena memikirkan masalah tidak penting.

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

"Kevia? Selamat pagi." Sapa Louis. Dia cukup terkejut melihat seorang gadis sudah berdiri di dapur. Kevia menoleh dan tersenyum kecil. Menyodorkan sepiring sarapan pada Louis.

The Noiseless AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang