Chapter 8 (Flight)

416 41 15
                                    

Kevia dan kru One Direction sekarang berada di bandara. Awalnya penerbangan mereka dijadwalkan pada dini hari. Tapi karena satu dan lain hal, penerbangan mereka di majukan. Dan tujuan pertama mereka adalah Dublin, Irlandia.

Mengetahui negara pertama adalah tempat kelahiran Niall, Kevia sangat antusias. Ia belum pernah ke sana dan sangat ingin ke sana. Tapi dibalik rasa antusiasnya, Kevia menyimpan rasa gugup dan takut. Dan sepertinya, Niall mengetahui hal itu.

"Ada apa?" Bisik Niall. Kevia terkesiap dan menggeleng cepat. Niall mengernyit dan mendekatkan posisinya pada Kevia dan duduk di sebelah gadis itu. Membuat Kevia yang sudah gugup, makin gugup. Ini pertama kalinya mereka berdua duduk berdekatan dan berinteraksi hanya berdua. Karena kemarin-kemarin, selalu ada Harry di antara mereka.

"Kurasa kau tidak pandai berbohong. Tell me what happen." Kevia kembali gugup, ia memilin ujung sweater yang ia kenakan. Niall di sebelahnya hanya memperhatikan gadis itu dengan seksama. Sampai satu pertanyaan tiba-tiba terlintas di kepalanya.

"Kau sudah pernah naik pesawat sebelumnya?" Kevia mengangguk kecil. Niall mengernyit.

"Nanti kau duduk di pesawat bersamaku, ya." Tukasnya tiba-tiba. Kevia memandang Niall heran. Kenapa tiba-tiba? Kevia merogoh sakunya dan mulai menulis.

Duduk denganku akan sangat membosankan

"Semembosankan apa sih?" Tanya Niall. Belum sempat Kevia menulis jawabannya. Niall sudah menarik tangan Kevia dan berjalan menuju pesawat.

"Pesawatnya sudah siap." Hanya itu yang Niall katakan. Kevia hanya mengikuti langkah Niall. Dadanya berdegup dengan kencang. Well, Niall adalah personel favoritnya. Kurasa wajar.

Kru dan anggota One Direction yang lain sudah berjalan mendahului mereka, karena tidak ingin tertangkap kamera paparazzi yang menyebabkan kedatangan fans. Begitu mereka sudah mendekati tangga pesawat, Niall merasakan telapak tangan Kevia berkeringat. Dan dia tahu kalau ada yang tidak beres pada gadis itu.

Tanpa berkata-kata, Niall langsung menarik Kevia kesatu kursi penumpang begitu mereka sudah berada di dalam. Niall menempatkan Kevia di dekat jendela, sedangkan dia di sebelahnya. Anggota dan kru yang lain sudah menempati kursi mereka masing-masing dan langsung terlelap, mengingat saat itu sudah masuk tengah malam.

"Kita duduk disini." Bisik Niall. Kevia terlihat gugup namun hanya bisa mengangguk. Sampai mereka berdua duduk pun, Niall tidak sekalipun melepaskan genggaman tangannya. Dia tahu kalau gadis itu takut dan Niall merasa kalau dia harus melindungi koki cantik itu.

"Perjalanan kita kali ini hanya 55menit. Tidak terlalu lama." Ujar Niall lagi. Kini pandangannya beralih pada punggung kursi di depannya. Kevia mengikutinya dengan ikut memandang punggung kursi di depannya. Nafasnya sedikit tidak teratur.

"Jangan tegang, rileks saja. Semua akan baik-baik saja." Ujar Niall. Kevia mengangguk kecil dan mulai menenangkan tubuhnya.

Komando dan petunjuk selama berada di pesawat mengalihkan mereka berdua. Kevia dengan seksama memperhatikan apa yang disampaikan pramugari di depan. Begitu juga Niall, walaupun tidak sefokus Kevia. Beberapa kali Niall melirik ke arah Kevia yang tampak sangat gugup.

Tak lama pesawat mulai bergetar, tanda kalau akan segera lepas landas. Refleks, Kevia menggenggam tangan Niall lebih erat. Membuat Niall percaya kalau gadis itu takut naik pesawat. Melihat wajah Kevia yang mulai memucat, Niall memutar bahu Kevia agar bisa berhadapan dengannya.

"Jangan takut. Ada aku disini." Katanya lembut. Kevia berusaha menetralkan jantung dan nafasnya. Ia takut naik pesawat. Walaupun ia sering bolak-balik Rusia-Inggris, ia tetap takut.

The Noiseless AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang