Chapter 54

1.2K 126 13
                                    

Sorry for typo(s)

**
Author's pov

Ashleigh menatap lantai putih pucat di hadapannya. Badannya terasa sangat lemas dan mual. Sungguh rasanya ia ingin memuntahkan saja semua isi perutnya, namun ia terlalu lemas untuk sekedar memuntahkannya. Ashleigh hanya diam pasrah, seorang suster mendorong kursi roda yang didudukinya itu menuju ruang rawatnya. Ia baru saja selesai menjalani kemoterapi karena kanker Ashleigh mulai menyebar, dengan kemoterapi tersebut diharapkan memperlambat penyebaran dan perkembangan kanker di tubuh Ashleigh.

Setelah persetujuan dari kedua orang tua Ashleigh, mulai hari ini Ashleigh akan melakukan kemoterapi rutin yang telah terjadwal oleh pihak rumah sakit. Kapanpun dokter datang dan mengarahkannya untuk menjalani kemoterapi, saat itulah Ashleigh harus siap menanggung semua resiko dan kemungkinan yang akan terjadi.

Suster menuntunnya memasuki ruang rawatnya, dibukalah pintu putih susu di depan mereka itu. Ashleigh yang lemas disambut oleh senyuman hangat Zayn. Sudah 3 hari ini Zayn tidak menemani Ashleigh. Setelah ia pergi saat hari di mana Ashleigh ambruk di hari pernikahan mereka, Zayn tidak kembali. Ia kembali hanya sekedar memastikan keadaan Ashleigh saat gadis itu sedang tertidur lelap. Tidak ingin mengganggu, Zayn tidak membangunkannya dan pergi lagi. Entah apa yang dilakukan lelaki itu.

Zayn langsung menggantikan posisi suster di belakang Ashleigh, "biar aku saja. Terimakasih."

Zayn mendorong Ashleigh menuju ranjangnya, membantunya menaiki ranjang dan menidurkannya. Ashleigh sangat lemas, karena memang ini kali pertama ia menjalani kemoterapi. Tubuh Ashleigh mengurus, Zayn menyadarinya. Gadis itu semakin kurus dan dirasanya sangat ringan. Entah berapa berat Ashleigh sekarang, yang pasti ia sudah kehilangan banyak berat badannya.

"Hei, aku menyayangimu," tutur Zayn lembut sambil mengelus lembut pipi Ashleigh yang mulai menirus. Mata Ashleigh sayup sayup, ia hanya bisa tersenyum kecil menanggapinya.

"Bagaimana perasaanmu? Tidak enak ya?"

Zayn mengusap rambut Ashleigh lembut. Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum menahan efek yang sudah pasti tidak enak itu.

"Kau ingin muntah? Muntah saja. Aku membelikanmu permen mint, bisa jadi penawar rasa mualmu,"

Ashleigh menggeleng menanggapi perkataan Zayn. Zayn bangkit untuk mengambil kantong plastik supermarket yang ia hampiri dalam perjalanannya tadi, mengeluarkan sebungkus permen mint dan membukanya.

"Percayalah, Ash. Ini tidak akan membuat keadaan semakin buruk, kok."

Zayn menyuapkan sebuah permen ke dalam mulut Ashleigh. Gadis itu hanya menurut perkataan Zayn. Kemudian Zayn meletakkan kembali bungkusan permen tadi ke atas meja dan kembali dengan sebuah buku hitam di tangannya.

Zayn duduk di kursi tepat di samping kiri Ashleigh. Lelaki itu duduk dengan buku hitam dan sebuah pena di pangkuannya. Kemudian mengusap tangan kiri Ashleigh lembut, "kau istirahat saja. Tenang aku tak akan ke mana mana, aku akan menjagamu."

Ashleigh hanya diam menatap Zayn. Lelaki itu telah menghilang selama 3 hari, tanpa kabar. Dengan kondisi seperti ini, Ashleigh masih bisa curiga. Entah apa yang di benaknya, tapi ia tak berhak berprasangka buruk terhadap Zayn yang sudah berstatus sebagai suaminya sejak 5 hari yang lalu.

Soal status mereka yang sudah menikah, Ashleigh hampir melupakannya. 2 hari lalu, Ammy yang menyadarkannya, bahwa dirinya sudah bukan lagi gadis belia yang bisa menjalani hidup bebas, ia sudah memiliki Zayn sebagai pasangannya.

Ashleigh merasa aneh dengan sikap Zayn, entah mengapa. Mungkin karena Zayn menghilang selama 3 hari belakangan, membuatnya tidak bisa menyingkirkan prasangka buruk di benaknya.

After Several Years ※ Z.MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang