3. Lunch

23.7K 1.4K 23
                                    

Sudah 1 bulan semenjak pertemuan Kalea dan Nate. Kalea sudah tidak begitu memikirkan Nate lagi. Nate juga mengingat Kalea samar-samar. Entah apa yang merasuki pikiran Nate, kadang ia suka berimajinasi sendiri seperti ketika ia sedang di kedai kopi, tiba-tiba bertemu dengan Kalea. Atau mungkin mendapat telepon dari sekretarisnya ia mendapat tamu atas nama Kalea.

Otaknya memang sudah agak sengklek semenjak bertemu Kalea. Suka membayangkan yang tidak mungkin terjadi. Nate memutuskan untuk segera pergi ke hotelnya, memeriksa keadaan dapur langsung dan mendengar beberapa keluhan pelanggan. Siapa tahu saat orang-orang melihat Nate yang tampan ini mereka langsung merekomendasikan restoran di hotel Slandz lantaran hotel itu mempunyai bos yang tampan bak dewa yunani. Nate tersenyum miring memikirkannya.

• • •

"Saya ada keperluan mendadak besok. Apa bisa kita bertemu sekarang di hotel Slandz? Karena saya menginap di hotel ini, lalu kita bisa sekalian makan siang." usul Leila. Leila ingin memesan gaun promnya yang ia ingin sesuai dengan seleranya sendiri.

"Baiklah kalau begitu. Sekarang aku langsung menuju kesana." jawab Kalea. Untung saja hari ini ia tidak ada pelanggan.

Kalea melangkahkan kakinya keluar dari butiknya. Begitu ia menstarter mobilnya dan mengingat lagi kemana ia akan pergi. Hotel Slandz?! Bukankah itu terletak di seberangnya mal Slandz? Berarti mereka satu pemilik yang artinya... Nate!

Tidak mungkin juga bertemu Nate, lagipula Kalea ke restorannya. Kenapa Kalea merasa tidak keberatan bertemu dengan Nate lagi? Biasanya jika bertemu dua kali tiga kali dengan pria yang mendekatinya, Kalea akan risih. Kali ini Kalea tampak tidak masalah sama sekali.

Tiba di hotel Slandz, Kalea keluar dari mobil. Dress pendek berwarna hitam dengan bahan kulit milik Kalea diterpa angin musim panas yang cukup hangat yang juga mengenai kulit Kalea. Dress Kalea yang ia kenakan sekarang adalah tanpa lengan. Setelah itu ankle boots coklatnya menambahkan kesan parisian. Tidak lupa untuk mengambil bukunya, dan kunci mobilnya yang nyaris tertinggal. Kalea benar-benar pelupa.

Ia berjalan masuk ke dalam restoran dan bertemu dengan Leila, membicarakan mengenai gaun promnya.

Tidak lama kemudian saat Leila dan Kalea diam menikmati makan siang mereka, Kalea mendengar sebuah suara yang cukup tidak asing di telinganya.

"Ya sudah, ganti saja jadi botol yang tanggung." suara Nate semakin jelas dan Kalea menolehkan kepalanya ke sumber suara. Nate yang fokus menatap pegawainya terlihat tampan.

Kalea mengerjapkan matanya mencoba untuk sadar apa yang baru saja dikatakan gadis batinnya. Kalea membasahi bibirnya. Buat apa dia gugup sekarang?!

Tiba-tiba ia kehilangan napsu makannya.

"Kau tidak makan lagi, Kalea?" tanya Leila sebelum memasukkan makanannya ke dalam mulutnya.

"Aku agak kenyang." jawab Kalea apa adanya. Leila hanya mengangkat bahunya sambil memasang wajah seperti oh dan melanjutkan makannya lagi.

Entah berapa lama ia melamun, tiba-tiba ia tersadar oleh suara bariton milik Nate.

"Hai, Kalea!" sapa Nate riang.

"Halo." Kalea mencoba bertingkah biasa dan tersenyum kecil di akhir kalimat.

"Kau bersama temanmu?" tanyanya sambil mengarahkan pandangannya ke Leila. Leila balas menatap Nate tanpa berkedip.

"Dia klienku." jawab Kalea lagi.

"Oh. Halo, Nona." Nate mengangguk sekilas lalu melanjutkan kalimatnya menatap Kalea, "Apa menurutmu aku bisa makan siang dengan kalian? Tadinya aku ingin cari teman makan, tapi aku sudah bertemu kamu disini. Boleh?" jelas Nate dengan alasan logisnya. Hashtag sarkasme.

Kalea tidak ingin dicap jahat atau sengak dan iapun mengiyakan permintaan Nate.

"Kalea, kau bekerja sebagai apa sekarang? Direktur bagian apa di bank Jordan?" Nate memulai percakapan.

"Aku tidak bekerja di bank Jordan."

"Lantas?" Nate menaikkan alisnya. Matanya terlihat membesar dan wajahnya tampak sangat polos. Itu... cukup... menggemaskan, Kalea rasa.

"Aku seorang perancang busana, Nate. Bagaimana dengan kau?" tanya Kalea balik penasaran. Ia masih kurang percaya dengan Jordan. Jordan kan cukup pelupa. Seperti dirinya.

"Aku seorang CEO." Nate menjawab. Kalea cukup terpesona dengan jawaban Nate yang biasa saja tanpa menunjukkan nada sombongnya.

Pada dasarnya orang-orang akan menjawab seperti, "Aku yang punya hotel ini." atau blablabla. Kalea memberikan jempol kepada Nate dalam cara menjawab dengan bijaksana.

Kalea tahu kalau Nate yang punya hotel dimana kakinya memijak sekarang ini tetapi ia akan pura-pura tidak tahu, "CEO apa?"

"Slandz Company. Pernah dengar?" sahut Nate dengan nada bergurau. Demi keong racun ia sedang berada di hotel Slandz sekarang. Nate menatap wajah Kalea dengan saksama. Apakah ini hobi baru Nate? Memandangi wajah Kalea.

"Hotel ini namanya Slandz. Mal di seberang juga Slandz. Jadi itu milikmu?" Nate mengangguk.

"Oh. Aku mengerti." ujar Kalea akhirnya. Nate menatap Kalea dan Kalea sadar akan hal itu. Kalea mendongakkan kepalanya yang tadi hanya memandang sisa makanan di piringnya.

"Kenapa?" Kalea mendapati Nate tertangkap basah sedang menatapnya. Belum sempat Nate bersuara, Leila berkata, "Maaf ya, aku harus pergi sekarang, aku yang membayar makanan ini, Kal. Terima kasih. Permisi," Leila menatap Kalea dan Nate bergantian. Ia beranjak dari kursinya setelah membaca sesuatu di ponselnya.

"Leila, aku saja yang bayar. Kau pergilah." ucap Kalea. Ia tidak suka dibayari orang dalam kata lain merepotkan orang.

"Kau yakin?"

"Sangat." Leila mengucapkan terima kasih dan melenggang pergi. Setelah itu, Kalea bertanya sekali lagi.

"Kenapa kau memandangiku seperti itu?"

"Kau memiliki mata yang sangat indah, Kalea. I could stare at your eyes for ages." gombal Nate. Kalea menahan bola matanya agar tidak terputar malas. Kalea melihat Nate yang masih memandangnya lurus di matanya.

Tanpa Kalea duga, Nate sudah memajukan dirinya hingga jarak antara wajah mereka tersisa sekitar 10 sentimeter.

"Apa... yang kau lakukan?" bisik Kalea.

"Your eyes are beautiful I swear." puji Nate dengan suara pelan masih menatapnya dan hal ini membuat Kalea salah tingkah.

"Ambil saja bola mataku." ketus Kalea. Kalea sendiri tidak tahu kenapa ia sebal lantaran Nate hanya memuji matanya. Nate membuat Kalea semakin tidak percaya diri dengan wajahnya. Nate terkekeh dan melonggarkan jarak mereka lagi.

"Wajahmu juga cantik. Aku suka. Jadi dirimu saja yang kuambil, ya?" Senyuman nakal di wajah Nate belum hilang.

"Cih, kau sudah gila?" decak Kalea kesal.

Tinggalkan vote ya kalau suka. Kalau tidak suka, kasih juga? Hehehe. Komennya aku tunggu.

22 Juli 2016, 4:10pm.

Pull Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang