Chapter 28

252 27 3
                                    

Selingan....
===============================================================

"Kevia. Kau lihat dimana kausku?" Tanya Louis. Kevia menyodorkan kaus yang sudah disediakan tim wardrobe pada Louis.

Hari ini adalah konser pertama mereka di Solna, Stockholm, Swedia. Setelah 5 hari mereka bersenang-senang. Tidak sepenuhnya bersenang-senang sebenarnya. Terlebih bagi Kevia. Itu seperti sebuah mimpi indah yang bercampur dengan mimpi buruk. Mimpi indah karena ia berhasil mencium seorang Harry Styles. Dan mimpi buruk karena ia makin terperangkap oleh 'jeratan' Niall Horan.

Hubungan Kevia dan Harry tidak mengalami perubahan. Tidak menjauh, namun juga tidak mendekat. Mereka masih seperti saat sesi khusus mereka belum terjadi. Begitu juga hubungan Kevia dengan yang lain. Hanya dengan Niall, Kevia sedikit menjauh. Ia tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain. Terlebih kemarin para gadis sudah kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.

"Kevia. Jangan lupa cek air mineral serta handuk." Tukas Rachel. Kevia mengangguk kecil lalu pergi ke arah panggung untuk mengecek.

Pintu sebentar lagi akan dibuka. Ia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya sebelum konser dimulai. Namun pekerjaan yang biasanya mudah, berubah menjadi bencana karena kram yang tiba-tiba menyerang perutnya. She is on her period. Gadis itu terpaksa berpegangan dengan besi pagar untuk menyangga tubuhnya.

"Kevia, kau baik-baik saja?" Tanya Paddy. Kevia hanya mengangguk kecil. Paddy yang khawatir melihat Kevia memutuskan untuk merangkul gadis itu ke ruang ganti.

"Paddy, ada apa dengan Kevia?" Tanya Rachel saat melihat tubuh kecil Kevia yang lemas dipelukan Paddy.

"Aku melihatnya meremas perutnya dan hampir jatuh di depan panggung tadi." Jelas Paddy. Rachel mengangguk mengerti lalu mengambil alih Kevia dan merangkulnya ke ruangan miliknya. Akan sangat percuma jika Kevia berakhir di ruang ganti.

"Period, huh?" Tanya Rachel begitu Kevia sudah duduk di sofa besar. Kevia hanya mengangguk. Tidak biasanya ia mendapat kram dan sakit seburuk ini.

"Kau sampai berkeringat. Kalau kram-nya tidak hilang, aku akan minta Paul untuk mengantarmu ke hotel. Kurasa meninggalkanmu dengan the boys di mansion dalam keadaan begini, tidaklah baik." Tutur Rachel panjang. Kevia menggeleng kecil. Berusaha menampilkan wajah kalau ia baik-baik saja.

"Aku juga perempuan yang merasakan hal yang sama, Kevia. Lagi pula kau mungkin memang butuh istirahat." Kata Rachel. Ia mengambil sebuah selimut dari koper wardrobe dan memberikannya pada Kevia.

"Jika kram-nya sudah membaik, kau bisa kembali bekerja. Tapi jangan paksakan dirimu." Pesannya sebelum benar-benar pergi. Kevia hanya menurut, karena tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan saat ini.

Kevia memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak. Tidak lupa mematikan alat bantu dengarnya agar ia tidak terganggu. Ia sekarang hanya berharap agar lima bocah itu tidak mencarinya.  Namun sepertinya harapan Kevia tidak terkabul. Kelima bocah yang ia maksud tengah kebingungan karena tidak dapat menemukan gadis itu dimanapun.

"Boys! Sudah waktunya kembali." Suara Paul menyela keributan itu.

"Tunggu dulu, Paul." Ujar Louis.

"Tidak ada waktu lagi, Louis. Cepat naik!" Perintah Paul. Kelima orang yang tadi kelimpungan pun dengan terpaksa kembali ke panggung.

"Kemana Kevia?!" Pekik mereka berlima bersamaan sebelum benar-benar naik. Paul  hanya menggeleng-geleng. Tidak menyangka jika kelima laki-laki itu sangat bergantung pada seorang gadis.

"Aku jadi membayangkan jika Kevia berhenti bekerja." Tukas Rachel.

"Bagaimana ceritanya seorang gadis yang baru 1 bulan mereka kenal, membuat mereka nyaman dan bergantung padanya?" Tanya Rachel heran. Paul mengedikkan bahu.

The Noiseless AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang