Where We Are Tour: Europe League diakhiri dengan konser meriah di Porto, Portugal. Selepas konser One Direction beserta kru mengadakan pesta meriah di salah satu restoran di Porto. Sebagian dari mereka akan menetap di Portugal selama beberapa hari untuk berlibur, dan sisanya akan kembali pulang untuk melakukan persiapan kelanjutan konser mereka di wilayah Amerika Utara.
One Direction, para gadis dan kru kini tengah menikmati makan malam mereka. Musik yang lembut di putar. Cuaca malam itu yang cerah cukup mendukung suasana. Sebenarnya para anggota One Direction sedikit curiga, tidak biasanya mereka menyelenggarakan acara sampai semeriah ini.
"Rachel." Liam memanggil manager mereka yang duduk tidak jauh dari mereka. Wanita itu menoleh dan menatap Liam seakan bertanya ada apa.
"Aku tahu kita sering mengadakan acara untuk merayakan kesuksesan tour kita." Ujar Liam. Rachel mengangguk, menunggu laki-laki itu melanjutkan. "Tapi tidak biasanya kita merayakan sampai seperti ini."
Rachel tersenyum. Ia berdiri dari posisinya dan mengetukkan sendok ke gelas anggurnya. Berusaha menarik perhatian orang-orang yang ada di sana. Ia seperti ingin mengumumkan sesuatu.
"Perhatian semuanya." Ujarnya. Begitu semua orang sudah memusatkan perhatian padanya, ia melanjutkan.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih dan selamat pada kalian semua. Karena sekali lagi kita sukses melaksanakan tour untuk wilayah Eropa dan sekitarnya." Semua yang ada di sana bertepuk tangan menyambut kalimat Rachel.
Begitu suara tepuk tangan sudah mereda, Rachel melanjutkan. "Aku yakin kalian pasti bertanya-tanya, kenapa aku, yang biasanya hanya memberikan acara makan malam sederhana, tiba-tiba mengundang semuanya ke pesta seperti ini." Sebagian dari mereka mengangguk.
"Karena selain untuk merayakan keberhasilan kita, acara kali ini juga adalah sebuah perayaan perpisahan." Sebagian besar kru tersenyum pada Kevia, yang duduk di sebuah meja yang ada di sudut. Mereka tahu kalau gadis itu tidak melanjutkan kontraknya dan memilih untuk berhenti. Namun sebagian lagi hanya bsa diam menunggu Rachel melanjutkan.
"Kevia Gusev. Terima kasih banyak karena sudah membantu kami." Tukas Rachel. Ia mengangkat gelas anggurnya seakan tengah bersulang dan gerakan itu diikuti oleh para kru yang lain.
Mereka bersulang untuk Kevia. Karena gadis itu sudah bekerja sangat keras. Walaupun terlihat tidak banyak membantu, tapi menurut mereka, Kevia sangatlah membantu. Sebenarnya para kru menyayangkan keputusan gadis itu untuk berhenti. Tapi mau bagaimana lagi? Keputusan ada di tangan Kevia. Lagi pula, kontrak Kevia pun memang hanya untuk 3 bulan.
Setelah bersulang, Rachel mengisyaratkan para kru untuk kembali berpesta. Makan malam mereka berubah menjadi pesta meriah saat seorang DJ dan bartender keluar. Ah, mereka membuat restoran menjadi seperti bar. Di saat para kru mulai berpesta, anggota One Direction terdiam. Mereka masih mencerna situasi. Kevia berhenti? Tapi kenapa?
Kelima laki-laki itu menghampiri Kevia yang masih duduk diam di bangkunya. Meja itu tadi diisi oleh Lou, Lana dan kru bagian wardrobe, tapi mereka sudah turun ke lantai dansa. Meninggalkan Kevia yang kini hanya bisa menonton.
"Kevia." Panggil Zayn yang sudah duduk di sebelah gadis itu. Kelima laki-laki itu duduk memutari meja Kevia.
"Kau berhenti?" Tanya Zayn. Kevia hanya mengangguk. "Kenapa?"
Kontrakku sudah habis
"Kenapa kau tidak melanjutkannya? Setidaknya sampai WWA tour selesai." Ujar Louis. "Hanya tinggal beberapa minggu lagi." Tambah Liam. Kevia menggeleng kecil.
Aku sudah rindu dengan bibiku dan teman-temanku di kedai
Liam, Louis dan Zayn hanya bisa saling pandang. Kalau begini, mereka tidak bisa memaksa. Kevia pun pamit undur diri karena ingin bicara beberapa hal dengan Rachel. Ia meninggalkan meja yang kini berisi 5 orang laki-laki yang larut dalam pikiran masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Noiseless Assistant
أدب الهواةKevia Gusev, gadis beruntung yang bisa bekerja dengan band idolanya. One Direction. Kebahagiaan mampir di hidupnya. Namun itu tidak bertahan lama saat ia harus dihadapkan oleh kenyataan. Kalau segala harapan dan doanya, belum tentu bisa terwujud. Da...