Sorry for typo(s)
**
Author's pov-"Louis, kau bisa menjemputku tidak?" Tanya Ashleigh pada Louis yang berada di seberang telepon.
'Aku ada project, Ash. Maaf, aku tidak bisa. Kau telpon Ammy saja, ya?' Balas Louis dengan nada lembutnya.
"Oh, begitu. Baiklah. Padahal aku ingin mengajakmu jalan jalan, sudah lama kita tidak berjalan jalan,"
Louis menghela nafasnya panjang, 'aku akan ke apartment mu setelah aku selesai, ok? Kemudian kita jalan jalan.'
"Ok, baiklah. Tapi jika tidak memungkinkan, lain kali saja, Lou. Aku takut mengganggumu,"
Louis terkekeh, 'kenapa kau masih sungkan denganku, Ash? Tentu saja tidak, kau kan pacarku,'
Ashleigh terdiam sejenak, kemudian ia bergumam, "omong omong, apa media sudah tau?"
'Belum. But soon, mereka akan mengetahuinya,'
Ashleigh tersenyum mengingat kenyataan ia masih belum melupakan Zayn. Ia ragu dengan semua ini. Terlintas di pikirannya perkataan Achly kemarin. Ia takut hal ini akan membuat mereka, Louis dan dirinya sakit hati.
'Ash? You there?'
"Ah, ya Zayn,"
'Zayn? Kau baik baik saja, kan? Ada apa?'
Ashleigh mengerjabkan matanya. Lagi lagi ia melamun.
"Eh, maafkan aku, Louis. Aku pikir kai-"
Louis mengerti, gadis itu belum bisa melupakan Zayn. Memang baru hampir 1 bulan, tetapi Louis berpikir hal ini akan sia sia.
'Aku tutup, ya? Kau istirahat, ok?' Balas Louis lembut. Louis memang benar benar mencintai Ashleigh. Tetapi ia berpikir sepertinya ia harus segera melepas gadis itu.
"Baiklah, sampai jumpa!"
'Bye, tut-'
Ashleighpun menghela nafasnya dan memberi Ammy pesan. Baru saja Ashleigh berjalan beberapa meter meninggalkan kelasnya, Ammy sudah membalas pesannya. Ternyata, sahabatnya itu tidak bisa menjemputnya dikarenakan ia ada urusan dengan organisasi di kampusnya.
Mau tidak mau, Ashleigh mencari bus. Ia lelah dengan keadaan ini. Mencari bus ataupun taxi yang berakhiran dengan hal buruk. Ammy memang selalu membawa mobil yang di beli orang tua mereka untuk kendaraan di London ini, karena Ashleigh sendiri tidak bisa menyetir mobil. Ingin sekali ia belajar, tetapi mom nya belum mengizinkannya. Jadi, apa boleh buat?
Setelahnya, Ashleigh memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya. Ia keluar koridor kampusnya menuju gerbang depan.
Tiba tiba saja Ashleigh terhenti, karena seseorang menutup matanya. Ia kenal kebiasaan siapa ini, Calum. Siapa lagi kalau bukan lelaki usil itu?
"Calum! Lepaskan, aku tahu ini kau!" Seru Ashleigh.
Lelaki itu masih belum membuka mata Ashleigh dan Ashleigh terus berteriak memaksa Calum untuk membukanya.
Akhirnya, Ashleigh menyerah, "apa maumu, Cal?"
Lelaki itu tetap diam. Ashleigh merasa ada yang berbeda dengan tangan yang menutup matanya ini. Tidak seperti tangan Calum yang seharusnya besar dan tidak seperti ini. Ia tahu seperti apa tangan Calum, karena mereka memang sangat dekat.
"Louis? Kau kah itu?" Ujar Ashleigh.
Lelaki itu masih diam. Tidak menjawab.
"Kau bilang kau tidak bisa menjemputku karena ada project," lanjut gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Several Years ※ Z.M
Fanfic[COMPLETED] Semua berawal dari sebuah rindu. Rindu yang tak pernah terbalaskan perlahan menyadari keberadaannya, hingga akhirnya ia bisa terbalas. Namun siapa sangka, rindu itu menimbulkan luka pada hati kedua orang yang saling mencintai, luka itu t...