Chapter 50

1.4K 188 18
                                    

LONGCHAPTER LOH! WAJIB VOTE DAN KOMEN! BODO. GAMAU TAU.

Sorry for typo(s)

**
Author's pov

"Zayn, kau—"

Ashleigh berusaha menghindari eye contact dari Zayn. Zayn menangkup wajah pucat Ashleigh dengan kedua tangannya.

"Aku serius, Ash."

Mereka sama sama terdiam. Zayn menatap gadis itu, sementara Ashleigh menundukkan kepalanya. Menghindari Zayn.

Entah apa yang ada di benak Zayn sekarang, sampai sampai ia berani berkata seperti itu. Seperti, bagaimana bisa? Seorang yang menolak mentah mentah perjodohannya, sekarang malah memutuskan keputusan sepihak untuk segera menikahi gadis itu.

Ashleigh tak percaya. Ia tak tau harus senang, atau malah sedih. Di pikirannya hanya ada satu. Ia butuh motivasi untuk hidup. Untuk melawan penyakit kanker yang hinggap di tubuhnya.

Clek.

"Ammy tidak bisa datang hari ini, Ash. Ia baru sempat menjengukmu sekali saat kau belum sadarkan diri. Sekarang ia sedang mengejar target kuliahnya di Ireland," tutur Achly yang baru masuk ke dalam kamar rawat tersebut.

"Eh? Maaf mengganggu kalian, tapi, Ash. Mom Dad akan segera tiba di sini,"

**

Sekarang, mereka berkumpul di dalam kamar rawat Ashleigh. Ashleigh yang masih lemas, berbaring di atas ranjang rawatnya. Zayn dan Achly duduk di sofa kamar Ashleigh. Sementara kedua orang tua Ashleigh duduk di samping ranjang Ashleigh. Di kursi tempat Zayn dan Achly duduk sebelumnya.

"Ash," panggil Mom lembut.

"Mom kan selalu mengingatkanmu, jaga pola makanmu, makan makanan bergizi, jangan memaksakan diri kalau kau sudah lelah. Kenapa kau tidak menuruti permintaan Mom, Ash?"

"Mom, maafkan aku. Hidup sendiri di London ini cukup membuatku stress— ditambah dengan perjod—"

"—ssh. Maafkan Mom karena terlalu memaksamu, Ash. Mom hanya ingin kau bahagia, itu saja. Sebelum, Mom—"

Mom nya menggantungkan kalimatnya, ia menatap anak gadisnya itu lembut. Ashleigh baru menyadarinya. Perubahan Mom nya. Perubahan fisik Mom nya. Beliau kehilangan berat badannya. Kedua pipinya yang dulu penuh lemak, sama seperti Ashleigh, kini tak menyembunyikan tulang pipinya.

Mom nya memakai foundation dan bedak untuk menutupi kulit pucatnya. Ashleigh tau, ia melihat apa yang disembunyikan ibundanya itu. Matanya yang sayu, menatap mata Ashleigh dengan penuh harap. Harapan bahwa gadisnya itu bisa melalui semuanya dan hidup bahagia setelahnya.

Ashleigh tersenyum menerima kenyataan. Kenyataan bahwa mereka mengidap penyakit yang sama.

"Mom sendiri? Bagaimana kondisi Mom?"

"Mom tak apa, Ash. Sekarang, yang terpenting hanyalah kondisimu, sayang."

Ashleigh berusaha membendung air matanya agar air sialan itu tidak lagi meluncur mulus membasahi pipinya. Sudah banyak air mata yang ia tumpahkan sejak ia sadar tempo hari. Mom nya mengelus tangan Ashleigh. Tangan gadis itu putih pucat, infus terpasang di tangannya. Cairan putih bening mengalir masuk ke dalam tubuhnya melalui tangannya itu.

Sorot mata Mom nya berubah menjadi serius, tetapi tidak menghilangkan sentuhan lembutnya.

"Mom ingin bicara serius, Ash. Mumpung kita bisa bertemu di sini, masih bisa mendengarkan satu sama lain—"

After Several Years ※ Z.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang