Chapter 40 (Thank you, Mikey)

71 15 1
                                    

Harry dan Kevia berhenti di sebuah koridor yang tidak terlalu jauh dari deretan ruangan yang biasa mereka gunakan. Kondisi koridor sedang sepi. Tidak ada satu pun orang lewat. Mungkin karena mereka memiliki pekerjaan masing-masing.

Harry bersandar pada tembok dan Kevia melakukan hal yang sama, bedanya mereka kini berhadapan dan berjarak. Harry terus menunduk, seakan berusaha menyusun kalimat yang tepat untuk menjelaskan situasinya pada Kevia. Dia tidak ingin Kevia mengalami hal yang sama dengan apa yang telah ia alami bersama Niall. Tapi sialnya, kejadiannya memang mirip.

Kevia sendiri hanya bisa menatap Harry sembari memegang erat tas Lou yang masih dibawanya. Ia menunggu Harry bicara. Meski ia tahu kalau laki-laki itu pasti akan menjelaskan soal kejadian memalukan beberapa hari yang lalu. Kevia sebenarnya tidak yakin, apakah ia harus mendengarkan penjelasan dari Harry? Tapi apa alasannya? Mereka tidak memiliki hubungan apapun, kan? Jadi, Harry seharusnya masih bebas mencium gadis di sana sini.

"Aku ingin meminta maaf soal kejadian beberapa hari yang lalu." Suara Harry terdengar. Cukup pelan, namun masih bisa didengar jelas oleh Kevia. Gadis itu dengan cepat menggeleng, mengisyaratkan kalau itu bukan masalah.

Kevia segera merogoh kantongnya mencari buku catatannya, namun sayang hanya ponselnya yang ia kantongi. Dengan cepat ia mengetik di sana dan menunjukkannya pada Harry.

Harusnya aku yang salah karena sudah mengganggu kalian.

Harry terdiam. Tidak ada kata yang keluar dari sana. Kevia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Harry, karena ekspresi laki-laki itu campur aduk dan samar.

"Tidakkah... tidakkah sedikit ada rasa marah padamu saat melihatku berciuman dengan Kendall?" Bisik Harry. Kevia mengerjapkan matanya. Tangannya sedikit gemetar. Haruskah ia jujur?

Melihat Kevia yang hanya diam, Harry memutuskan untuk kembali bicara. "Tidakkah ada sedikit rasa cemburu padamu saat melihat kejadian itu?"

Kevia menggigit bibirnya. Ia tidak yakin harus menjawab apa. Matanya menjadi tidak fokus. Ia menatap ke sekeliling, berharap ada orang lain yang lewat atau seseorang memanggilnya agar ia tidak harus menjawab pertanyaan itu.

"Jawab, Kevia!" Suara Harry mengeras, membuat Kevia terlonjak. Dengan gelisah gadis itu mengetik di ponselnya. Kedua kakinya bergetar karena gelisah.

Iya, aku marah. Kwnapa kau mendekatiku klau kau punya kekasi? knapa kau berusha membuatku jatuh cnta padamu???

Ketikan gadis itu tidak rapi, menandakan kalau ia marah dan takut. Harry yang melihatnya merasa bersalah. Namun saat dia hendak memeluk gadis itu, Kevia bergeser menjauh. Harry seketika terpaku. Apa Kevia baru saja menolaknya?

"Kevia." Panggil Harry lirih. Kevia menatap ke sekeliling sebelum akhirnya memusatkan pandangannya pada Harry. Ia memejamkan matanya sebentar, sebelum kembali membukanya dan tersenyum.

Senyum itu sebagaimana senyum Kevia yang biasa. Manis dan menggemaskan. Namun bagi Harry, senyum itu justru menyakitkan baginya. Kevia menutup ponselnya dan memasukkannya kembali ke dalam kantongnya. Menandakan kalau ia tidak ingin bicara lagi dengan Harry.

Harry tidak bereaksi melihat Kevia, membuat gadis itu memutuskan untuk meninggalkan laki-laki itu menuju ruangan di mana Lou berada. Setelah mengembalikan tas Lou, Kevia segera keluar dari ruangan. Ia melangkahkan kakinya menuju ke arena. Para kru sudah selesai memeriksa alat, mereka akan kembali mengecek dua jam lagi.

Melihat arena yang kosong, memberikan Kevia kesempatan untuk menangis. Entah kenapa, apa yang dilakukan Harry justru jauh lebih terasa menyakitkan dibanding dengan apa yang dilakukan Niall. Apa karena Niall yang memang sejak awal tidak mengumbar kata dan janji manis? Niall hanya melabeli dirinya sebagai sahabat Kevia. Berbeda dengan Harry yang beberapa hari terakhir, mengklaim akan membuat gadis itu jatuh cinta.

The Noiseless AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang