Chapter 9

2.5K 348 84
                                    

Sorry for typo(s)

**
Ashleigh's pov--

Aku menggelengkan kepalaku. Entahlah. Kenapa semuanya jadi serumit ini?

Awalnya aku ingin memutuskan untuk segera pulang, tetapi tiba tiba kepalaku pusing. Sangat pusing. Melebihi kemarin.

Apa sebenarnya yang terjadi sih? Aku tak punya riwayat sakit apapun. Kalaupun ada, aku hanya ada asma.

"Jadi, kalian ingin tinggal atau..?"

Aku menatap Achly, begitupula dengannya.

"Terserah padamu saja, Ach." Ujarku sembari memijat pelipisku.

"Kita kembali nanti sore, bagaimana?" Balas Achly.

"Baiklah."

"Okay, kami akan kembali nanti sore. Tak apa kan?" Tanya Achly pada Liam dan Louis yang memang sekarang ada bersama kami. Jangan tanyakan kemana Harry dan Niall, karena mereka sedang bertengkar entah memperebutkan apa.

"Baiklah." Balas Liam.

Achly bangkit dari sofa, kemudian di susul Liam dan Louis. Saat aku baru saja berdiri. Nyeri di kepalaku menjalar. Rasanya seperti aku ingin jatuh sekarang.

"Kau, baik baik saja kan?" Tanya Louis memegang sebelah pundakku.

"Apa aku boleh numpang toilet?" Tanyaku.

"Sure, biar ku antar."

Aku mengikuti Louis berjalan menuju toilet.

"Terimakasih."

Segera aku memasuki toilet dan menyalakan keran wastafel. Membasuh mukaku dengan kedua tanganku. Aku menatap pantulan wajahku di cermin. Aku tak sadar kalau aku sangat pucat sekarang. Aku membasuh lagi wajahku sampai tidak begitu terlihat pucat.

Setelahnya aku mengeringkan wajahku dengan tissue dan keluar kamar mandi.

Pusing. Itu yang ku rasakan. Yeah, memang sudah dari awal aku pusing. Sepertinya hari ini aku tidak keluar.

Aku berjalan menuju depan walaupun aku merasa aku tidak berjalan sekarang. Seperti kakiku melayang dan tidak menapak pada tanah. Aku benar benar pusing sekarang.

Saat sampai di ruang depan, entah kenapa aku merasa limbung dan,

BRUK!

"Ashleigh?" Seru Achly.

Astaga, segitu pusingnya kah aku? Memangnya aku sakit apa sebenarnya?

"Kau tidak apa kan, Ash? Kenapa kau bisa jatuh?" Tanya Achly yang tengah membantuku berdiri.

Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya. "Aku hanya kurang seim--"

"Astaga, hidungmu!" Seru Achly. Spontan tangan kananku menyentuh bagian hidungku. Aku menatap tanganku. Merah. Darah.

"Kau mimisan, Ash." Lanjut Achly.

Penglihatanku samar samar. Terang, gelap, terang. Aku memejamkan mataku sejenak.

"Aku baik baik saja, Ach." Balasku.

"What? Ayo, kita harus segera kembali. Atau ku antar kau ke rumah sakit." Ujar Achly.

"Kenapa aku baru menyadari wajahmu pucat sekali hari ini." Lanjutnya.

Aku hanya berusaha menyunggingkan senyum tipis dan, seketika dunia menjadi gelap.

**

Aku mengerjabkan mataku berkali kali. Hingga perlahan lahan cahaya menerangi penglihatanku.

After Several Years ※ Z.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang