Chapter 31 (Club)

152 21 4
                                    

Kevia duduk sembari memandang ke sekitarnya. Beberapa pasang mata nampak menoleh penasaran padanya. Tidak sedikit juga yang terang-terangan memandang lapar dirinya. Kevia sedikit bergidik ngeri. Walaupun usianya sudah cukup legal untuk berada di sana, dan ia juga sudah cukup sering berada di sana. Tapi kali ini keadaannya berbeda. Entah apa yang merasukinya sampai ia seperti ini.

Kevia tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Ia hanya duduk di salah satu sofa yang tersedia di sana, menunggu seseorang. Namun pakaiannya kali ini benar-benar berbeda. Ia melakukannya atas permintaan kekasihnya yang tercinta. Walaupun sebenarnya ia tidak begitu yakin, apakah ia benar-benar mencintai laki-laki itu atau tidak. Hanya ada 1 laki-laki yang memenuhi hatinya dan itu bukan kekasihnya.

Hampir setengah jam Kevia duduk di sana. Orang yang ia tunggu pun akhirnya datang. Senyum tipis menghiasi bibir orang itu. Dan wajahnya tidak sedikit pun menampakkan rasa bersalah. Ciri khas dari dirinya.

"Ada beberapa hal yang harus aku lakukan. Maaf membuatmu menunggu lama." Katanya. Walaupun dia mengucapkan maaf, tapi itu tidak terdengar tulus bagi Kevia. Jangan tanya kenapa Kevia mau menjalin hubungan dengannya, aku juga tidak paham.

"Kau terlihat cantik malam ini. Oh ralat. Kau terlihat seksi malam ini." Ujar laki-laki itu lagi. Kevia hanya menyunggingkan senyum kecil. Ia tidak nyaman, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ayo, sayang. Kita langsung saja." Laki-laki itu, atau kita singkat saja, Jack, menggiring Kevia menuju lantai dansa. Berdesak-desakkan dengan banyak pengunjung yang setengah sadar di sana.

Well, Kevia dan Jack memang sedang berada di sebuah club eksklusif milik Jack. Kevia sering ke sini. Untuk menghabiskan waktunya dengan berdansa, atau sekedar untuk minum satu atau dua sloki. Ya, ia gadis nakal. Dan malam ini ia benar-benar akan menjadi gadis nakal seutuhnya.

"Aku sudah menyiapkan satu kamar spesial untuk kita." Bisik laki-laki itu tepat di alat bantu dengar Kevia. Terdengar sensual dan serak. Kevia sempat kembali bergidik ngeri.

"Kau pasti akan menyukainya. Aku akan melakukannya dengan perlahan." Tambah laki-laki itu. Tanpa sadar Kevia menelan ludahnya dengan susah payah. Pikirannya mulai beterbangan kemana-mana.

Keduanya sama-sama diam. Langkah mereka yang awalnya teredam oleh suara musik yang menggema, makin lama makin terdengar jelas seiring langkah mereka semakin menjauh dari hiruk pikuk lantai dansa.

Kevia hanya diam sembari berjalan di depan laki-laki itu. Bahu mulusnya yang terbuka terasa panas, berbanding terbalik dengan bagian tubuh lainnya yang mulai kedinginan. Efek dari tangan besar yang betah bertengger di sana. Tangan besar laki-laki itu.

"Kita sampai di kamar kita, sayang." Ujar laki-laki itu begitu mereka sampai di depan sebuah pintu. Kevia meneguk ludahnya dengan susah payah. Setelah ia sepakat untuk menjadi 'nakal', kenapa juga ia merasa ragu sekarang?

Laki-laki itu membuka pintu dengan mudah. Dia mendorong Kevia sedikit kasar, hampir membuat Kevia tersungkur ke lantai. Kevia berbalik menghadap ke arah laki-laki yang sampai saat ini masih menyandang status sebagai kekasihnya itu. Gemetar pada tubuhnya tidak bisa ia kendalikan. Ia ketakutan.

"Kenapa takut, sayang? Bukannya kita sudah sepakat?" Kevia tanpa sadar meneguk ludahnya.

Benar. Mereka sudah sepakat. Atau lebih tepatnya, Kevia terpaksa untuk sepakat. Sial, kenapa baru saat ini ia merasa takut? Kemana semua kenekatannya pergi?

Jack berjalan perlahan mendekati Kevia. Jaket kulit yang tadi melapisi tubuhnya, dia tanggalkan perlahan. Kevia hanya diam mematung di tempatnya. Memperhatikan gerak gerik Jack dengan seksama.

Jack menyunggingkan senyum miring saat melihat ekspresi Kevia. Tanpa aba-aba dia pun mulai mencium bibir Kevia. Kevia yang terkejut langsung menarik kerah kaos Jack sebagai penahan agar tubuhnya tidak jatuh begitu saja.

The Noiseless AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang