Chapter 51

1.6K 173 31
                                    

Sorry for typo(s)

**
Author's pov

Ashleigh menatap kosong layar tv di depannya. Ruang rawatnya memang dilengkapi sebuah tv berukuran sedang yang dipasang di depan ranjang rawat, dengan maksud agar dapat mengurangi sejenak rasa bosan yang dirasakan pasien.

Ia sendiri siang ini. Achly mengurus administrasi di rumah sakit, entah apa yang diurusnya karena dari kemarin kemarin Achly selalu keluar dengan alasan mengurus administrasi. Tapi Ashleigh diam saja, tidak berminat untuk bertanya apa yang sedang diurus Achly sampai sampai memakan waktu beberapa hari. Walaupun terkadang ia juga penasaran, karena beberapa kali Achly kembali sehabis mengurus administrasi, wajahnya kerap kali pucat dan lemas. Hal itu membuat Ashleigh takut untuk bertanya, mungkin saja Achly sedang ada masalah.

Gadis itu kemudian beralih pada ponselnya yang baru sejak kemarin kembali ke tangannya. Beberapa hari tanpa hp, membuat Ashleigh merasa sedikit kaku saat menggunakannya. Hanya merasa aneh saja. Ashleigh menggelengkan kepalanya, beberapa pesan masuk belum ia baca dan balas. Ia membuka pesan paling atas yang tak lain adalah dari dosennya. Ashleigh tersenyum kecil karenanya. Karena Ammy menghubungi dosennya dengan ponselnya, memberitahu sekaligus meminta izin untuk Ashleigh yang tengah dirawat dan berada pada masa pemulihan.

Sang dosen tentu saja memberi izin dan memaklumi. Beliau juga mendoakan agar Ashleigh cepat sembuh dan kembali memasuki kelas. Tetapi sang dosen tidak bisa menjamin nilai nilai Ashleigh pada semester itu, namun Ashleigh tak peduli. Yang terpenting sekarang hanyalah, bagaimana caranya agar dirinya bisa sehat.

Ashleigh terlonjak, ketika tiba tiba pintu kamarnya terbuka. Menampilkan Zayn dengan sebuah nampan makanan Ashleigh di tangannya. Lelaki itu tersenyum lebar, menghampiri Ashleigh sambil menatap mata Ashleigh yang masih terkejut.

"Bisa kau pelan pelan, Zayn. Untung saja aku tidak punya penyakit jantung juga,"

Zayn terkekeh sambil meletakkan nampan di tangannya itu di atas nakas kecil samping ranjang Ashleigh, "maaf, aku buru buru mengejar waktu. Kami akan ada wawancara live yang akan disiarkan di tv, pukul 3 nanti. Sudah lama aku tidak berkumpul dengan mereka. Jadi, ya, aku buru buru."

Ashleigh menatap Zayn dalam diam, mulutnya membentuk 'o' tanpa membalas apa apa.

"Kau harus makan, Ash. Ayo, biar aku suapi,"

Zayn meraih mangkuk berisi bubur untuk pasien, dan semangkuk sup untuk menambah rasa bubur yang pasti hambar itu, "kali ini jangan susah makan, ya. Kau harus cepat pulih. Paling tidak, kau bisa keluar rumah sakit."

Ashleigh lagi lagi hanya menatap Zayn dan mengangguk angguk. Ashleigh menerim suapan demi suapan yang diberikan Zayn. Hingga akhirnya, gadis itu memuntahkannya.

"Sudah, Zayn," tutur Ashleigh sambil meraih beberapa helai tisu untuk membersihkan makanan yang ia keluarkan barusan.

Zayn membantu Ashleigh membersihkan tangannya. Kemudian lelaki itu meletakkan mangkok bubur yang masih setengah itu kembali ke atas nampan. Setelah semua beres, Zayn merapikan nampan dan membawanya keluar bersamanya. Tanpa mengucapkan kata apapun, Zayn keluar untuk mengembalikan nampan dan menukarnya dengan beberapa obat dan vitamin rutin yang harus Ashleigh minum tiap harinya.

Ashleigh menatap pintu kamar rawatnya yang sedikit terbuka itu, ia berpikir ada yang tidak beres dengan Zayn. Lelaki itu berbeda. Kemungkinan kemungkinan buruk teeus terputar dalam pikirannya. Kemusian gadis itu menggeleng cepat, ia tidak boleh berpikir seperti itu. Siapa tau Zayn memang sedang sibuk dan banyak pikiran.

Tak lama kemudian, Zayn kembali dengan beberapa plastik obat di tangannya. Ia kembali meletakkannya di atas nakas dan mengambil segelas air putih. Ashleigh menatap Zayn dengan tatapan yang tak seperti biasanya. Sementara Zayn yang sedang menyiapkan obatnya, merasa aneh dengan tatapan yang Ashleigh berikan.

After Several Years ※ Z.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang